Home / Fantasi / Alstroemeria / Sang Pelopor

Share

Sang Pelopor

Author: Scaty
last update Last Updated: 2021-06-03 03:18:21

Suasana mendadak dipenuhi semangat membara. Para murid pewaris menatap arena ujian dengan penuh ambisi, mereka semua mengincar posisi dua puluh lima besar agar bisa langsung mengikuti Ujian Dewa dan Dewi tanpa harus mengulang di tahun berikutnya.

Sebelum ujian dimulai, Guru Lao Gao berdiri di tengah arena. Suaranya tegas, dan lantang memperingati kami semua. “Di dalam arena ujian kalian adalah musuh. Namun di luar arena, kalian tetap saudara seperguruan. Jika ada yang melanjutkan pertarungan di luar arena, aku akan langsung mengeluarkannya dari sekolah ini.”

Langsung dikeluarkan?

Aku menarik napas pelan. Betapa tegas dan tanpa ampun aturan di Sekolah Alam Langit ini. Tidak heran jika banyak murid gagal dan terpaksa mengulang. Syukurlah aku berasal dari Alam Bunga. Meskipun Dewi Bunga Agung terkenal keras, ia masih sering memberi belas kasih pada peri bunga di alam bunga.

“Baiklah,” ucap Guru Ru Ru, menyusul dengan suara lantang. “Dalam ujian kali ini, para murid hanya boleh menggunakan pedang dan kekuatan spiritual. Jika melanggar, kalian tidak akan memperoleh poin apapun.”

Kami membentuk lingkaran di sekitar arena batu putih yang luas. Cahaya siang memantul di permukaannya, memantulkan bayangan kami yang tegang menunggu giliran. Kedua guru naik ke udara dengan pedang spiritual mereka, melayang tepat di atas tengah arena.

“Siapa yang ingin bertanding pertama?” seru Guru Ru Ru penuh semangat.

Seorang murid maju.

“Aku, Da Liu, murid pewaris Dewa Tanah, menantang Zi Fa, murid pewaris Dewi Burung!”

Mereka langsung bertarung memakai pedang dengan sangat tangkasnya, Da Liu menyerang cepat, memanggil kekuatan tanah untuk mengaburkan penglihatan Zi Fa. Dalam sekejap, Zi Fa terpental keluar arena.

“Jurus yang bagus, Da Liu,” ujar Guru Ru Ru sambil tersenyum. “Kembali ke barisan. Dan kau, Zi Fa, tingkatkan fokusmu. Pewaris Dewi Burung seharusnya tajam dalam penglihatan.”

Pertarungan demi pertarungan berlangsung dengan cepat. Suara pedang beradu dan sorakan penonton memenuhi udara. Namun kemudian, suasana sedikit berubah ketika seorang murid menaiki arena dengan langkah penuh percaya diri.

“Aku, Zhuan Qi, murid pewaris Dewa Penakluk Iblis, menantang Zhang Li, murid pewaris Dewa Pembasmi Roh Iblis!”

Namanya membuatku teringat ucapan Guru.

Penakluk iblis?

Dewa Penakluk Iblis…

Guru sering memperingatkan agar berhati-hati terhadap mereka. Dewa itu terkenal bengis, dan para murid pewarisnya disebut-sebut mengincar jurus rahasia Pembasmi Roh Iblis.

Apakah dia akan memanggil iblis dalam ujian ini? Aku menepis pikiran buruk itu. Tidak, aku tidak boleh goyah. Aku melangkah naik ke arena ujian.

Zhuan Qi tersenyum sinis.

“Aku akan mengalah lima gerakan, Zhang Li.”

Aku menatapnya tanpa menjawab.

“Guru, aku tidak memiliki pedang,” kataku tenang. “Apakah boleh menggunakan harpa?”

Beberapa murid berbisik heran, tapi Guru Ru Ru mengangguk lembut. “Boleh. Gunakan harpamu.”

Aku mengeluarkan harpa perak berbentuk bunga lily. Cahaya spiritual memantul lembut dari senarnya. Tiba-tiba, Guru Lao Gao turun dari langit, seakan tertarik oleh sesuatu, dan menatap harpa itu tanpa berkedip.

“Dari mana kau mendapat harpa ini?” tanyanya serius memperhatikan setiap detail harpaku.

Aku menunduk sopan.

“Pemberian dari Dewi Bunga Agung, Guru. Apakah ada yang salah?”

Tatapan Guru Lao Gao melunak sedikit.

“Tidak. Aku hanya memeriksa tingkatan spiritualnya. Lanjutkan.”

Ia kembali naik ke udara. Aku menarik napas dalam, lalu memejamkan mata. Jari-jariku menyentuh senar pertama.

Nada pertama terdengar—lembut namun menggema jauh, seperti desir angin yang membangunkan kelopak bunga di seluruh arena. Setiap getaran harpa mengalir ke tanah dan udara, meraba arah gerakan lawanku meski mataku terpejam.

Zhuan Qi yang tak mau kalah, mengeluarkan cambuk hitam Penakluk Iblis. Suara cambuknya berderak keras, menghantam batu arena hingga percikan energi spiritual berloncatan di udara. “Hahaha, gadis bodoh. Lihatlah, apa yang kubawa!”

Aku mengerutkan kening. Hembusan angin membawa aroma darah iblis yang pekat dan menusuk, aroma khas dari senjata kegelapan. Dari situ aku tahu, ia benar-benar berniat mengalahkanku. Karena itu, aku tetap tenang, memejamkan mata, dan mencoba membaca arah gerakannya lewat getaran udara.

Zhuan Qi langsung mengarahkan cambuk itu ke arahku, berusaha menahan tanganku agar tak bisa memetik harpa lagi. Aku menghindar beberapa kali, namun tetap tak mampu menembus pertahanannya. Terpaksa aku mengeluarkan cambuk Lily putih agar bisa menandingi kekuatannya.

Aku hanya dapat menggunakan cambuk Lily putih. Jika aku memakai cambuk Lily hitam, identitasku sebagai Alstroemeria akan terbongkar.

Tatapan Zhuan Qi semakin liar ketika melihat cambukku. “Rasakan ini!” teriaknya lantang.

Cambuk hitamnya kembali mengarah tepat ke tubuhku. Aku melesat ke belakangnya dan melilitkan cambuk Lily putih di lehernya.

“Zhuan Qi,” bisikku di telinganya.

“Seingatku, Guru tidak melarang membunuh di arena, bukan? Haruskah aku membunuhmu?” Nada suaraku sedikit mengejek saat keadaan berbalik. Arena pun langsung riuh; sebagian murid menjerit, sebagian lain bersorak.

Zhuan Qi berusaha membanting tubuhku, tapi aku sudah meninggalkan bayanganku untuk mengelabuinya. Bayangan itu menatapnya dengan senyum tipis sebelum berubah menjadi serpihan cahaya.

Aku muncul di hadapannya dan memetik harpa tiga kali berturut-turut. Gelombang suara spiritual menghantamnya keras, membuat tubuhnya terpental keluar arena ujian.

“Sampai jumpa,” ucapku datar.

Namun tawa berat terdengar di sampingku.

“Hahaha! Itu hanya bayanganku, bodoh,” kata Zhuan Qi.

Aku terpaku. Bayangannya lebih sempurna dariku—bahkan bisa berpura-pura terpental.

“Oh tidak, ternyata aku yang tertipu,” kataku pura-pura kaget, sambil menyusun rencana baru.

Sialan...

“Menyerahlah, Zhang Li. Hari ini aku akan mengampunimu,” ujarnya dengan nada tinggi.

“Benarkah? Kau berjanji?” tanyaku manis.

“Tentu saja. Aku akan mengampunimu.”

Aku tersenyum pelan.

Kau pikir aku akan menyerah?

“Baiklah, Zhuan Qi. Kalau begitu, aku tidak akan menyerah hari ini!”

Dengan satu gerakan cepat, aku menotok aliran darahnya. Tubuhnya langsung kaku, meski mulutnya masih bisa berbicara.

"Zhang Li, lepaskan aku. Bisa-bisanya kau memakai cara seperti ini!" ucap Zhuan Qi menggeram kesal.

“Zhang Li! Lepaskan aku! Bagaimana bisa kau memakai cara seperti ini!” serunya kesal.

“Hahaha… menyerahlah, Zhuan Qi. Aku akan mengampunimu,” ujarku sengaja menirukan ucapannya tadi.

Para murid tertawa keras. Bahkan Guru Ru Ru ikut menahan tawa sambil menggeleng.

“Zhang Li, ini ujian, bukan pertunjukan opera,” ucapnya dengan senyum geli, meski matanya memberi isyarat agar aku segera menyudahinya.

“Guru, dia yang mulai lebih dulu!” protesku cepat.

Namun suara Guru Lao Gao memanggil namaku dengan nada tegas. Aku pun menghela napas, lalu memindahkan tubuh Zhuan Qi keluar arena dengan cambuk Lily putih.

Pertandingan pun berakhir...

Guru Ru Ru memecahkan suasana yang sempat dipenuhi tawa dengan nada lembut namun tegas.

“Baiklah, kalian sudah cukup terhibur, bukan? Karena itu, pertandingan selanjutnya harus lebih serius. Setelah Guru lihat, sepertinya kalian jadi lebih bersemangat sekarang,” ucap Guru Ru Ru sambil tersenyum.

“Kami akan melakukan yang terbaik, Guru!” seru para murid serempak, membuat Guru Ru Ru semakin tersenyum bangga.

Guru Lao Gao menatap Zhuan Qi dengan ekspresi tenang. “Zhuan Qi, kau harus belajar mengendalikan emosi dan jangan menganggap remeh lawanmu. Apakah kau bisa mengambil pelajaran dari pengalaman hari ini?”

Zhuan Qi mengangguk cepat. “Iya, Guru. Aku sudah belajar banyak. Tapi… bisakah Guru membantuku melepaskan ini?” katanya, menunjuk segel yang masih menahan tubuhnya.

Begitu dilepaskan, Zhuan Qi langsung melesat ke arahku—sepertinya ingin membalas dendam.

“Berhenti!” seruku sambil menahan dahinya dengan satu tangan.

Ia mengerjap kaget. “Ada apa lagi?”

“Apakah kau mau memukulku? Guru sudah bilang, di luar arena kita semua teman. Zhuan Qi, kau dan aku berteman,” ucapku sambil tertawa kecil, lalu mencubit kedua pipinya yang masih memerah—mungkin karena malu, mungkin karena kesal.

Guru Ru Ru hanya tertawa melihat tingkah kami. “Hahaha, sudahlah. Ayo, murid selanjutnya!”

Zhuan Qi mendengus, lalu berbisik di telingaku sebelum kembali ke tempatnya. “Awas saja kau, Zhang Li.”

Beberapa murid berikutnya bertarung dengan meniru caraku—menotok aliran darah lawan untuk lebih cepat menjatuhkan lawan dari arena.

“Zhang Li, caramu sangat ampuh, ya,” bisik Pangeran Ketiga di sampingku sambil terkekeh.

Kami berdua tertawa kecil, tiap kali ada yang mencoba meniru teknikku, tapi gagal total dan malah membuat dirinya sendiri tersingkir dengan cara tersebut.

"Zhang Li kau harus mendukungku!" seru Pangeran Ketiga dengan penuh semangat.

Pangeran Kedua tidak mau kalah. “Kalau kau mendukungku, aku akan memberimu hadiah, Zhang Li.”

Aku tertawa melihat mereka saling menantang. “Baiklah, aku akan mendukung kalian berdua. Tapi jangan pakai caraku, ya!”

Mereka hanya saling pandang lalu tertawa keras sebelum naik ke arena bersama. “Semangat! Aku mendukung kalian sampai ada yang menang!” seruku memberi semangat.

“Aku Zhu Tao, Dewa Naga Api, menantang Zhu Hao, Dewa Naga Air!”

Pertarungan mereka dimulai dengan cepat. Pangeran Ketiga menghentakkan kaki, dan dari tanah memancar pilar api berbentuk naga, meraung menembus udara. Panas kobaran itu begitu terasa, sampai para murid pewaris yang menonton dapat merasakan perubahan udara yang menjadi panas membara.

Pangeran Kedua tak tinggal diam. Ia menjentikkan jarinya, dan seketika pusaran air berputar cepat menghantam naga api itu hingga berubah menjadi uap panas yang mendesis di udara.

Pangeran ketiga langsung mengeluarkan pedangnya. pedang itu memiliki kesadaran roh spiritual, bergerak lincah menangkis serangan elemen air dari Pangeran Kedua.

Saat aku sedang serius mengamati duel mereka, Song Lan menyenggol lenganku pelan.

“Zhang Li, kau mau bertaruh tidak?” tanyanya dengan senyum menggoda.

“Ayo, siapa takut! Tapi kalau kau kalah, kau harus mentraktirku saat liburan. Setuju?” balasku menantang.

Aku teringat ucapan Pangeran Pertama—dalam sebulan bersekolah pasti ada hari libur. Namun setelah itu, latihan keras menanti kami.

Song Lan mengangkat alisnya.

“Baiklah. Lalu, kau pilih siapa, Zhang Li?”

Aku menatap arena yang semakin panas, lalu tersenyum samar. Hmmm… lebih baik aku memilih siapa, ya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alstroemeria   Kunjungan Raja Naga

    Alam langit yang sedang berbahagia dengan kemunculan dua bayi kembar dari keturunan Zhang Li dan Putra Mahkota, tentu saja menjadi momen terbaik dalam sejarah alam langit. Karena, alam langit tidak pernah kehadiran bayi kembar.Baik Dewa biasa ataupun Keluarga Kaisar, tapi semua kebahagiaan ini juga mendatangkan banyak pertanyaan karena bakat Dewa yang berada dalam diri Zhu Suyi dan Zhu Suye. Akhirnya, seluruh raja naga beserta para Dewa Dewi terus membantu Kaisar mencari tahu alasan dibalik Bakat Dewa muncul bersama kedua bayi ini.Sisi lain, Dewi Burung ternyata tidak mati. Bahkan, ia berhasil bertahan hidup dalam pagoda suci dan melahirkan anaknya "Anakmu tidak dapat keluar dari tempat ini, karena roh jahat menempel pada dirinya. Jadi, ia harus melewati penyucian berulang kali baru bisa keluar dari Pagoda." Bagaimanapun, bayi ini keluar dari perut pendosa yang kerasukan inti roh raja iblis. Walaupun sudah lenyap, tapi tetap saja harus melewati penyucian."Apakah anakku harus mena

  • Alstroemeria   Kutukan Setengah Siluman

    Kepergian Kaisar dan Dewi Zhang Li, membuat dirinya bisa bernapas dengan legah. Karena alam langit benar-benar melepaskan rakyat kota Zhen dari perjanjian 1.000 tahun lalu, juga anak tercintanya Liu Zha, sudah terlepas dari kutukkan setengah siluman dan manusia. Liu Ge, segera mengutus prajuritnya untuk menampung air dalam 10 gentong besar agar tidak kekurangan saat proses pelepasan kutukan setengah siluman ini. Setelah semuanya siap, seluruh rakyat kota Zhen berkumpul ditengah lapangan istana kota untuk menyembuhkan kutukan mereka. Sekaligus, merayakan lepasnya kaum siluman dari perjanjian 1.000 tahun yang sudah menyulitkan mereka.Belum saja, Liu Ge berbicara sepatah kata apapun. Seluruh rakyat kota Zhen malah ingin membalaskan dendam kepada Alam Langit, karena sudah membuat generasi baru menderita dan terkurung dalam kota. Liu Ge langsung menghentikan niat buruk mereka dan menjelaskan maksud dirinya mengutus para prajurit mengumpulkan mereka ditengah lapangan istana kota zhen, te

  • Alstroemeria   Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur

    Hutan Meraire sudah tidak bisa menahan raja iblis lagi, karena kekuatan Dewa Pu Chai melemah.Akhirnya, Zhu Yi hanya berhasil memecahkan inti roh raja iblis menjadi tujuh bagian dengan kekuatan yang telah tercampur darahnya. Meskipun Zhu Yi gagal mengurung keenam inti roh lainnya, tapi setidaknya Zhu Yi berhasil mengurung inti roh ketujuh yang memiliki aura pembunuhan sangat kuat dan merupakan kekuatan inti raja iblis.Zhu Yi Melilit paksa Inti roh Raja Iblis ke-7 untuk memasuki Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur. Ruang Hampa yang terletak pada dimensi bintang mati dengan massa tak terbatas ini. Sebenarnya, tidak dapat dijangkau oleh mahluk manapun. Bahkan, banyak Dewa ataupun siluman menganggap tempat ini hanya sebuah legenda kuno.Berusaha menyelamatkan dunia. Dirinya, dihampiri oleh utusan surgawi yang langsung membuka portal sebagai jalan pintas menuju alam ilusi rasi bintang gugur. Bahkan, ia dibekali rantai air mata bidadari yang tak pernah ada dalam sejarah manapun "Gunakan ini." S

  • Alstroemeria   Musnah untuk kali ke-5

    Xai yang sudah aku utus seharian penuh untuk mengamati aktivitas Liu Zha lebih dekat. Akhirnya, membuat aku cukup mudah mendekati Liu Zha hingga mempercayaiku dan bermain bersamaku.Sedangkan, Pangeran ketiga dari kemarin mencoba berdiskusi tentang pembatas transparan yang dibuat oleh Zhu Yi. Bahkan, ia sengaja mengulur waktu dengan mengeluarkan seluruh pedangnya untuk mencobai pemabatas ini."Gadis manis, aku punya hadiah untukmu." Liu Zha langsung mendekat dan matanya berbinar ketika melihat gelang Lily Hitam. Ia langsung memintaku untuk memasangnya, tapi saat terpasang. Inti Roh Iblis Kelaparan bereaksi dan memberontak, tapi untung saja ada Xai yang membuat tabir pelindung hingga suara teriakkan Liu Zha tidak menarik perhatian siapapun."Keluarlah dari tubuh gadis ini, jangan terus membuat masalah raja iblis. Apakah kau tidak lelah? Selalu menindas yang lemah? Apakah kau tidak memiliki kemampuan untuk menindas yang kuat?" Ucap Zhang Li yang sengaja memancing."Hanya seorang gadis

  • Alstroemeria   Pemimpin Kota Zhen

    Setelah keluar dari hutan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Zhen. Pemandangan kota ini, jauh lebih indah daripada siang hari. Baru saja keluar dari perbatasan hutan, kami semua disambut pemimpin kota Zhen. Pemimpin kota Zhen yang sudah mengetahui kami akan turun gunung dari Xai, langsung menyambut kami dengan hangat.Mereka juga sudah mengatur sebuah paviliun megah nan mewah untuk kami semua singgah selama beberapa hari dalam kota Zhen yang sangat indah ini.“Perkenalkan, namaku Liu Ge dan istriku Cheng Mi yang berasal dari dunia manusia." Setelah memperkenalkan diri satu samalain, kami diberikan waktu untuk beristirahat.Malam telah tiba, kami semua diundang secara langsung oleh pemimpin kota Zhen untuk menikmati pesta sambutan yang dibuat secara khusus untuk kami semua "Nikmatilah acara ini," Ucap Liu Ge lalu menyuruh pengawal pribadinya untuk menutup pintu aula istana kota zhen.Acara dimulai dengan tarian pembuka-an dari klan siluman ular piton hijau yang sangat gemulai da

  • Alstroemeria   Kota Zhen

    Tubuhnya yang terasa lemah hanya bisa membuat dirinya memandangi para dewa dan dewi yang nampak legah, karena Zhang Li sudah membuka kedua matanya "Apakah masih terasa sakit?" Tanya Dewi Tabib dan aku hanya bisa menggelengkan kepala, agar mereka tidak khawatir. Kaisar yang baru saja tiba bersama beberapa dayang, langsung sibuk mempersiapkan ramuan herbal terbaik untuk meningkatkan energi dan pertumbuhan bayiku. Sedangkan, para Dewa Dewi hanya bisa menatap haru perlakuan Kaisar terhadap Zhang Li yang sangat khawatir. “Kaisar, Nona Zhang Li sekarang sudah memasuki massa kehamilan 40 minggu. Jadi, normal saja kalau sering terjadi kontraksi palsu. Mengejutkannya lagi, anak Zhang Li merupakan bayi kembar." Zhang Li merasa bahagia, sekaligus sedih. Karena, anak kembar ini tidak disambut oleh Ayah mereka. Seandainya, disini ada Pangeran Pertama. Pasti kabar ini akan menyempurnakan kehidupan kami dengan membuat keluarga kecil. Apakah langit akan adil terhadap kedua bayi kecilku ini? Ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status