Share

Sang Pelopor

Sebelum ujian dimulai Guru Lao Gao mengingatkan kami agar bersikap dewasa "Hanya diarena ujian kalian menjadi musuh. Saat keluar dari arena kalian harus tetap menjadi teman baik. Jika ada yang bertengkar diluar arena maka saya akan mengeluarkan kalian dari sekolah ini ," ucap Guru Lao Gao dengan sangat tegas.

Langsung dikeluarkan?

Sungguh kejam sekali peraturan sekolah disini, tidak seperti alam bunga.

"Baiklah untuk ujian saat ini, para murid hanya boleh menggunakan pedang dan kekuatan spiritual. Jika melanggar aturan kalian tidak akan mendapatkan point ," ucap Guru Ru Ru dengan tersenyum manis.

Kami para murid berdiri melingkari arena tersebut agar melihat dengan jelas gerak-gerik murid yang sedang bertanding, kedua Guru tadi terbang dengan pedang menuju atas tengah arena "Baiklah, siapa yang ingin bertanding untuk pertama kali?" tanya guru Ru Ru dengan teriakan semangat.

"Aku Da Liu, murid pewaris Dewa Tanah menantang Zi Fa murid pewaris dari Dewi Burung."

Mereka langsung bertarung memakai pedang dengan sangat tangkasnya, Da Liu memulai aksinya menggunakan kekuatan spiritual untuk mengganggu penglihatan Zi Fa. Saat Zi Fa lengah tiba-tiba ia sudah diluar arena "Hahaha jurus yang bagus Da Liu, silahkan kembali kedalam barisan lagi dan Zi Fa tingkatkan konsentrasimu karena kau adalah murid pewaris Dewi Burung yang sangat tajam penglihatannya ," ucap Guru Ru Ru lalu pertandingan ini terus berlanjut.

Banyak murid yang belum bertanding, tapi terlihat dari arah lain Zhuan Qi menaiki tempat arena "Aku Zhuan Qi, murid pewaris Dewa Penakluk Iblis menantang Nona Zhang Li murid pewaris dari Dewa Pembasmi Roh Iblis."

Penakluk iblis?

Ah apakah ia yang sering dibicarakan guru?

Guru sering mengingatkan aku untuk berhati-hati dengan murid atau Dewa Penakluk Iblis karena mereka sangat bengis dan mengincar jurus pembasmi roh iblis yang diciptakan Guru, Apakah dia akan memanggil iblis untuk membantunya? Ah sudahlah jangan berpikiran aneh-aneh Zhang Li. Kau pasti bisa!

Aku berjalan menaiki arena ujian "Aku mengalah 5 gerakan Zhang Li ," ucap Zhuan Qi sambil tersenyum meremehkan aku.

Aku tidak peduli dengan ucapan Zhuan Qi "Guru, aku tidak punya pedang. Apakah boleh menggunakan harpa?" tanyaku.

Aku bertanya kepada Guru karena dari tadi aku melihat semua murid bertarung menggunakan pedang dan kekuatan spiritual saja "Tentu saja boleh Zhang Li, gunakan harpamu."

Saat aku mengeluarkan harpa perak bunga Lily. Guru Lao Gao langsung turun dari pedang menghampiriku "Mengapa kau memiliki ini?" tanya guru Lao Gao.

Apakah salah jika aku memiliki harpa peninggalan Ibuku?

"Aku mendapatkannya dari Dewi Bunga Agung Guru, apakah ada yang salah?" tanyaku sambil memperhatikan Guru yang sedang memandangi harpaku.

"Lanjutkan saja, aku hanya memeriksa tingkatan harpa ini."

Guru langsung terbang lagi menggunakan pedangnya ke atas lalu kupejamkan mataku dan mulai memainkan harpa, aku lebih mudah merasakan gerakan musuh saat pandanganku gelap seperti ini.

Terdengar suara cempeti yang dipukulkan sengaja ke arah batu yang kami pijak saat ini "Hahaha gadis bodoh, lihatlah aku membawa apa."

Ternyata Zhuan Qi memakai cempeti hitam penakluk iblis, aku tahu karena tercium sedikit bau darah iblis pada cambuknya.

Zhuan Qi langsung mengarahkan cambuk itu ke arahku, untuk menahan tanganku agar tidak bisa memetik harpa, aku masukan harpaku dan terpaksa aku mengeluarkan cempeti Lily putih agar bisa menyamai kekuatannya.

Aku hanya bisa memakai cempeti Lily putih, karena jika aku memakai cempeti Lily hitam akan ketahuan bahwa aku Alstroemeria.

"Rasakan ini!" Teriaknya.

Zhuan Qi langsung mengarahkan cempeti hitamnya ke arah badanku, aku langsung melesat dibelakang tubuhnya lalu aku lilit lehernya dengan cempeti Lily putih "Zhuan Qi, seingatku tadi Guru tidak melarang, saat pertarungan arena tidak boleh membunuh. Apakah aku harus membunuhmu?" tanyaku sambil tertawa tepat ditelinga kanannya.

Aku yang bertarung, tapi yang menjerit tidak jelas yang menonton. Dasar aneh!

Zhuan Qi terlihat ingin membanting tubuhku karena ia menatap kearahku dengan sorot mata tajam seperti ingin membunuh.

Aku tinggalkan bayanganku untuk bertatapan mesra dengannya lalu aku teleport dihadapannya mempersiapkan sebuah kejutan besar untuknya.

Saat ia ingin membantingku, tiba-tiba bayanganku berubah menjadi serpihan lalu ia menoleh ke depan. Aku langsung menyerangnya dengan tiga kali petikan harpa secara bertubi-tubi dan ia langsung terpental keluar arena "Sampai jumpa."

"Hahaha itu hanya bayanganku bodoh ," ucap Zhuan Qi tertawa disampingku saat bayangan itu menjadi serpihan asap berwarna hitam.

Bayangan yang ia buat lebih sempurna dariku, bahkan bisa akting terpental!

Sialan...

"Oh tidak, ternyata aku ditipu olehmu!" Aku berpura-pura kaget saja sambil mencoba mencari cara untuk menipunya.

"Hahaha menyerahlah Zhang Li, aku akan mengampunimu hari ini."

"Benarkah? Apakah kau berjanji?" tanyaku.

"Tentu saja, aku akan mengampuni perbuatanmu kepadaku tadi ."

Kau kira aku akan menyerah? Cih.

"Baiklah Zhuan Qi, kalau begitu aku tidak akan menyerah hari ini!"

Aku langsung menotok aliran darah Zhuan Qi agar ia tidak bisa bergerak sedikitpun, tapi karena aku baik. Mulutnya tetap aku perbolehkan untuk berbicara.

"Zhang Li, lepaskan aku. Bisa-bisanya kau memakai cara seperti ini!" ucap Zhuan Qi menggeram kesal.

"Hahaha menyerahlah Zhuan Qi, aku akan mengampunimu." Zhuan Qi berdecak kesal saat aku mengikuti ucapannya tadi.

Semua murid bahkan para Guru dan tidak dapat menahan tawa lagi, saat melihat sikapku terhadap Zhuan Qi.

"Zhang Li ini pertandingan ujian, mengapa kau membuat kami semua tertawa seperti sedang melihat opera?" tanya guru Ru Ru sambil tersenyum, tapi ia menatapku seperti memberi isyarat untuk menyudahinya.

"Guru, dia yang mulai dahulu!"

Aku mencoba menawar waktu sedikit lagi, tapi tidak bisa "Zhang Li..." Guru Lao Gao sudah memanggil namaku terpaksa aku menyudahi permainan ini.

Aku pindahkan tubuh Zhuan Qi yang tidak bisa bergerak, keluar dari arena dengan cempeti bunga Lily putih "Baiklah, kalian sudah cukup terhibur bukan? Karena itu pertandingan selanjutnya harus cukup serius karena setelah Guru lihat kalian menjadi lebih semangat sekarang ," ucap Guru Ru Ru dengan tersenyum.

"Kami akan melakukan yang terbaik Guru ," ucap para murid dengan berteriak untuk menjawab Guru Ru Ru yang tersenyum melihat kami semua.

"Zhuan Qi, kau harus menjaga emosimu dan jangan menganggap remeh musuhmu. Apakah kau bisa belajar dari pengalaman hari ini?" tanya guru Lao Gao.

"Iya Guru aku sudah belajar banyak, apakah Guru bisa membantuku melepaskan ini?" balasnya sambil meminta pertolongan kepada Guru.

Saat sudah bisa bergerak, Zhuan Qi langsung melesat ke arahku sepertinya ingin membalas perbuatanku "Berhenti!" 

Aku hentikan dia dengan telapak tanganku tepat didahinya "Ada apa lagi?" tanyanya.

"Apakah kau akan memukulku? Guru sudah bilang diluar arena ujian kita teman baik Zhuan Qi, kau dan aku berteman ," ucapku sambil tertawa lalu mencubit kedua pipinya yang merah hahaha mungkin ia masih marah karena pertandingan tadi.

"Hahaha sudahlah, ayo murid selanjutnya."

"Awas saja kau Zhang Li ," bisiknya tepat ditelinga kananku lalu ia pergi kembali ke posisi awal ia berdiri.

Banyak yang bertarung mengikuti caraku yaitu dengan menotok aliran darah lawan dan langsung memindahkan tubuhnya keluar arena "Zhang Li caramu sangat ampuh ya ," bisik Pangeran ketiga.

Kami selalu tertawa bersama setiap melihat ada yang bertarung menggunakan caraku karena banyak yang gagal menotok aliran darah lawannya malah terjadi sebaliknya.

"Zhang Li kau harus mendukungku!" Ucap Pangeran ketiga.

Pangeran kedua juga tidak ingin kalah "Jika kau mendukungku, aku akan memberimu hadiah Zhang Li."

"Baiklah aku akan mendukung kalian, tapi jangan memakai caraku ya!"

Mereka berdua tertawa lalu menaiki arena ujian bersama-sama "Semangat, aku mendukung kalian sampai ada yang menang."

"Aku Zhu Tao, Dewa Naga Api menantang Zhu Hao sebagai Dewa Naga Air."

Pangeran kedua langsung menyerang Pangeran ketiga dengan gerakan yang sangat cepat, saat aku sedang mengamati mereka bertarung Song Lan menggangguku "Zhang Li, kau mau bertaruh tidak?" tanya Song Lan sambil tersenyum menantangku.

"Ayo siapa takut! Jika kau kalah harus traktir aku saat liburan, setuju?" tanyaku untuk memastikan.

Aku ingat ucapan Pangeran pertama dalam satu bulan bersekolah pasti ada hari libur, tapi setelah libur mereka akan menghadapi latihan yang cukup menyulitkan.

"Baiklah kau pilih siapa Zhang Li?" tanyanya sambil memainkan alis.

Lebih baik aku memilih siapa?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status