Share

7 - Kepindahan

Layaknya secangkir kopi

Akan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.

Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya.

"Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys.

"Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama.

"DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot.

"Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum.

"Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya.

"Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.

Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.

Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum.

"Jun," sapa Aiys lagi.

Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

"Ya, jadi," jawab Aiys.

"Ma, Aiys pergi.." belum sampat Aiys menjelaskan langsung di potong mamanya.

"Iya, mama sudah tau. Sudah dua jam Juna menjelaskan. Sana pergi, kesian nak Juna nya," ucap mamanya.

Aiys dan Juna pamit dan bersalaman, "Jangan pulang terlalu malam," kata mama.

"Iya mam," serentak mereka berdua.

"Mama?" tanya Aiys sendiri.

Ternyata Juna sudah berapa dalam mobilnya, "Aiys," sapanya.

Aiys yang masih bertanya-tanya tentang panggilan Juna ke mamanya, diam berdiri di depan pintu mobil. Aiys budek atau kenapa, sudah tiga kali Juna memanggilnya namun tidak ada sahutan. Juna sampai terpaksa membunyikan klasonnya, Aiys yang kaget langsung masuk ke mobil tapi malah duduk di belakang.

"Aiys," sapa Juna.

"Iya," jawab Aiys masih dalam kebingungan.

"Sejak kapan aku jadi sopir kamu?" tanya Juna sambil mangaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh,," Aiys yang baru sadar langsung keluar dan pindah ke depan. Disamping Juna.

"Udah sadarkan?" tanya Juna memastikan, takutnya Aiys masih di alam mimpinya.

Aiys malah ditambah bingung, kenapa Juna tanya begitu. Apa ia masih mimpi. Aiys menepuk muka kanan dan kirinya bergantian.

"Tidak mimpi," ucapnya.

Juna langsung mengacak rambut Aiys, sedari tadi Juna dibuat gemas oleh sikap Aiys.

"Junaaa," sebal Aiys.

Juna malah tertawa lepas dan tetap fokus mengemudi.

Aiys melipat tangannya ke depan dada, "Kenapa?" tanya Juna.

Aiys hanya diam, dia sebal. Moodnya seketika berubah.

"Kalau begitu tambah cantik," goda Juna.

Aiys masih diam dalam posisinya.

Aiys kaget, Juna berani-beraninya merangkul tanpa seizinnya, "Junnaaaa," kesal Aiys.

Juna masih fokus mengemudi satu lengan, "Junnaa," ulang Aiys.

"Hhmmm," dehem Juna.

"Berani-beraninya rangkul Aiys," kata Aiys namun Aiys enggan melepaskan diri dari rangkulan Juna.

"Kamu juga berani-beraninya peluk aku," kata Juna.

Perkataan Juna ada benarnya, Aiys peluk Juna juga tidak minta izin dulunya.

"Kenapa? Mau dilepas?" tanya Juna melihat Aiys.

Aiys tidak menjawab.

"Juna deg.. deg.. kan ya,, Aiys peluk.." selidik Aiys.

"Biasanya aja," kata Juna santai.

"Bohong," kata Aiys.

"Ga, biasa aja Aiys," ulangnya.

"Kalau biasa aja, kenapa jantung Juna seakan lagi meraton?" tanya Aiys.

Aiys kamu sangat cantik, baru kali ini Juna melihat muka Aiys sedekat ini.

"Kamu asli dari bumikan?" tanya Juna memegang muka Aiys.

"Iyalah, masa dari pluto?"

"Cantik," kata Juna tepat di depan muka Aiys.

Aiys tersenyum malu dibuat Juna, ia lebih memilih menunduk dan keluar dari rangkulan Juna.

Beberapa saat tercipta keheningan diantara mereka.

"Lebih baik belajarnya dimana?" tanya Juna.

"Di cafe Janji Jiwa, gimana?" saran dan tanya Aiys.

Mereka jalan kali ini bukan untuk kencan tapi belajar Fisika. H-10 perlombaan, persiapan mereka harus matang. Rencana awalnya mereka akan belajar bersama bertiga, Tasya tim kelompoknya. Namun mendadak Tasya tidak bisa hari ini. Terciptalah belajar kelompok secara kencan bagi dua insan yang sedang di mabuk asmara. Juna melajukan mobilnya menuju cafe Janji Jiwa. Tidak ada obrolan yang tercipta lagi, mereka berdua asyik dalam pikiran masing-masing hingga sampai di cafe Janji Jiwa, cafe klasik di dekat sekolah mereka.

Juna segera turun diikuti oleh Aiys, mereka berjalan sejajar tanpa suara. Juna langsung mengarahkan langkahnya menuju meja A2, meja yang dulunya tetap favorit Aiys dan  Daffa. Ada rasa yang berbeda dalam diri Aiys, namun Aiys sembunyikan lewat senyumnya. Aiys sudah janji akan move on dari kak Daffa, dan ini salah satu caranya.

"Pesan apa Aiys?" tanya Juna setelah mereka duduk dan mengeluarkan buku yang nantinya akan menjadi bahan belajarnya.

"Samain aja," senyum Aiys.

"Oke, Hojicha dua," kata Juna.

Lagi dan lagi, ada sesuatu yang melintas di hati Aiys, Hojicha coffe yang dulunya selalu Aiys pesan bersama Daffa, sekarang posisi Daffa telah berganti dengan Juna. Dua lelaki yang sangat terkenal seantero sekolahnya.

Juna melambaikan tangannya di depan Aiys, "Hallo," katanya.

"Iyaa." jawab Aiys mencoba mengembalikan kesadarannya.

"Kenapa sering kali bengong, ada masalah?" tanya Juna santai.

Aiys memperhatikan sekitar, Aiys berdendang mengikuti lirik lagu yang di putar.

"Suka lagunya?" tanya Juna.

Aiys mengangguk cepat, "Nyaman," balasnya singkat namun padat.

Minuman yang mereka pesan akhirnya sampai, dua Hojicha.

“Ini yang tanpa gula,” terang barista

Aiys segera meminum miliknya, Aiys perhatikan Juna, yang langsung meminum coffe tanpa gula.

"Kenapa tanpa gula?" tanya Aiys ke Juna.

"Cukup melihatmu tersenyum, itu sudah manis bagiku," senyum Juna.

Aiys terdiam, Aiys keingat Daffa lagi. Kenap Juna dan Daffa memiliki sifat dan sikap yang sama, bahkan kebiasaan dan kesukaan mereka sama. Dulunya Daffa ketua osis, dan sekarang Juna yang menjadi ketua osis. Kenapa ini? Tanya Aiys sendiri dalam diamnya sambil menatap kosong ke depan.

"Hemmm," deheman Juna menyadarkan Aiys.

"Jadi kapan mulainya?" sindir Juna yang sedari tadi mengamati Aiys.

"Sekarang dong," senyum Aiys.

Juna tetaplah Juna, dan Daffa tetaplah Daffa. Mereka tidak bisa disamakan, pikir Aiys ketika fokusnya kembali. Aiys dan Juna larut dalam kusutnya soal yang mencoba mereka selesaikan.

Kenapa setiap tempat yang kujejaki, masih terukir namamu disana?

Izinkan aku keluar dari sini.

            Aiys dan Juna pulang ketika senja sedang becerita indahnya alam semesta, warna orange sangat mendominasi di tumpahan awan putih, namun sebelum ke rumah mereka sempatkan belanja buku terlebih dahulu.

"Terimakasih Juna," senyum Aiys ke Juna sambil keluar mobil.

"Sampai jumpa," lanjut Aiys sambil melambaikan tangannya ke arah Juna lewat jendela mobil.

Aiys masih berdiri di depan pagar rumahnya, melihat dan memandang mobil Juna yang perlahan mulai menghilang. Perasaan Aiys campur aduk, kali ini Aiys tidak bisa mendefinisikannya. Pikiran Aiys hanya ke Juna, Juna, dan Juna. Juna yang perlahan masuk ke kehidupan Aiys mampu memberi warna.

"Benar kata Keysa," kata Aiys sendiri.

Aiys pandangi jam yang masih setia dipergelangan tangannya.

20.08 WIB, Aiys segera masuk ke rumah dengan bahagia. "Hari ini Aiys sangat bersyukur, terimakasih," kata Aiys tepat di depan pintu.

"Aiys pulang," katanya membuka pintu dan langsung masuk.

Mata Aiys langsung terfokus pada ruang tamu. Terlihat jelas disana duduk mama, papa, dan kakaknya.

Aiys segera kesana, menyalami satu persatu. Dari muka mereka tampak keteganggan.

"Bagaimana bisa, Pa?" tanya kak Amel ke papanya.

Aiys masih diam mematung di sudut ruangan di samping mamanya, "Apa yang gimana kak?" angkat suara Aiys dalam tanda tanyanya.

Mama dan papa Aiys saling tatap, kak Amel mengalihkan pandangan ke arah lain. Tidak ada yang berani memberitahu Aiys.

"Ada apa Ma?" tanya Aiys pada mamanya yang masih diam dan tampak berfikir.

Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke papanya, "Papa," pertanyaan Aiys pindah ke papa.

Sama dengan mamanya, papa Aiys lebih memilih diam. Aiys putar pandangan menatap kakaknya, "Kak Amell," katanya.

Aiys makin dibuat tanda tanya, tidak ada satupun yang berani menjawab pertanyaan Aiys.

"Kenapa inii??" Frustasi Aiys.

Mama Aiys langsung memanggil papa, " Pa,"

Papanya yang paham maksud mama langsung angkat suara, "Duduk Aiys," katanya memerintahkan Aiys duduk tepat di kursi depannya. Aiys segera duduk, berhadapan langsung dengan papa yang hanya dibatasi satu meja.

"Kenapa, Pa?" tanya Aiys lagi.

Papanya tampak berfikir sejenak, mencari cara untuk memberitahu Aiys.

"Pa," kata Aiys lagi.

"Tenang, sayang," ucap mama yang langsung pindah duduk di samping Aiys.

"Kita bakalan jadi pindah rumah," kata papa dengan menunduk.

Aiys mencoba fokus, tadi dia tidak salah dengarkan, "Pindah rumah?" tanyanya kaget.

Aiys merasa pasokan oksigen disekitarnya menghilang seketika, "Kenapa bisa, Pa?" tanya Aiys lagi.

Papanya hanya diam dalam duduknya, ia tahu betul apa yang sedang dirasakan putrinya.

"Papa, dipindah tugaskan, saying," mama langsung memeluk Aiys.

Kabar ini sungguh mengagetkan Aiys, "Kemana, Pa?" Tanya dengan bibir gemetar.

"Ke desa," jelas Papa.

"DESA?" ulang Aiys.

"Terus gimana sekolah Aiys?" tanya Aiys berkaca. 

Pikiran Aiys kacau, cita-cita yang telah lama ia impikan seakan akan lenyap.

"Aiys nanti akan sekolah disana," kata Papa dalam tenangnya.

"Tidak bisa Pa," tangis Aiys pecah.

"Kenapa, sayang?" tanya mama.

"Sekolah di desa, akan sulit untuk mendapatkan universitas terbaik Negeri. Aiys ingin melanjutkan belajar di Universitas terbaik Negeri, Ma, Pa," kata Aiys dalam isakannya.

"Aiys ingin menjadi dokter," katanya lagi.

Papa dan mama Aiys hanya diam, benar kata Aiys tapi mereka tidak ada pilihan. Meninggalkan Aiys di Ibukota sendiri juga tidak bisa mereka lakukan.

Aiys masih menunduk dalam tangisnya, "Kapan pindahnya?" tanya Aiys.

"Seminggu lagi,." kata papa sambil membenarkan tempat duduknya.

"SEMINGGU LAGI??" heboh Aiys dan lagi tangisnya pecah.

"Jangan, Pa," Aiys segera pindah ke tempat duduk Papanya.

"Kenapa, Nak? Papa udah pesan tiket untuk kita semua," terang papa dihadapan Aiys.

Aiys serasa ditimpa beberapa batu sekaligus, "10 hari lagi Aiys lomba Pa, Ma," Aiys mencoba tegar, walau air matanya selalu berhasil lolos membasahi pipinya.

"Tiketnya sudah Papa pesan," kata Papa lembut tapi tetap kedengaran tegas.

"Sekali ini, Pa," mohon Aiys.

"Maa," kata Aiys mengalihkan pandangannya ke Mama berharap Mama mengerti maksudnya.

Tercipta keheningan diantara mereka, kak Amel yang sedari tadi diam malah memilih pergi ke kamarnya. Mama segera pindah posisi duduk, langsung berhadapan dengan Papa.

"Pa, tidak bisa diundur?" negosiasi Mama.

"Tidak bisa, Ma!" Kata Papa yang mampu didengar Aiys. Lagi, tangis Aiys pecah. Lomba yang Aiys harapan sedari dulu, lomba yang telah ia persiapkan akan kandas.

"Coba tanya Pa," ulang Mama, setelah menatap putrinya dalam tangisnya.

Papa Aiys tampak berfikir, Papa yang tadi berdiri langsung duduk dan diam dalam pikirannya.

"Kapan lombanya?" tanya Papa memecahkan keheningan yang tadi tercipta.

"10 hari lagi Pa," jawab Aiys.

"11 hari lagi kita pindah," tegas Papa.

Aiys yang mendengar itu, langsung  berdiri dan memeluk Papanya, "Terimakasih Pa," ucapnya.

"Maaf," kata Papa ke Aiys setelah Aiys melepaskan pelukannya.

"Maaf untuk apa, Pa?" tanya Aiys bingung.

"Maaf, Papa membuatmu menderita," tatapan Papa sendu  menatap Aiys.

Aiys menggeleng cepat, "Tidak, tidak, Pa." Kata Aiys berusaha menghibur orang tuanya. Padahal jauh dalam hatinya sangat kecewa. Perjuangan Aiys mencapai cita-citanya lebih besar.

"Kak Amel, gimana? Ma, Pa?" Tatap Aiys bergantian ke Mama dan Papanya.

"Kak Amel akan ke kosnya, seminggu lagi kakakmu akan masuk kuliah. Jadi ia tidak ikut bareng kita tapi semua barang-barangnya ikut dipindahkan ke desa," terang Mama.

"Tiga hari lagi akan ada kurir yang menjemput barang-barang, Papa dan Mama sudah bicarakan ini. Supaya pindahan tidak terlalu merepotkan sebagian barang-barang kita jual dan ketika sampai di desa akan kita beli yang baru. Sebagian barang lagi akan kita bawa ke desa melalui jalur darat," terang Papa.

"Nanti waktu kita pindahan tidak terlalu repot di bandaranya," tambah Mama.

Aiys hanya mengangguk tanda paham, Aiys masih mencoba menenangkan dirinya. Mencoba menerima semua keadaan.  Kuat dan tegar, terus ciptakan jejak! Tatap ke depan, jangan berhenti! Memang benar, dalam suka itu terselip duka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status