Pendeta penjaga pintu pun beranjak untuk menyampaikan perkataan Xavier menuju Pendeta Agung. Saat itulah, Amora mendongak pada Xavier dan bertanya, “Apa kita akan menikah di sini?”
“Bukankah manusia menikah dengan cara seperti ini?” tanya balik Xavier.
“Memangnya, kalian tidak menikah dengan cara seperti ini?” tanya Amora lagi membuat Xavier menghela napas karena sadar jika Amora tidak mau mengalah.
“Ya, tidak. Begitu pola kepemilikan terbentuk dan melakukan penyempurnaan, maka kami sudah resmi menjadi pasangan suami istri,” jawab Xavier mengalah dari sesi saling bertanya itu.
“Ah, begitu,” ucap Amora mengerti.
“Benar. Apa yang kita lakukan ini adalah formalitas yang diperlukan. Terutama kau sendiri adalah manusia. Setidaknya, kau harus memiliki pengalaman mendapatkan pemberkatan selayaknya mempelai wanita pada umumnya. Kudengar kalian para gadis memang sangat sensitif mengenai hal i
Amora terbangun saat mendengar suara yang cukup mengganggu tidurnya. Amora pun menyingkap selimutnya dan membuka jendela kamarnya. Namun bukannya melihat pemandangan indah, Amora dikejutkan oleh anak-anak kecil yang berusaha untu mencapai jendela dan menatapnya dengan penuh rasa tertarik. “Kalian siapa dan kenapa bisa ada di sini?” tanya Amora terkejut. Namun, anak-anak kecil itu sama sekali tidak menjawab. Mereka malah asik berbicara dan ribut berebut untuk bertanya pada Amora. Anak-anak itu terlihat sangat bersemangat mengajukan pertanyaan dan berbicara dengan riang, hingga Amora pun kesulitan untuk menangkap apa yang sebenarnya mereka ingin bicarakan dengannya.“Wah, dia memang cantik!”“Apa Kakak Pengantin Amagl?”“Nama Kakak siapa?”“Wah mata Kakak cantik!”“Nanti aku kalau sudah besar pasti akan secantik Kakak
Para siluman terlihat panik. Para pria segera mengambil senjata dan bersiaga di pintu masuk markas. Sementara para anak-anak dan wanita berkumpul di tengah lapangan. Beberapa dari mereka menangis, dan membuat suasana terasa semakin mencekam saja. Amora yang belum mengerti dengan situasi tersebut, segera mendekat pada Lilith. Bertanya Vheer memang pilihan terbaik, karena ia selalu menjawab dengan nada yang nyaman didengar dan selalu bersikap ramah. Namun, Vheer kini berbaris di barisan paling depan untuk menjaga pintu masuk dengan para siluman lain. Jadi, alhasil Amora hanya bisa bertanya pada Lilith, karena hanya dia yang Amora kenal dari sekian banyak siluman yang berada di tempat yang sama dengannya.“Lilith, sebenarnya ada apa? Kenapa semua orang bersiaga, dan ke mana Xavier pergi?” bisik Amora.Lilith menatap Amora dengan kesal. Sepertinya, ia ingin menyemburkan kata-kata tajam pada Amora. Namun, Lilith rupanya bisa mengendalikan dirinya. Ia menja
Penyihir Putih menggeleng. “Saya tidak bisa menyembuhkan Tuan. Satu-satunya orang yang bisa melakukannya hanya Anda, Nyonya,” ucap Penyihir Putih.“Omong kosong macam apa itu?” tanya Amora merasakan emosinya mulai naik.“Saya tidak mengatakan omong kosong. Dengan melakukan penyatuan dengan Tuan Xavier, Anda bisa menyelamatkan nyawanya,” jawab Penyihir Putih yakin.Amora masih terlihat tidak percaya, atau lebih tepatnya berusaha untuk tidak percaya. Selama ini, Amora sudah lebih dari cukup melihat banyak hal aneh yang tidak masuk akal. Secara naluriah, Amora tentu saja merasa jika apa yang dikatakan oleh Penyihir Putih barusan sama sekali bukan omong kosong. Namun, Amora berusaha untuk tidak memercayainya. Meskipun ia sudah menikah dengan Xavier, tetapi Amora masih belum sepenuhnya menerima statusnya sebagai seorang istri. Apalagi sosok suaminya tak lain adala
Amora menenggelamkan tubuhnya hingga dagunya. Kini, ia tengah berendam air hangat di dalam kolam yang berada di belakang rumah kayu miliknya dan Xavier. Wajah Amora tampak begitu merah. Selain karena suhu panas air yang ia gunakan untuk berendam, itu juga disebabkan oleh rasa malu mengenai apa yang terjadi tadi malam. Rasanya Amora ingin mengenyahkan ingatan yang memalukan itu. Namun, begitu Amora ingin melupakannya, rasanya ingatan itu semakin menari-nari dalam kepala Amora. Seakan-akan mengejek Amora yang tadi malam ternyata ikut tenggelam dalam gairah yang disuguhkan oleh Xavier.Tadi malam adalah pengalaman pertama bagi Amora. Sebelumnya, Amora merasa begitu takut dengan malam pertama yang akan ia lalui dengan Xavier. Selain karena mereka tidak saling mencintai, Amora juga takut karena sering kalli mendengar cerita teman-temannya yang baru saja menikah dan melewati malam pertama. Menurut mereka, pengalaman pertama terasa sangat menyakitkan dan menyeramkan. Sebenarnya, Amo
Vheer dan para siluman terlihat memasang senyum lebar, saat Xavier menggandeng Amora menuju aula besar yang berada di tengah desa tersembunyi tersebut. Aula tersebut dikhususkan untuk menjadi tempat berkumpul. Entah itu untuk rapat atau untuk makan bersama. Kali ini, Xavier secara khusus meminta semua orang untuk berkumpul di ruangan tersebut. Ia akan membicarakan masalah mengenai persiapan mereka untuk menghadapi pasukan Xavion, sembari menikmati santapan lezat yang sudah disiapkan oleh pihak yang bertugas untuk menyiapkan santapan. Amora yang merasakan semua perhatian tertuju padanya, pada akhirnya mengerucutkan bibirnya. Walaupun mereka semua tidak mengatakan apa pun padanya, Amora secara garis besar tahu apa yang tengah mereka pikirkan saat ini. Mereka seakan-akan mengetahui apa yang sudah dilalui oleh Amora dan Xavier beberapa hari ini.Benar, beberapa hari. Ternyata, Amora dan Xavier tidak ke luar dari rumah mereka selama beberapa hari. Bukan karena kondisi tubuh Xavier
Gilbret tampak berlutut di barisan paling depan, di dalam kuil suci. Benar, kini Kaisar dan orang-orang yang memiliki kedudukan di kekaisaran Bonaro tengah melakukan doa di kuil suci dengan dipimpin oleh Pendeta Agung. Semua hal yang bisa mereka lakukan untuk mencegah penyebaran wabah yang semakin menggila saja. Rasanya, masalah seakan-akan terjadi beruntun. Belum selesai masalah penyebaran wabah mematikan, menyusul masalah penyerangan siluman pada desa-desa di perbatasan daerah kekuasaan Gilbert. Tentu saja hal itu sangat mengkhawatirkan. Gilbert sudah menyusun banyak rencana dan sebisa mungkin untuk menyelesaikannya dengan secepat mungkin. Namun, semuanya seakan-akan hanya bertemu dengan jalan buntu.Situasi semakin mencekam, saat Gilbret mendapatkan kabar, bahwa kerajaan Barat yang memang tidak berada di bawah kuasanya, sudah diserang oleh naga hitam. Dibilang mencekam, karena naga hitam selama ini hanya dikenal sebagai makhluk mistis yang legendaris. Legendanya sama seper
Xavion terlihat duduk dengan santai di dalam ruangan yang disediakan secara khusus di dalam istana kekaisaran Bonaro. Kini, Xavion sebagai sosok Amagl Agung memilih untuk menetap sementara di kekaisaran, hingga masalah yang tengah muncul terselesaikan. Tentu saja, Blax, Sisil, Whein, dan Megan juga ikut muncul sebagai pengikut setia dari Xavion. Keempatnya tentunya harus bersandiwara sebagai sosok pengikut Amagl Agung yang membela kebenaran. Karena sudah terbiasa, keempatnya tidak menemui kesulitan apa pun. Kini, Megan dan Whein mendapatkan tugas untuk membantu pengobatan dan pemusnahan wabah yang tengah menyebar. Sementara Blax dan Sisil mendapatkan tugas khusus untuk membantu Kaisar dalam menyusun strategi penangkapan Amora dan Xavier.Lalu tersisa Xavion yang bertugas untuk mempertahankan barrier pelindung daerah kekuasaan Bonaro. Setidaknya itulah yang orang-orang lihat. Padahal, kini Xavion tengah berusaha untuk kembali melacak keberadaan Amora dan Xavier. Ia tidak bisa
Amora membuka matanya dan disambut dengan langit-langit kayu yang tak lain adalah rumah yang ia tinggali dengan Xavier. Ia pun mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, lalu mengedarkan pandangannya. Amora tidak melihat siapa pun di sana, artinya Xavier pun tidak ada di sana untuk menemaninya. Dengan mudah, Amora pun mengingat kejadian yang terjadi tadi malam. Di mana Xavier memenangkan seorang gadis cantik yang dilelang dalam pelelangan. Lalu Xavier membuatnya tak sadarkan diri, dan Amora baru terbangun ketika hari berganti. Hati Amora terasa tidak nyaman. Hal tersebut terjadi karena Amora berpikiran macam-macam. Amora meremas selimut yang menggulung dan jatuh di atas pangkuannya. Kini, benak Amora dipenuhi oleh pertanyaan mengapa Xavier membuatnya tidak sadarkan diri?Apakah mungkin, apa yang dipikirkan Amora memang benar adanya? Xavier jatuh hati pada gadis itu hingga mengeluarkan nominal uang sebesar itu untuk mendapatkan gadis yang dilelang tersebut? Amora menghela nap