Beranda / Fantasi / Alstroemeria / Hari Pertama

Share

Hari Pertama

Penulis: Scaty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-03 03:16:29

Peraturan nomor sembilan di Sekolah Lembah Langit menyatakan: “Berpakaian sesuai apa yang telah disediakan di setiap lemari kamar murid.”

Aku memperhatikan lemari di kamarku dengan rasa kagum. Kata Pangeran Pertama, lemari ini ajaib. Setiap hari, hanfu yang ada di dalamnya akan berubah sendiri, menyesuaikan ukuran tubuh pemiliknya.

Di kamar ini juga tersedia bak khusus yang terbuat dari anyaman bambu. Setelah selesai memakai hanfu untuk kegiatan sekolah, kita cukup meletakkannya di bak sebelah kiri lemari.

Pelayan khusus akan mengambil hanfu tersebut, mencucinya dengan kekuatan spiritual, lalu mengembalikannya ke lemari pemiliknya. Hebatnya, pelayan itu tidak perlu bolak-balik dari rumah ke rumah, semua dikerjakan dari jarak jauh.

Saat kulihat isi lemari, hanya ada tiga gaun hanfu polos tanpa motif: biru muda, merah muda, dan abu-abu. Semua gaun dilapisi renda putih panjang dengan lengan longgar yang elegan. Selain hanfu, lemari ini juga menyimpan dua pasang sepatu putih yang serasi.

Aku memilih hanfu abu-abu hari ini. Untuk pertama kalinya, aku tidak memakai cadar, mengikuti peraturan alam langit yang melarang menutupi wajah seperti sosok misterius. Rasanya aneh sekaligus menyenangkan, merasakan angin menyentuh wajahku saat menatap cermin.

Saat aku keluar dari kamar, terlihat para Pangeran dan Song Lan, si wajah es, sedang duduk santai di ruang baca sambil mengobrol.

“Song Lan, kau pasti punya pedang, kan?” tanya Pangeran Ketiga.

Aku berjalan menghampiri mereka dan duduk di antara Pangeran Pertama dan Pangeran Ketiga. Kenapa mereka semua memakai hanfu abu-abu?

“Punya, kenapa?” jawab Song Lan singkat.

“Baiklah. Aku akan memberitahumu jalan menuju sekolah,” ucap Pangeran Ketiga.

“Atur saja,” sahut Song Lan.

“Kalian kenapa pakai warna abu-abu semua?” tanyaku.

Pangeran Kedua hanya tersenyum, dan aku membalas senyumnya.

“Apakah kau tega, Zhang Li? Kalau aku pakai merah muda, pasti akan mencemari ketampananku,” goda Pangeran Ketiga.

Dasar Pangeran, percaya diri mereka luar biasa.

Pangeran Pertama berdecak, lalu berjalan keluar rumah. “Ayo berangkat. Sudah hampir waktunya makan siang. Kita harus datang lebih awal agar bisa memilih tempat nyaman,” ucapnya sambil memakai sepatu.

Kami langsung menyusul ke halaman. “Hei, Song Lan, keluarkan pedangmu untuk transportasi ke sekolah,” perintah Pangeran Ketiga.

Sementara mereka sibuk, aku bingung harus ngobrol dengan siapa. Lagi pula, aku tidak punya pedang untuk transportasi. Aku hanya menunggu seseorang memberi tumpangan.

“Zhang Li...” Pangeran Pertama dan Kedua memanggil bersamaan.

“Ada apa?” tanyaku, menatap mereka bergantian.

“Apakah kau ingin naik pedangku?” tanya Pangeran Kedua sambil tersenyum ramah.

Sebelum aku menjawab, Pangeran Pertama menarik tanganku hingga aku berada di sampingnya. “Dia harus bersamaku karena mendapat tugas dari Paman Ji Dan untuk menjaganya,” ucapnya tegas.

Aku hanya mengangguk, menoleh sebentar ke Pangeran Kedua. “Maaf ya, Pangeran Kedua.”

“Bukannya Paman sibuk?” tanyaku, heran.

“Memang, tapi Paman menyuruhku menjagamu saat ia sibuk,” jawab Pangeran Pertama.

Sekali jentikan jari, kami langsung berada di atas pedang yang terbang di awan, Pangeran Pertama berada di depanku sambil menggenggam tanganku dengan erat.

Terlihat jelas dari sini, setiap rumah kayu yang mengapung di atas batu membentuk barisan yang rapi dan dilindungi oleh perisai emas. Beberapa murid lain juga terbang menggunakan pedang, searah dengan kami. Kapan aku memiliki pedang sendiri? Aku ingin terbang seperti mereka.

Saat melintasi pintu gerbang perisai emas, terlihat sungai yang sangat jernih di bawah kami. Banyak ikan yang berenang di dalamnya.

“Pangeran Pertama, sungai ini untuk memancing ikan? Ikannya banyak sekali.”

“Gadis bodoh, sungai ini untuk belajar, bukan memancing.”

Hah? Apa yang akan dipelajari di sungai? Ah, mungkin berenang.

Kami mendarat tepat di depan pintu gerbang utama sekolah, lalu berjalan melewati lapangan utama. Setelah itu menaiki tangga dan berjalan ke arah kanan sampai menemukan ruangan bertuliskan Kantin.

“Ramai sekali, bagaimana ini?” tanyaku.

“Ambillah makanan dahulu, Song Lan dan Zhang Li. Kami akan menyusul,” ucap Pangeran Ketiga.

“Baiklah,” jawabku, masih kesal dengan Song Lan dan tidak ingin berbicara dengannya.

Antrian mengambil makanan cukup lama dan membosankan.

“Zhang Li!” panggil Song Lan dari sebelah kananku.

“Aku tidak dengar,” jawabku.

“Kau menjawabnya, apakah kau bodoh?” katanya dengan wajah sinis.

“Kau menyebalkan!”

“Maaf,” katanya singkat, lalu langsung mengambil nampan kayu untuk menaruh makanan. Dasar aneh, bilang maaf lalu pergi begitu saja.

“Hei, apakah kau akan melamun terus? Cepat ambil makananmu. Dasar wanita tidak jelas,” sentak seorang lelaki di belakangku.

“Maaf,” jawabku cepat.

Aku menunduk agar tidak melihat wajahnya, pasti pria ini lebih kasar daripada Pangeran Pertama.

Lelaki itu malah sengaja menghalangi jalanku. “Apakah kau tidak punya mata? Jalanlah ke arah lain, aku tak bisa mengantri.”

“Hei, Zhuan Qi, cepat ambil makananmu. Jangan menghambat antrian!” Teriak seorang murid perempuan dari arah barisan.

Oh, lelaki ini bernama Zhuan Qi.

“Diam, kau, Da Liu!” sentak Zhuan Qi.

Murid wanita itu mendahului barisan, tapi Zhuan Qi langsung membantingnya ke lantai dan hendak memukul wajahnya.

“JANGAN!” teriakku lantang.

Tiba-tiba, cahaya berwarna emas muncul entah dari mana. Cahaya itu memantul ke tubuh Zhuan Qi hingga dia terpental sampai di ambang pintu masuk kantin.

Cahaya ini… mengapa sama seperti waktu aku dicekik Pangeran Pertama?

Pangeran Pertama, Kedua, Ketiga, dan Song Lan muncul di hadapanku begitu cepat, membuatku terkejut. Untung saja, Pangeran Ketiga langsung menahan piring makananku yang hampir tumpah. “Terima kasih,” kataku lega.

“Nona, apakah kau baik-baik saja?” tanya Pangeran Kedua kepada Da Liu sambil membantu gadis itu berdiri.

“Song Lan, bisa tolong aku sebentar?” pintaku.

“Apa?” jawabnya, menatapku heran.

“Pegang nampanku sebentar,” kataku sambil menyerahkannya kepadanya.

Aku menoleh kepada Da Liu. “Maaf ya, Da Liu.”

“Tidak apa-apa. Zhuan Qi saja yang bodoh,” jawabnya santai.

Belum sempat aku membalas ucapannya, Zhuan Qi menggunakan kekuatan spiritualnya untuk menarik tubuhku ke arahnya. Pangeran Pertama segera memotong kekuatan itu dengan pedang dan memeluk tubuhku, membuatku langsung terlepas dari genggamannya.

Pangeran Ketiga, Kedua, dan Song Lan segera menghampiri. “Ini makananmu. Kau melanggar janjimu Zhang Li,” kata Song Lan sambil menyerahkan nampan.

Janji apa? pikirku heran.

Setelah berpikir sambil makan, aku baru sadar. Ternyata janji yang ia maksud tidak merepotkan Song Lan! Hahaha, ia masih ingat.

“Ada apa, Zhang Li? Kau tertawa?” tanya Pangeran Ketiga penasaran.

“Aku kira Song Lan akan melupakan janjiku, tapi ternyata tidak,” jawabku sambil tersenyum.

Para Pangeran tertawa, begitu juga Song Lan, tapi kenapa Pangeran Pertama tampak melamun?

Kami selesai makan dan hanya menunggu Song Lan menghabiskan makanannya.

“Jika kalian sudah selesai, langsung ke arena ujian, ya. Aku akan menyusul,” kata Pangeran Pertama.

Pangeran Pertama langsung berjalan keluar kantin. Aku mencoba mengejarnya.

“Ada apa? Kau mengikutiku?” tanya Pangeran Pertama tanpa menungguku.

“Kau kenapa, Pangeran?” tanyaku.

“Tidak ada apa-apa.”

Aku mencoba melesat tepat di depannya, tapi ia menabrakku hingga aku terjatuh.

Kok tidak jatuh?

Saat membuka mata, aku melihat Pangeran Pertama menangkap tubuhku. “Gadis bodoh, kau sangat ceroboh,” ucapnya.

Aku segera berdiri tegap dan menahan tangannya agar tidak berjalan lagi. “Kenapa?” tanyaku lagi.

“Tidak ada apa-apa. Sudah, sana ke arena untuk melakukan ujian,” jawabnya.

“Berjanjilah untuk mengantarku, dan saat pulang kau akan menceritakan semuanya kepadaku,” ucapku sambil memainkan jari kelingking tepat di depan wajahnya.

“Baiklah, tapi kau harus mencapai tingkat di atas 25. Aku baru akan menceritakannya kepadamu,” jawabnya.

“Baiklah! Janji.”

Kami pun melakukan janji kelingking, lalu Pangeran Pertama membawaku berjalan menuju arena ujian.

Arena ujian terhampar di tengah lapangan luas, berupa tumpukan batu berbentuk kotak yang tersusun rapi tiga tingkat, dengan anak tangga dari empat arah berbeda.

Di sekeliling arena, aura magis berpendar, membentuk lingkaran cahaya halus yang memisahkan murid dari penonton—memberi kesan bahwa tempat ini bukan sekadar arena ujian biasa.

Guru Lao Gao dan Guru Ru Ru melayang di atas pedang, tubuh mereka dikelilingi cahaya lembut yang berputar mengikuti gerakan, menambah kesan sakral. Para murid menunduk hormat, dan berbaris sesuai arahannya.

“Jadi, pada siang hari ini, kita akan melakukan ujian pedang dan kekuatan spiritual,” suara Guru Ru Ru menggema jelas karena sangat hening.

Tiba-tiba, ia melempar sebuah papan kayu kecil ke udara. Papan itu melayang, memantulkan cahaya lembut di permukaannya, lalu perlahan mulai berlipat ganda dan bertebaran di udara.

“Di papan-papan ini sudah tertulis nama kalian, sesuai jumlah murid saat ini, yaitu 250 peserta. Aku akan membagi lawan berdasarkan umur dan kekuatan spiritual masing-masing,” ucap Guru Ru Ru sambil menggerakkan jarinya di udara.

Papan-papan kayu itu melayang menuju para calon murid pewaris satu per satu.

Guru Ru Ru melanjutkan, “Jadi, ujian ini cukup sederhana: jika kalian berhasil membuat lawan menyerah atau keluar dari arena, kalian menang.”

Oh, berarti aku harus membuat lawanku jatuh dari kotak arena ujian. Baiklah… semoga lawanku tidak terlalu tangguh.

Setelah pembagian selesai, aku enggan melihat siapa lawanku.

“Kita bertemu, Kakak Kedua,” ucap Pangeran Ketiga sambil tertawa bersama Pangeran Kedua.

“Song Lan, kau bertemu siapa?” tanyaku.

“Sudah pasti bukan Zhang Li!” jawab Song Lan sambil tertawa puas menghinaku.

Syukurlah, aku tidak bertemu Song Lan di arena. Dan tentu saja, Pangeran Pertama tidak mungkin menjadi lawanku. Baiklah… saat kubuka…

Kok dia? Aura kekasarannya membuatku bergidik—roh iblis pun akan mundur menghadapi sifatnya...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Alstroemeria   Kunjungan Raja Naga

    Alam langit yang sedang berbahagia dengan kemunculan dua bayi kembar dari keturunan Zhang Li dan Putra Mahkota, tentu saja menjadi momen terbaik dalam sejarah alam langit. Karena, alam langit tidak pernah kehadiran bayi kembar.Baik Dewa biasa ataupun Keluarga Kaisar, tapi semua kebahagiaan ini juga mendatangkan banyak pertanyaan karena bakat Dewa yang berada dalam diri Zhu Suyi dan Zhu Suye. Akhirnya, seluruh raja naga beserta para Dewa Dewi terus membantu Kaisar mencari tahu alasan dibalik Bakat Dewa muncul bersama kedua bayi ini.Sisi lain, Dewi Burung ternyata tidak mati. Bahkan, ia berhasil bertahan hidup dalam pagoda suci dan melahirkan anaknya "Anakmu tidak dapat keluar dari tempat ini, karena roh jahat menempel pada dirinya. Jadi, ia harus melewati penyucian berulang kali baru bisa keluar dari Pagoda." Bagaimanapun, bayi ini keluar dari perut pendosa yang kerasukan inti roh raja iblis. Walaupun sudah lenyap, tapi tetap saja harus melewati penyucian."Apakah anakku harus mena

  • Alstroemeria   Kutukan Setengah Siluman

    Kepergian Kaisar dan Dewi Zhang Li, membuat dirinya bisa bernapas dengan legah. Karena alam langit benar-benar melepaskan rakyat kota Zhen dari perjanjian 1.000 tahun lalu, juga anak tercintanya Liu Zha, sudah terlepas dari kutukkan setengah siluman dan manusia. Liu Ge, segera mengutus prajuritnya untuk menampung air dalam 10 gentong besar agar tidak kekurangan saat proses pelepasan kutukan setengah siluman ini. Setelah semuanya siap, seluruh rakyat kota Zhen berkumpul ditengah lapangan istana kota untuk menyembuhkan kutukan mereka. Sekaligus, merayakan lepasnya kaum siluman dari perjanjian 1.000 tahun yang sudah menyulitkan mereka.Belum saja, Liu Ge berbicara sepatah kata apapun. Seluruh rakyat kota Zhen malah ingin membalaskan dendam kepada Alam Langit, karena sudah membuat generasi baru menderita dan terkurung dalam kota. Liu Ge langsung menghentikan niat buruk mereka dan menjelaskan maksud dirinya mengutus para prajurit mengumpulkan mereka ditengah lapangan istana kota zhen, te

  • Alstroemeria   Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur

    Hutan Meraire sudah tidak bisa menahan raja iblis lagi, karena kekuatan Dewa Pu Chai melemah.Akhirnya, Zhu Yi hanya berhasil memecahkan inti roh raja iblis menjadi tujuh bagian dengan kekuatan yang telah tercampur darahnya. Meskipun Zhu Yi gagal mengurung keenam inti roh lainnya, tapi setidaknya Zhu Yi berhasil mengurung inti roh ketujuh yang memiliki aura pembunuhan sangat kuat dan merupakan kekuatan inti raja iblis.Zhu Yi Melilit paksa Inti roh Raja Iblis ke-7 untuk memasuki Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur. Ruang Hampa yang terletak pada dimensi bintang mati dengan massa tak terbatas ini. Sebenarnya, tidak dapat dijangkau oleh mahluk manapun. Bahkan, banyak Dewa ataupun siluman menganggap tempat ini hanya sebuah legenda kuno.Berusaha menyelamatkan dunia. Dirinya, dihampiri oleh utusan surgawi yang langsung membuka portal sebagai jalan pintas menuju alam ilusi rasi bintang gugur. Bahkan, ia dibekali rantai air mata bidadari yang tak pernah ada dalam sejarah manapun "Gunakan ini." S

  • Alstroemeria   Musnah untuk kali ke-5

    Xai yang sudah aku utus seharian penuh untuk mengamati aktivitas Liu Zha lebih dekat. Akhirnya, membuat aku cukup mudah mendekati Liu Zha hingga mempercayaiku dan bermain bersamaku.Sedangkan, Pangeran ketiga dari kemarin mencoba berdiskusi tentang pembatas transparan yang dibuat oleh Zhu Yi. Bahkan, ia sengaja mengulur waktu dengan mengeluarkan seluruh pedangnya untuk mencobai pemabatas ini."Gadis manis, aku punya hadiah untukmu." Liu Zha langsung mendekat dan matanya berbinar ketika melihat gelang Lily Hitam. Ia langsung memintaku untuk memasangnya, tapi saat terpasang. Inti Roh Iblis Kelaparan bereaksi dan memberontak, tapi untung saja ada Xai yang membuat tabir pelindung hingga suara teriakkan Liu Zha tidak menarik perhatian siapapun."Keluarlah dari tubuh gadis ini, jangan terus membuat masalah raja iblis. Apakah kau tidak lelah? Selalu menindas yang lemah? Apakah kau tidak memiliki kemampuan untuk menindas yang kuat?" Ucap Zhang Li yang sengaja memancing."Hanya seorang gadis

  • Alstroemeria   Pemimpin Kota Zhen

    Setelah keluar dari hutan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Zhen. Pemandangan kota ini, jauh lebih indah daripada siang hari. Baru saja keluar dari perbatasan hutan, kami semua disambut pemimpin kota Zhen. Pemimpin kota Zhen yang sudah mengetahui kami akan turun gunung dari Xai, langsung menyambut kami dengan hangat.Mereka juga sudah mengatur sebuah paviliun megah nan mewah untuk kami semua singgah selama beberapa hari dalam kota Zhen yang sangat indah ini.“Perkenalkan, namaku Liu Ge dan istriku Cheng Mi yang berasal dari dunia manusia." Setelah memperkenalkan diri satu samalain, kami diberikan waktu untuk beristirahat.Malam telah tiba, kami semua diundang secara langsung oleh pemimpin kota Zhen untuk menikmati pesta sambutan yang dibuat secara khusus untuk kami semua "Nikmatilah acara ini," Ucap Liu Ge lalu menyuruh pengawal pribadinya untuk menutup pintu aula istana kota zhen.Acara dimulai dengan tarian pembuka-an dari klan siluman ular piton hijau yang sangat gemulai da

  • Alstroemeria   Kota Zhen

    Tubuhnya yang terasa lemah hanya bisa membuat dirinya memandangi para dewa dan dewi yang nampak legah, karena Zhang Li sudah membuka kedua matanya "Apakah masih terasa sakit?" Tanya Dewi Tabib dan aku hanya bisa menggelengkan kepala, agar mereka tidak khawatir. Kaisar yang baru saja tiba bersama beberapa dayang, langsung sibuk mempersiapkan ramuan herbal terbaik untuk meningkatkan energi dan pertumbuhan bayiku. Sedangkan, para Dewa Dewi hanya bisa menatap haru perlakuan Kaisar terhadap Zhang Li yang sangat khawatir. “Kaisar, Nona Zhang Li sekarang sudah memasuki massa kehamilan 40 minggu. Jadi, normal saja kalau sering terjadi kontraksi palsu. Mengejutkannya lagi, anak Zhang Li merupakan bayi kembar." Zhang Li merasa bahagia, sekaligus sedih. Karena, anak kembar ini tidak disambut oleh Ayah mereka. Seandainya, disini ada Pangeran Pertama. Pasti kabar ini akan menyempurnakan kehidupan kami dengan membuat keluarga kecil. Apakah langit akan adil terhadap kedua bayi kecilku ini? Ap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status