"Lepasin, Paaa ...." lirih Rebecca setengah memohon. Bukannya merasa iba, Yoga malah menatap semakin dalam pada bagian tubuh Rebecca. Akan tetapi Yoga begitu pintar membuat Rebecca merasa dispesialkan melalui sentuhan-sentuhan lembut yang semakin intim. "Percayalah, setelah ini kamu akan mendapatkan Kenan misalkan hamil. Bukankah dia tidak sadar akan tindakannya dulu padamu?" bisik Yoga. Awalnya Rebecca risih dengan sentuhan-sentuhan dari tangan dan bibir Yoga, tetapi laki-laki paruh baya itu terlalu pandai dan berpengalaman menjinakkan perempuan.Sepasang mata Rebecca kini terpejam seolah sedang merasakan sensasi sentuhan dari Yoga. Dengan sigap Yoga membopong tubuh sintal Rebecca ke atas ranjang, lalu direbahkan. "Pa, aku takut," ucap Rebecca sambil memegang lengan Yoga. Lelaki paruh baya itu kembali tersenyum. "Percayalah, kamu akan menyukainya, Sayang." Yoga perlahan meraih kedua tangan Rebecca dan bodohnya wanita itu menurut saja hingga akhirnya ia tidak dapat mengelak kal
Bunyi ponsel Kenan terputus. Nayla menjadi khawatir setelah ponsel Kenan malah tidak dapat dihubungi. Ia langsung mengambil jaket dan dompet serta ponsel yang sudah ada di tangannya. "Bi!" Nayla mengetuk pintu kamar Inah. "Iya, Non?" jawab Inah setelah membukakn pintu. "Tolong titip Lea, ya? Saya ada keperluan di luar," terang Nayla yang terlihat buru-buru. Inah mengangguk, bahkan sebelum ia menjawab Nayla sudah berjalan cepat ke arah pintu sambil memesan taksi online karena sudah malam.Nayla terlihat mondar-mandir di luar gerbang. Untung saja tidak sampai sepuluh menit, taksi yang ia pesan sudah datang. Cepat-cepat ia masuk mobil. "Jalan, Pak!" pinta Nayla pada sopir taksi. Sementara Nayla sedang berada di perjalanan, di sisi lain ada Kenan yang sedang adu mulut dengan pengguna jalan lain. "Kalau jalan hati-hati, lihat itu, bodi mobil saya hancur!" Kenan terlihat tidak terima dengan si pengguna jalan lain yang telah menabrak mobilnya. "Siapa suruh mobil nya berenti di situ?"
Sepanjang jalan pikiran Kenan masih terbayang Nayla. Bibirnya tersenyum manis ketika membayangkan kecupan Nayla di pipinya. Hingga tidak terasa mobil sudah terparkir di pekarangan rumah. Kenan turun dari mobil, melenggang dengan santai menuju rumah. Bahkan memijit bel rumah pun dengan bibir yang tersenyum semringah. "Malam, Tuan," sapa asisten rumah saat membukakan pintu. Kenan hanya tersenyum kemudian melangkah masuk. "Maaf, Tuan. Tuan mau saya sediakan apa untuk makan malam?" Asisten rumah tangganya kembali bertanya. Namun, belum juga Kenan menjawab sudah diselang oleh Rebecca. "Biar sama aku aja, Bi," serobot Rebecca. "Bibi ke belakang aja, istirahat kalau perlu!" Melihat Rebecca yang bicara terus membuat Kenan muak. Untung saja hatinya sedang bahagia malam ini."Mas, kamu mau makan apa?" tanya Rebecca pada Kenan. Sebelum Kenan menjawab matanya malah terfokus pada leher putih Rebecca. "Apa itu?" tanya Kenan sambil menunjuk leher Rebecca. Tanda merah kecil terlihat di leher
"Kak Ken? Dari mana Kakak tau kalau aku ada di sini?" tanya Nayla yang masih terlihat heran. Kenan yang menenteng box-box di dalam kantung plastik tersenyum saat melihat ekspresi Nayla. "Tidak usah bingung, nanti aku cerita. Kita makan dulu, yuk?!" Tangan kiri Kenan menarik Nayla. "Enggak! Pokoknya ceritain dulu!" pinta Nayla.Akhirnya Kenan menceritakan kalau sesungguhnya ia menelepon dirinya, tetapi Ijah lah yang mengangkat dan memberitahu kalau Nayla sudah membuka toko kue, ia juga yang memberitahu alamat toko kue Nayla. "Jelas?" tanya Kenan saat ia telah selesai menceritakan pada Nayla dan ia pun mengangguk. "Ya udah, kita makan dulu, yuk?! Aku udah lapar," ajak Kenan.Ibu beranak satu itu pun menurut saat Kenan menariknya ke salah satu meja. Namun, Nayla mengajak Kenan ke dapur agar berkumpul dengan Allea dan juga Inah. "Daddy?!!!" Sepasang mata bocah cantik itu membulat dengan wajah ceria saat melihat Kenan. Allea bangkit dan berlari menghampiri Kenan. Hanya dalam sekejap t
Keluarga Kenan sedang menikmati sarapan pagi. Semua berkumpul menikmati menu sarapan mereka. Kinan yang tampak serius dengan sarapannya. Kenan yang terpecah antara sandwich dengan ponsel, Yoga yang mencuri-curi pandang pada Rebecca dan Rebecca tengah khusuk menatap Kenan yang terlihat semakin tampan. Meja makan yang berbentuk bulat dengan posisi duduk; Kenan-Kinan-Yoga, lalu Rebecca. Rebecca yang sedang khusuk menatap Kenan terperanjat saat pahanya ada yang mengusap karena posisi duduk Yoga memang cukup dekat dengannya. Sontak sepasang mata Rebecca membulat, tetapi ia mencoba santai ketika menatap Yoga. Perlahan tangan Rebecca menyingkirkan tangan jahil Yoga. Namun, Yoga kembali seperti itu dan Rebecca tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan tangan itu tetap meraba-raba paha yang hanya terhalang oleh rok mini, bahkan dengan jahilnya tangan Yoga mencoba menelusup sehingga membuat Rebecca semakin tidak nyaman. Karena ia tidak merasa nyaman akhirnya Rebecca bergeser mendekat pada
Di pertengahan jalan menuju toko kue Nayla, Kenan malah bertemu seseorang yang ia kenal sedang berdiri dengan wajah gelisah. Kenan pun menepikan mobilnya dan membuka kaca mobil. "Mbak Oliv?" sapa Kenan. Olivia sepertinya lupa, ia sejenak berpikir saat melihat wajah laki-laki yang ada dalam mobil mewah. "Mbak lupa pasti sama saya? Saya Kenan," ucap Kenan dengan seulas senyum. "Astagaaaa ... pantas aku merasa pernah melihatmu, tapi di mana?" jawab Olivia dengan seulas senyum dan rambut yang ia selipkan ke telinganya. "Mbak mau ke mana? Kok, malah berdiri di sini sendirian?" "Aku mau ke toko kue Nayla, mobilku lagi diservis, maklum, mobil tua," ucapnya sambil tertawa. "Ah, bareng aja, saya juga mau ke sana. Mari, masuk!" Kenan membuka pintu mobil untuk Olivia. Wanita yang berusia lebih tua darinya itu pun segera masuk dan duduk di samping Kenan. Mobil melaju santai saat Olivia sudah mengenakan seat belt. Namun, keadaan tiba-tiba membisu kala Kenan masih terpikirkan harus berbicara
Kenan begitu lemas saat melihat ekspresi Nayla. Dalam hatinya sudah merutuk diri atas kejadian malam laknat itu dengan Rebecca. Namun, hatinya terasa lega saat ada sedikit senyum di bibir merah muda Nayla. Nayla meraih tangan Kenan. Ia mengusapnya dan menarik napas panjang serta mengeluarkan perlahan. "Mbak Oliv sudah memberitahuku," ucap Nayla begitu tenang. "Lalu? Pasti kamu kecewa?""Apa perlu aku jawab?" tanya Nayla dengan seulas senyum. "Maafin aku," gumam Kenan sambil menundukkan pandangan. Hening. "Tidak perlu minta maaf, karena itu bukan kemauan Kakak. Mungkin nanti akan terjawab, Kakak berbohong ataukah tidak saat Rebecca hamil." "Tapi belum tentu sama aku, Nay!" "Kak, zaman udah maju. Kalian bisa tes DNA dan semuanya akan terungkap." "Aku tidak ingin kamu pergi dari sisiku, Nay." Kenan menggenggam tangan Nayla dengan sorot mata penuh harap. "Aku tidak akan meninggalkan Kak Ken kalau saja memang itu bukan anak Kakak." Jawaban Nayla cukup membuat Kenan stres. Bagaima
Kenan semakin kencang menggedor pintu karena tidak ada jawaban dari dalam, sedangkan Rebecca dan Yoga sedang berpikir keras harus berbuat apa.Akhirnya Rebecca menyuruh Yoga untuk bersembunyi di kamar mandi sedangkan ia melilitkan handuk pendek ke tubuhnya. "Iya, sebentar!" jawab Rebecca dari dalam kamar. "Dari mana saja sih––" ucap Kenan terhenti ketika menyadari Rebecca tidak mengenakan baju. Melihat tatapan Kenan, Rebecca yakin sekali kalau lelaki yang ada di hadapannya tengah terlena melihat tubuhnya. "Aku habis mandi, ada apa, Mas?" tanya Rebecca yang melihat Kenan memalingkan pandangan. "Em ... hanya ingin menanyakan Mama ke mana, apakah kamu tau?" tanya Kenan tanpa melihat pada Rebecca. "Katanya Mama masih ada urusan.""Oh, ya sudah." Kenan hendak pergi, tetapi tangan Rebecca seolah menahannya. "Jangan ke mana-mana." "Lepas!" ucap Kenan yang merasa tangannya dipegang oleh Rebecca. Karena tidak kunjung dilepaskan akhirnya Kenan mengempaskan tangannya dengan kasar. "Jangan