Share

Bab2-Death Contest

"Seorang utusan kerajaan mengatakan asal cuaca panas yang akhir-akhir ini melanda berasal dari wilayah hutan utara. Dengan ini pihak pemerintah

mengajukan tindak keberanian masyarakat untuk ikut serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di hutan utara, dan jika itu sebuah informasi, maka sampaikan pada raja dengan membawa bukti. Siapapun boleh mengajukan diri, tidak ada batasan umur dan gender," prajurit itu lantas menggulung kembali perkemen yang dibawa.

"Kami menawarkan jaminan kesejahteraan selama seumur hidup bagi satu orang yang berhasil menyelesaikan misi dengan baik dan membawa hasil. Menjadi bagian dari keluarga kerajaan yang derajatnya tinggi, serta dibuatkan patung untuk mengenang jasa."

"Kalian hanya perlu mencari tahu informasi dari sana sambil membawa pulang bukti. Setelah itu pihak kerajaan akan mengambil alih keseluruhan, mengambil tindakan untuk menyudahi fenomena panas terik ini," timpal prajurit lain.

Suara ricuh itu kembali terdengar sesaat setelah para prajurit kerajaan segera berkemas meninggalkan lokasi, meneruskan pemberitahuan informasi ke wilayah lain sesuai permintaan pemimpin yaitu sang kaisar. Informasi tersebut disebarluaskan ke berbagai wilayah agar semakin menarik simpati masyarakat hingga mereka berminat mengikuti kompetisi. Secara nyata, hal itu merupakan salah satu cara kerajaan membinasakan kalangan bawah dengan iming-iming harta.

Sayangnya masyarakat tak peduli, kalaupun mereka harus mati, setidaknya kematian itu berada dalam jalan perjuangan. Banyak orang menganggapnya sebagai bentuk kesetiaan terhadap kemakmuran negeri.

Hutan utara adalah salah satu bagian dari tempat-tempat terlarang di sekujur wilayah bumi, bukan tanpa sebab, menurut rumor banyak tanaman beracun dan binatang aneh di sana. Sehingga hewan predator seperti harimau, singa, beruang, bahkan buaya tidak mampu hidup di wilayah tersebut. Tempatnya dikuasai sesuatu yang mengerikan, membuat segala hal menjadi semakin parah, seakan wilayah itu telah dikutuk oleh dewa.

Dari yang Alexia pernah dengar dahulu, ada ribuan jenis tanaman beracun, efeknya juga bermacam-macam, mulai dari yang paling sederhana hanya gatal-gatal sampai menjurus ke kematian walau cuma menghirup udara di sekitarnya.

Belum pernah ada satu orang pun yang berani menginjakkan kaki di hutan utara, bahkan bagi orang-orang yang berniat bunuh diri, nyalinya ciut dihadapkan tempat itu, sekejap saja langsung mensyukuri hidup. Alex tidak pernah tahu sungguhan tentang kebenaran isi hutan tersebut, ia hanya mengetahui berita dari mulut ke mulut yang terdengar meyakinkan.

Alexia belum pernah melihatnya sama sekali karena tempat itu cukup jauh dari pemukiman, tapi ketika mendengar nama hutan utara disebutkan, terasa sesuatu yang tidak asing di telinga, entah kenapa, Alex merasa familiar, seakan ia sudah sering mengunjungi tempat itu atau ada hal berharga miliknya yang berada di sana. Yang jelas, Alex merasa sangat tidak asing dengan keberadaan hutan itu entah mengapa.

Disebutkan, ada semacam tabir sihir ketika melewati perbatasan dengan hutan utara, seolah menjebak manusia terperangkap selamanya pada dimensi lain, dan tidak akan pernah kembali.

Tapi mengingat hasil kemenangan yang ditawarkan, Alexia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana suasana menakutkan di hutan utara. Akan lebih baik jika ia berjuang untuk mendapatkan hadiah utama dan membawa pulang gelar juara, ibu dan Helena pasti sangat senang. Mereka juga bisa hidup nyaman tanpa harus berhutang ubi kukus pada tetangga lagi. Kesejahteraan seumur hidup itu artinya mereka tidak perlu bekerja terlalu keras hingga punggung terasa hampir patah lagi, pihak kerajaan akan mengirimkan imbalan tiap bulan sekali dengan jumlah besar. Alex sungguh tertarik dengan hal itu.

"Alexia, jangan macam-macam, hutan itu bukan sapi perah yang bisa kau takhlukan dengan jerami." Helena memperingatkan ketika mendapati tatapan berbinar dari kedua bola mata sang adik.

"Kau tidak dengar kompensasinya? jaminan kesejahteraan seumur hidup! itu luar biasa dan sangat sepadan untuk perjuangannya, Helena!"

Johanesse menggeleng menyetujui pendapat Helena, dia tidak habis pikir dengan kemauan Alexia yang bersikeras mengikuti sayembara gila itu, walau hadiahnya memang tidak main-main. Jo berpikir secara logis tentang cara pemerintah mempengaruhi masyarakat kalangan bawah dengan cara memperbudak tanpa paksaan, terlebih mengingat orang-orang seperti Alexia terlalu mudah diperdaya, "Tetap saja itu berbahaya, Alex. Aku bisa mencarikanmu pekerjaan di rumah baron kalau kau memang sangat butuh uang, walau mungkin gajinya tidak akan terlalu besar."

"Jangan Jo, tidak perlu, kau pasti tahu aku sangat tidak cocok dengan pekerjaan para pelayan. Kalau kalian punya domba mungkin aku masih bisa menggembala." Alexia menepuk bahu teman lelakinya.

"Aku punya kuda, lima kuda kusir. Aku akan membayarmu kalau kau mau memandikannya di sungai, memberisihkan kandang, dan memberi makan," ujar Johanesse masih berusaha membujuk. Hutan belantara di utara itu sudah terkenal buasnya dengan sebuah cerita mengatakan tempat itu dihuni binatang dan tanaman berbahaya, sementara Alexia hanyalah seorang gadis muda penggembala yang tidak punya keahlian apapun selain menjinakkan hewan produsen daging dan susu. Di hutan utara bisa saja menyimpan berbagai tantangan maut. Bahkan orang sekuat dan sekekar Troy—salah satu pengawal di rumahnya yang paling ahli beladiri— masih punya kemungkinan mati, apalagi perempuan ringkih nan kurus seperti Alexia, ukuran tubuhnya seperempat dari Troy.

Alex kukuh menolak, jika ia bekerja di rumah baron, sama saja merepotkan keluarga Johanesse sendiri. Orang tua lelaki itu mungkin akan memberinya bayaran tanpa melakukan apapun mengingat betapa baik mereka terhadap keluarga Sawyer karena pertemanan Jo dan Alex, "Itu masih bagian dari pekerjaan kusir! kau punya selusin pekerja pria di rumah, aku mungkin tidak berguna."

"Sudahlah, sudah, jangan berdebat! sebaiknya urus saja Stephen dan Marcus-mu, jangan berharap akan pergi ke hutan utara, Alexia." Helena menggeleng merasa jengah mendengar perdebatan kedua muda mudi dari kalangan yang tidak sepadan itu, si kaya dan si miskin. Sembari membawa-bawa nama domba kembar berbulu lebat kesayangan Alexia, Stephen dan Marcus.

Alex melirik sang kakak dengan mata menyipit, membuat Helena jengah dan memilih pergi, "Helena, aku harus mengikuti sayembara ini apapun yang terjadi!"

Helena abai, berusaha menulikan telinga ketika sang adik terus meneriakinya untuk meminta persetujuan yang tidak akan pernah didapatkan sampai kapanpun. Tapi Alexia tetaplah Alexia, sosok paling keras kepala.

"Kau tidak takut mati?" tanya Johanesse menghentikan lengkingan suara gadis itu.

"Tidak, karena aku akan hidup sampai akhir," balas Alex terdengar terlalu percaya diri.

"Bagaimana kalau takdir berkata lain, lalu kau mati di sana? apa tidak memikirkan perasaan Helena dan ibumu?" tanya Jo kembali menggoyahkan perkataan Alex yang terlampau keras kepala. Ia hampir tidak percaya bisa berteman dengan perempuan kepala batu sementara dirinya tergolong lelaki penurut yang tidak suka membantah kecuali jika sudah menyangkut hal serius.

Bola mata Alexia bergetar ragu, namun perkataannya tetap kukuh, "Sudah ku bilang, aku tidak akan mati dan takdir pun tak bisa merubah keputusan itu."

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status