Share

Bab 4

Author: Lutfiyah Irsa
Erik tinggal di kamar Yuki sepanjang malam.

Sebenarnya, Sena tidak terlalu perhatikan masalah ini. Mbak Nur, seorang pelayan yang membawanya ke taman belakang pagi-pagi sekali dan memberitahunya informasi penting ini.

"Nyonya, harap lebih waspada!" Mbak Nur berkata dengan cemas, "Yuki, si pelakor itu terlihat jelas ingin menggodai Tuan Muda! Kamu tidak tahu apa yang dia kenakan tadi malam... Aduh! Aku malu melihatnya!"

Sena tersenyum lembut, "Kamu terlalu banyak berpikir, Nona Yuki dan Erik tumbuh besar bersama. Erik sangat mementingkan Nona Yuki, jangan katakan hal-hal buruk tentang Nona Yuki lagi di masa depan. Erik bakal kesal kalau mendengarnya."

Mbak Nur tercengang, dia menatap Sena dengan ekspresi aneh, lalu bertanya dengan ragu, "Nyonya, ada apa denganmu?"

"Aku baik-baik saja." Sena tersenyum lembut dan berkata, "Aku sangat baik."

Senyuman itu bagaikan topeng yang melekat pada wajahnya.

Sena akan tetap tersenyum dan tidak akan menangis lagi.

"Tidak! Ada yang salah denganmu hari ini!" Mbak Nur mengumpat, "Dulu, saat memanggil Tuan Muda, kamu selalu memanggil dengan penuh kasih sayang, tapi sekarang terdengar asing!"

Sena menundukkan bulu matanya tanpa mengatakan apa pun.

Sebenarnya, saat pertama kali bersama Erik, Sena tidak pernah memanggilnya Erik. Dia selalu memanggilnya Kak Erik seperti teman-temannya.

Kemudian, saat pertama kali berhubungan seks, Erik mendorongnya ke ranjang, menutup matanya dengan kain hitam, lalu menjambak rambutnya sambil mengerahkan tenaga, memaksa Sena untuk memanggilnya Erik.

Sena selalu menyangka panggilan ini merupakan sesuatu yang mesra bagi mereka berdua dan hanya dia yang boleh memanggilnya seperti itu.

Sena bahkan diam-diam merasa senang untuk waktu yang lama.

Baru kemarin ketika mendengar Yuki memanggil Erik, Sena tiba-tiba menyadarinya.

Pantas saja Erik menutup matanya malam itu.

Sebab, mata Sena paling tidak mirip dengan Yuki.

Namun, suaranya mirip, jadi Erik memintanya untuk memanggilnya Erik, berulang-ulang hingga dia pingsan.

"Mbak Nur, hal terpenting ketika bekerja di keluarga kaya adalah bekerja lebih banyak dan kurangi bicara." Sena menepuk bahu Mbak Nur dengan lembut dan mengingatkannya dengan bijaksana, "Jangan katakan hal-hal buruk tentang Nona Yuki lagi."

Dia akan segera pergi, Yuki akan menggantikannya dan menjadi nyonya keluarga ini.

Kalau menyinggung Yuki, Mbak Nur pasti akan dihukum.

Setelah memberi instruksi pada Mbak Nur, Sena naik ke atas untuk mengambil surat perceraian, kemudian datang ke ruang kerja Erik.

Erik sedang menangani pekerjaannya. Ketika melihat Sena datang, dia mendengus dingin, "Sudah tahu bersalah?"

"Ya." Sena berkata dengan tenang. Kalau Erik merasa dia bersalah, Sena akan mengakuinya.

Hanya sisa beberapa hari lagi, Sena terlalu malas untuk berdebat dengannya.

"Bukannya bagus kalau mengerti lebih awal? Ngapain harus berbuat masalah?" kata Erik dengan kesal. Dia mengeluarkan sebuah kotak hadiah dari laci dengan acuh tak acuh, lalu melemparkannya ke Sena, "Ini hadiah ulang tahunmu. Buka dan lihatlah."

Sena ingin menolak, tetapi dia tahu kalau dia menolak, Erik pasti akan marah lagi.

Sena ingin memintanya menandatangani surat perceraian, jadi sebaiknya jangan menyinggungnya.

Jadi, Sena menerima hadiah itu tanpa berkata apa-apa.

Ponsel Erik tiba-tiba berdering, Sena tanpa sengaja melirik layar dan melihat kalau Yuki yang meneleponnya.

Erik melirik Sena, lalu mengeluarkan headphone dari laci dan memakainya.

Dia menekan tombol jawab, senyuman segera muncul di wajahnya yang dingin.

Nada bicaranya pun menjadi lebih lembut, tidak acuh tak acuh seperti saat menghadapi Sena.

Sena menyerahkan surat perceraian, "Tanda tangani."

Erik menandatanganinya tanpa melihat.

Kemudian dia melanjutkan obrolan di telepon dengan Yuki sambil tersenyum di wajahnya.

Sena mengerutkan kening, dia ragu sejenak lalu berkata, "... Apa kamu tidak perlu melihatnya?"

"Tidak perlu." Erik berkata dengan tidak sabar, "Bukankah ini tentang mengundang ahli dari luar negeri untuk merawat ibumu? Kamu bisa mengurusnya sendiri. Kalau ada dokumen yang perlu ditandatangani, berikan saja pada Rudy dan suruh dia berikan padaku. Kalau tidak ada urusan penting, jangan selalu meneleponku. Terakhir kali kamu terus meneleponku, membuatku melewatkan beberapa panggilan penting."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau sena. tak punya akal sehat dan hati. kamu g waras
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
tersenyumlah sampai mati
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 26

    Kalau dulu, Sena akan sangat tersentuh mendengar perkataan Erik.Namun, sekarang...Sena sangat tenang dan tidak peduli."Terserah kamu." Setelah mengatakan ini dengan dingin, Sena berbalik dan pergi.Saat-saat selanjutnya, Erik melakukan apa yang dikatakannya dan mulai mengejar Sena dengan tergila-gila.Dia memberi Sena buket besar bunga mawar setiap hari, terkadang dia akan memberinya perhiasan dan hadiah, mencoba menyenangkan Sena dengan berbagai cara.Namun, mawar yang dikirimnya tidak diterima, semua hadiah yang dikirimnya dikembalikan oleh Sena.Meski begitu, Erik tidak mau menyerah.Dikarenakan gagal memberi hadiah, Erik menggunakan taktik menyiksa diri. Pada hari bersalju, dia berdiri di lantai bawah rumah Sena, mengangkat radio dan memutar lagu-lagu cinta. Dia kedinginan hingga bibirnya berubah ungu, tetapi dia tetap tidak mau pergi.Menghadapi Erik yang suka menyiksa dirinya sendiri, Sena hanya menutup jendela dengan acuh tak acuh.Tidak hanya begitu, saat Erik menjerat Sena,

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 25

    Setelah mendengar perkataan Erik, Sena menjawab dengan tenang, "Erik, kita sudah bercerai, aku tidak akan kembali bersamamu.""Perasaanku padamu telah sepenuhnya terkuras habis oleh pengabaian dan penyiksaanmu setiap hari. Aku tidak lagi mencintaimu, jadi pergilah sendiri. Aku tidak membutuhkanmu selama sisa hidupku, aku juga tidak akan menemanimu selama sisa hidupmu."Hanya beberapa kata sederhana langsung menghancurkan hati Erik.Matanya merah karena marah, "Tidak! Perceraian apa? Aku tidak setuju!""Kamu yang menipuku untuk menandatangani surat perceraian itu, aku bahkan tidak membaca sebelum menandatanganinya!""Surat perceraian itu tidak berlaku sama sekali! Kita masih suami istri! Kamu tidak bisa meninggalkanku! Kamu tidak akan bisa meninggalkanku!"Erik telah jatuh ke dalam kondisi gila, dia mencengkeram lengan Sena dan meraung tak terkendali, seakan-akan dia gila.Sena terus meronta tapi tidak dapat melepaskan diri.Erik menyeret Sena dan mencoba memasukkannya ke dalam mobil, d

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 24

    Hendra tentu bakal khawatir kalau Sena pergi sendirian.Jadi, dia juga berdiri bersama Sena, "Kalau begitu aku mengantarmu pulang.""Tidak perlu!" Sena segera menolak, "… Aku… Aku bisa pulang sendiri."Meskipun Sena dan Hendra belum resmi pacaran, mereka telah berkencan berkali-kali. Di dalam negeri, mereka sudah dianggap berpacaran.Sena tidak ingin menghadapi adegan pertemuan antara kekasih saat ini dan mantannya!Jadi, meskipun Hendra bersikeras ingin mengantar Sena pulang, Sena tetap menolaknya dan naik taksi pulang sendiri.Setelah turun dari bus, Sena segera melihat Erik sedang merokok di bawah lampu jalan.Erik segera melihat Sena dan menjadi semangat, "Sena!"Membuang rokok di tangannya, Erik bergegas ke arah Sena. Dia memeluk Sena dan berkata dengan gembira, "... Bagus... Bagus sekali... Sena... akhirnya aku menemukanmu!""Tahukah kamu betapa kerasnya aku mencarimu? Aku sudah mencarimu hampir ke semua tempat!""153 hari! Sena, kamu telah meninggalkanku selama 153 hari penuh...

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 23

    Setelah terbang ke Negara Miko, Erik segera menemukan tempat di mana Sena mengadakan pamerannya. Lalu, dia menyusuri jalan, bertanya di setiap toko. Akhirnya, ketika hari sudah gelap, Erik mengetahui alamat Sena saat ini.Erik mengucapkan terima kasih dan segera bergegas ke kediaman Sena.Awalnya dia berpikir karena Sena datang ke negara asing sendirian, tempat yang dia tinggali pasti sangat kumuh.Namun, ketika tiba di alamat itu, Erik menemukan sebuah rumah besar yang sangat mewah.Lokasi dan rumah mewah seperti itu bernilai setidaknya ratusan miliar.'Bagaimana Sena bisa punya uang untuk tinggal di tempat seperti ini? Apa aku salah alamat?' Erik pun mengerutkan kening.Meskipun agak bingung, Erik tetap maju dan mengetuk pintu.Bibi Elti yang membuka pintu, dia belum pernah bertemu Erik, jadi awalnya dia bersikap baik padanya, "Halo, siapa yang kamu cari?""Aku mencari Renee Ivano." Erik menjawab dengan bahasa Inggris yang fasih, "Nama aslinya Sena, kudengar dia tinggal di sini.""Ka

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 22

    Selama berbulan-bulan sejak Sena hilang, Erik mencarinya dengan panik. Sebagai seorang pekerja keras yang mementingkan Grup Rosli lebih dari nyawanya, Erik bahkan meninggalkan perusahaan itu demi Sena dan mencarinya tanpa memedulikan hal lain.Obsesinya terhadap Sena bahkan telah mencapai titik kegilaan, dia tidak mau mendengarkan nasihat siapa pun atau omelan orang tuanya. Dia tidak menginginkan apa pun lagi, dia hanya ingin bertemu Sena lagi.Dulunya, Erik paling benci seni, terutama pelukis.Sebab, Yuki menikah dengan seorang pelukis asing.Namun, sejak dia tahu kalau Sena mengambil jurusan seni rupa di perguruan tinggi, Erik tidak lagi menolak pelukis.Dia bahkan mulai memperhatikan berita seni untuk mempelajari lebih banyak tentang seni sehingga dia bisa menemukan Sena dan memberitahunya kalau dia telah berusaha keras untuk tetap dekat dengannya dan mencintai hal-hal yang dicintainya.[Sena, hari ini adalah hari ke-151 sejak kamu meninggalkanku. Ke mana saja kamu? Tahukah kamu bet

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 21

    Pameran lukisan Sena sangat sukses. Pada hari pameran, tidak hanya mendatangkan banyak selebriti, tetapi Elti juga mengundang banyak media untuk bantu mempromosikan pameran tersebut.Oleh karena itu, setelah pameran itu selesai, hal itu dilaporkan di media berita besar.Beberapa wartawan bahkan menyebut Sena sebagai bintang yang sedang naik daun di dunia seni dalam laporan mereka."Apa yang dikatakan wartawan ini benar sekali!" Elti membaca laporan yang ditulis oleh para wartawan di ponselnya, sambil memuji keponakannya, "Sena memang sangat berbakat. Setiap lukisannya sangat hidup dan menyentuh, dia memang bintang yang sedang naik daun di dunia seni."Sena merasa tak berdaya.Namun, orang asing tampaknya memang begini, mereka tidak pernah mengkritik atau menekan anak-anak mereka, tapi selalu memberi pujian. Sekalipun anaknya berbuat salah, mereka akan memuji anaknya dulu, meneguhkan keberanian dan kejujuran mereka, baru kemudian berdiskusi dengan anaknya.Elti sudah lama tinggal di lua

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 20

    Pameran lukisan sangat sukses, Sena memamerkan 51 lukisan dan terjual 33 di antaranya dalam sehari. Sebagian besar lukisan dijual dengan harga antara sepuluh ribu dan lima puluh ribu dolar. Hanya lima lukisan yang dibeli Hendra yang masing-masing dengan harga lima ratus ribu dolar."Hendra membayar sepuluh kali lipat harga untuk membeli lukisanmu." Malam harinya, saat membantu Sena menghitung pemasukan dan pengeluaran pameran, Elti bercanda sama Sena sambil tersenyum, "Sena, menurutmu apakah dia tertarik padamu?""Tentu saja bukan." Pikiran Sena tertuju pada uang. Menghadapi candaan Bibi Elti, dia tidak bereaksi, "Menurutku dia hanya seorang playboy. Ketika melihat gadis cantik, dia ingin menggodanya."Mendengar ini, Elti membelalakkan matanya lebar-lebar, ekspresinya cukup terkejut, "Apa kamu bercanda? Hendra terkenal dingin dan susah didekati di kalangannya, dia memiliki kehidupan pribadi yang sangat baik dan tidak pernah asal bergaul dengan wanita lain. Selain itu, setiap kali mengh

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 19

    Sena tertegun, dia menyangka Hendra adalah tipe bos yang sombong dan serius, siapa sangka...Dia cukup humoris."Kalau begitu, haruskah aku juga berterima kasih karena kamu telah memujiku cantik?" kata Sena tidak bisa menahan tawa.Melihat ini, Hendra juga tersenyum, "Kamu akhirnya tersenyum."Sena tertegun sejenak, pipinya memerah, "... Bu... bukankah aku selalu tersenyum?"Ketika bibinya mengajaknya datang untuk menyapa tadi, Sena selalu tersenyum.Senyum adalah etika yang paling dasar. Meskipun Sena terlahir dalam keluarga miskin dan jarang berinteraksi dengan orang-orang kaya, dia tetap memahami pengetahuan ini."Sebelumnya kamu hanya tersenyum sopan." Hendra menatap Sena sambil tersenyum, "Sekarang kamu benaran tersenyum bahagia."Hati Sena tersentuh, sungguh aneh, mereka baru pertama kali bertemu, tetapi kenapa Hendra bisa melihat setiap gerakannya? Dia tampaknya mengerti semua rahasia yang disimpan Sena di dalam hatinya sejak kecil...Jelas baru pertama kali bertemu, tetapi tera

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 18

    Pak Hendra ini membeli lima lukisan Sena dengan harga tinggi senilai lima ratus ribu dolar per lukisan. Wajar saja kalau Sena pergi menyapa klien sebesar itu.Jadi, Sena ditemani bibinya datang menemui Pak Hendra."Pak Hendra, lama tak bertemu." Bibi jelas mengenal Pak Hendra, dia menyapa dengan akrab, "Tak kusangka orang sesibuk Anda akan datang mendukung keponakanku."Mendengar ini, Hendra tersenyum, "Hari ini kebetulan libur.""Ini keponakanku Sena." Bibi memperkenalkan sambil tersenyum, "Dia adalah seorang pelukis yang sangat berbakat, semua lukisan dalam pameran ini dilukis olehnya."Sena tersipu ketika bibi memujinya, dia berkata dengan rendah hati, "Bibi, jangan mengolok-olokku, aku cuma asal melukis.""Memang benar," kata Hendra senyum. Dia menoleh ke lukisan pemandangan di belakangnya, lalu berkomentar serius, "Terutama yang ini, meskipun lukisan ini adalah lukisan pegunungan dan warna yang digunakan juga hangat, entah kenapa, lukisan ini memberiku perasaan tentang luasnya dun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status