Share

Bab 5

Author: Lutfiyah Irsa
Ibu Sena telah meninggal seminggu yang lalu.

Ibunya menderita kanker otak stadium lanjut. Meskipun Erik mengatur agar dia dirawat di rumah sakit terbaik dalam negeri, kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari.

Saat-saat dia sadar semakin pendek. Sering kali, ibunya bahkan tidak bisa mengenali siapa Sena.

Dokter yang merawatnya mengatakan kalau pembedahan harus segera dilakukan dan tidak bisa ditunda lagi. Kalau tidak, ibunya Sena mungkin sulit untuk bertahan hidup lebih dari seminggu.

Sena tidak tahu apa yang harus dilakukan, jadi dia menelepon Erik untuk meminta sarannya.

Sena menelepon tiga kali berturut-turut, tetapi panggilannya selalu ditutup. Saat mengangkat panggilan, Erik malah memarahinya, "Kenapa kamu meneleponku? Aku sedang sibuk, jangan buat masalah!"

Dokter yang merawatnya tahu kalau Sena adalah Nyonya Muda dari Keluarga Rosli, jadi dia menyarankan agar Erik mengundang ahli dari luar negeri dan melakukan konsultasi medis dengan ahli dalam negeri. Dengan cara ini, tingkat keberhasilan operasi ibunya Sena akan lebih tinggi.

Sena mengucapkan terima kasih kepada dokter, lalu mengambil ponselnya, duduk menunggu di koridor rumah sakit, akhirnya tiba di pukul enam malam.

Ini waktu biasanya Erik pulang kerja.

Sena mengumpulkan keberanian dan menghubungi Erik lagi.

Erik tidak menjawab, jadi Sena mengira dia sedang lembur. Tidak masalah, dia bisa menunggu lagi.

Kali ini Sena menunggu sedikit lebih lama, dia menelepon pada pukul dua belas, tetapi panggilan tidak terhubung.

Sena tertegun sejenak, lalu menyadari kalau dia telah diblokir oleh Erik.

Selama seminggu berikutnya, Erik tidak pulang ke rumah. Panggilan telepon tidak bisa dihubungi, Erik juga tidak membalas pesan. Ibunya Sena tertunda dan kehilangan waktu terbaik untuk operasi...

'Apakah Erik sesibuk itu?'

'Kenapa Erik yang begitu sibuk masih sempat memilih hadiah dan memesan kue ulang tahun untuk Yuki?'

Tidak sanggup memikirkannya lagi, Sena putuskan untuk memejamkan matanya, dia menahan tangannya yang gemetar, lalu mengambil surat perceraian, berbalik dan meninggalkan ruang kerja.

Siang harinya, Mbak Nur menyiapkan banyak hidangan lezat, tetapi Iren yang baru datang segera mencari masalah bahkan sebelum dia duduk.

"Sena, bukankah sebelumnya kamu selalu masak? Kenapa kamu tidak masak hari ini?" Iren sengaja bertanya, "Apa karena Kak Yuki pindah ke sini, kamu merasa dirimu begitu mulia hingga tidak mau masak untuknya?"

Mendengar ini, wajah Erik tampak menjadi suram. Dia menatap Sena dengan dingin sambil menunggu jawabannya.

Sungguh ironis kalau memikirkannya. Sebagai istrinya, Sena bahkan tidak punya hak untuk menolak memasak untuk wanita idamannya...

"Semua masakan yang aku kuasai cukup pedas." Sena menunduk dan berkata, "Selera Nona Yuki lebih tawar, aku khawatir dia tidak terbiasa."

"Bukannya bisa memasak tanpa cabai?" Iren masih tidak puas.

"Iren, jangan begini. Sena adalah kakak iparmu, kamu harus menghormatinya." Yuki ikut campur untuk menenangkan suasana, "Dan menurutku masakan Mbak Nur juga enak banget..."

Di tengah-tengah perkataannya, Yuki tiba-tiba mengerutkan kening, lalu menekan perutnya dan menunjukkan ekspresi kesakitan.

"Yuki, ada apa denganmu?" Erik terkejut dan bergegas untuk memapah Yuki.

"Erik, perutku sakit banget." Wajah Yuki pucat, dia terjatuh dalam pelukan Erik, ekspresinya lemas tapi cantik.

Erik mengerutkan kening, "Kenapa mendadak sakit perut?"

Iren yang berdiri di samping malah menunjukkan ekspresi menemukan sesuatu. Dia menunjuk Sena sambil berkata, "Ah! Aku tahu! Pantas saja kamu menolak untuk memasak, ternyata kamu mau meracuni Kak Yuki. Kamu merasa bersalah, jadi sengaja tidak masuk dapur!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
sena anjing penjaga. manut,patuh dan g bisa membantah. benalu yg g berharga. cerita saduran yg tokoh wanitanya pasti tolol,menye2 dan banyak drama
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 26

    Kalau dulu, Sena akan sangat tersentuh mendengar perkataan Erik.Namun, sekarang...Sena sangat tenang dan tidak peduli."Terserah kamu." Setelah mengatakan ini dengan dingin, Sena berbalik dan pergi.Saat-saat selanjutnya, Erik melakukan apa yang dikatakannya dan mulai mengejar Sena dengan tergila-gila.Dia memberi Sena buket besar bunga mawar setiap hari, terkadang dia akan memberinya perhiasan dan hadiah, mencoba menyenangkan Sena dengan berbagai cara.Namun, mawar yang dikirimnya tidak diterima, semua hadiah yang dikirimnya dikembalikan oleh Sena.Meski begitu, Erik tidak mau menyerah.Dikarenakan gagal memberi hadiah, Erik menggunakan taktik menyiksa diri. Pada hari bersalju, dia berdiri di lantai bawah rumah Sena, mengangkat radio dan memutar lagu-lagu cinta. Dia kedinginan hingga bibirnya berubah ungu, tetapi dia tetap tidak mau pergi.Menghadapi Erik yang suka menyiksa dirinya sendiri, Sena hanya menutup jendela dengan acuh tak acuh.Tidak hanya begitu, saat Erik menjerat Sena,

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 25

    Setelah mendengar perkataan Erik, Sena menjawab dengan tenang, "Erik, kita sudah bercerai, aku tidak akan kembali bersamamu.""Perasaanku padamu telah sepenuhnya terkuras habis oleh pengabaian dan penyiksaanmu setiap hari. Aku tidak lagi mencintaimu, jadi pergilah sendiri. Aku tidak membutuhkanmu selama sisa hidupku, aku juga tidak akan menemanimu selama sisa hidupmu."Hanya beberapa kata sederhana langsung menghancurkan hati Erik.Matanya merah karena marah, "Tidak! Perceraian apa? Aku tidak setuju!""Kamu yang menipuku untuk menandatangani surat perceraian itu, aku bahkan tidak membaca sebelum menandatanganinya!""Surat perceraian itu tidak berlaku sama sekali! Kita masih suami istri! Kamu tidak bisa meninggalkanku! Kamu tidak akan bisa meninggalkanku!"Erik telah jatuh ke dalam kondisi gila, dia mencengkeram lengan Sena dan meraung tak terkendali, seakan-akan dia gila.Sena terus meronta tapi tidak dapat melepaskan diri.Erik menyeret Sena dan mencoba memasukkannya ke dalam mobil, d

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 24

    Hendra tentu bakal khawatir kalau Sena pergi sendirian.Jadi, dia juga berdiri bersama Sena, "Kalau begitu aku mengantarmu pulang.""Tidak perlu!" Sena segera menolak, "… Aku… Aku bisa pulang sendiri."Meskipun Sena dan Hendra belum resmi pacaran, mereka telah berkencan berkali-kali. Di dalam negeri, mereka sudah dianggap berpacaran.Sena tidak ingin menghadapi adegan pertemuan antara kekasih saat ini dan mantannya!Jadi, meskipun Hendra bersikeras ingin mengantar Sena pulang, Sena tetap menolaknya dan naik taksi pulang sendiri.Setelah turun dari bus, Sena segera melihat Erik sedang merokok di bawah lampu jalan.Erik segera melihat Sena dan menjadi semangat, "Sena!"Membuang rokok di tangannya, Erik bergegas ke arah Sena. Dia memeluk Sena dan berkata dengan gembira, "... Bagus... Bagus sekali... Sena... akhirnya aku menemukanmu!""Tahukah kamu betapa kerasnya aku mencarimu? Aku sudah mencarimu hampir ke semua tempat!""153 hari! Sena, kamu telah meninggalkanku selama 153 hari penuh...

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 23

    Setelah terbang ke Negara Miko, Erik segera menemukan tempat di mana Sena mengadakan pamerannya. Lalu, dia menyusuri jalan, bertanya di setiap toko. Akhirnya, ketika hari sudah gelap, Erik mengetahui alamat Sena saat ini.Erik mengucapkan terima kasih dan segera bergegas ke kediaman Sena.Awalnya dia berpikir karena Sena datang ke negara asing sendirian, tempat yang dia tinggali pasti sangat kumuh.Namun, ketika tiba di alamat itu, Erik menemukan sebuah rumah besar yang sangat mewah.Lokasi dan rumah mewah seperti itu bernilai setidaknya ratusan miliar.'Bagaimana Sena bisa punya uang untuk tinggal di tempat seperti ini? Apa aku salah alamat?' Erik pun mengerutkan kening.Meskipun agak bingung, Erik tetap maju dan mengetuk pintu.Bibi Elti yang membuka pintu, dia belum pernah bertemu Erik, jadi awalnya dia bersikap baik padanya, "Halo, siapa yang kamu cari?""Aku mencari Renee Ivano." Erik menjawab dengan bahasa Inggris yang fasih, "Nama aslinya Sena, kudengar dia tinggal di sini.""Ka

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 22

    Selama berbulan-bulan sejak Sena hilang, Erik mencarinya dengan panik. Sebagai seorang pekerja keras yang mementingkan Grup Rosli lebih dari nyawanya, Erik bahkan meninggalkan perusahaan itu demi Sena dan mencarinya tanpa memedulikan hal lain.Obsesinya terhadap Sena bahkan telah mencapai titik kegilaan, dia tidak mau mendengarkan nasihat siapa pun atau omelan orang tuanya. Dia tidak menginginkan apa pun lagi, dia hanya ingin bertemu Sena lagi.Dulunya, Erik paling benci seni, terutama pelukis.Sebab, Yuki menikah dengan seorang pelukis asing.Namun, sejak dia tahu kalau Sena mengambil jurusan seni rupa di perguruan tinggi, Erik tidak lagi menolak pelukis.Dia bahkan mulai memperhatikan berita seni untuk mempelajari lebih banyak tentang seni sehingga dia bisa menemukan Sena dan memberitahunya kalau dia telah berusaha keras untuk tetap dekat dengannya dan mencintai hal-hal yang dicintainya.[Sena, hari ini adalah hari ke-151 sejak kamu meninggalkanku. Ke mana saja kamu? Tahukah kamu bet

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 21

    Pameran lukisan Sena sangat sukses. Pada hari pameran, tidak hanya mendatangkan banyak selebriti, tetapi Elti juga mengundang banyak media untuk bantu mempromosikan pameran tersebut.Oleh karena itu, setelah pameran itu selesai, hal itu dilaporkan di media berita besar.Beberapa wartawan bahkan menyebut Sena sebagai bintang yang sedang naik daun di dunia seni dalam laporan mereka."Apa yang dikatakan wartawan ini benar sekali!" Elti membaca laporan yang ditulis oleh para wartawan di ponselnya, sambil memuji keponakannya, "Sena memang sangat berbakat. Setiap lukisannya sangat hidup dan menyentuh, dia memang bintang yang sedang naik daun di dunia seni."Sena merasa tak berdaya.Namun, orang asing tampaknya memang begini, mereka tidak pernah mengkritik atau menekan anak-anak mereka, tapi selalu memberi pujian. Sekalipun anaknya berbuat salah, mereka akan memuji anaknya dulu, meneguhkan keberanian dan kejujuran mereka, baru kemudian berdiskusi dengan anaknya.Elti sudah lama tinggal di lua

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 20

    Pameran lukisan sangat sukses, Sena memamerkan 51 lukisan dan terjual 33 di antaranya dalam sehari. Sebagian besar lukisan dijual dengan harga antara sepuluh ribu dan lima puluh ribu dolar. Hanya lima lukisan yang dibeli Hendra yang masing-masing dengan harga lima ratus ribu dolar."Hendra membayar sepuluh kali lipat harga untuk membeli lukisanmu." Malam harinya, saat membantu Sena menghitung pemasukan dan pengeluaran pameran, Elti bercanda sama Sena sambil tersenyum, "Sena, menurutmu apakah dia tertarik padamu?""Tentu saja bukan." Pikiran Sena tertuju pada uang. Menghadapi candaan Bibi Elti, dia tidak bereaksi, "Menurutku dia hanya seorang playboy. Ketika melihat gadis cantik, dia ingin menggodanya."Mendengar ini, Elti membelalakkan matanya lebar-lebar, ekspresinya cukup terkejut, "Apa kamu bercanda? Hendra terkenal dingin dan susah didekati di kalangannya, dia memiliki kehidupan pribadi yang sangat baik dan tidak pernah asal bergaul dengan wanita lain. Selain itu, setiap kali mengh

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 19

    Sena tertegun, dia menyangka Hendra adalah tipe bos yang sombong dan serius, siapa sangka...Dia cukup humoris."Kalau begitu, haruskah aku juga berterima kasih karena kamu telah memujiku cantik?" kata Sena tidak bisa menahan tawa.Melihat ini, Hendra juga tersenyum, "Kamu akhirnya tersenyum."Sena tertegun sejenak, pipinya memerah, "... Bu... bukankah aku selalu tersenyum?"Ketika bibinya mengajaknya datang untuk menyapa tadi, Sena selalu tersenyum.Senyum adalah etika yang paling dasar. Meskipun Sena terlahir dalam keluarga miskin dan jarang berinteraksi dengan orang-orang kaya, dia tetap memahami pengetahuan ini."Sebelumnya kamu hanya tersenyum sopan." Hendra menatap Sena sambil tersenyum, "Sekarang kamu benaran tersenyum bahagia."Hati Sena tersentuh, sungguh aneh, mereka baru pertama kali bertemu, tetapi kenapa Hendra bisa melihat setiap gerakannya? Dia tampaknya mengerti semua rahasia yang disimpan Sena di dalam hatinya sejak kecil...Jelas baru pertama kali bertemu, tetapi tera

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 18

    Pak Hendra ini membeli lima lukisan Sena dengan harga tinggi senilai lima ratus ribu dolar per lukisan. Wajar saja kalau Sena pergi menyapa klien sebesar itu.Jadi, Sena ditemani bibinya datang menemui Pak Hendra."Pak Hendra, lama tak bertemu." Bibi jelas mengenal Pak Hendra, dia menyapa dengan akrab, "Tak kusangka orang sesibuk Anda akan datang mendukung keponakanku."Mendengar ini, Hendra tersenyum, "Hari ini kebetulan libur.""Ini keponakanku Sena." Bibi memperkenalkan sambil tersenyum, "Dia adalah seorang pelukis yang sangat berbakat, semua lukisan dalam pameran ini dilukis olehnya."Sena tersipu ketika bibi memujinya, dia berkata dengan rendah hati, "Bibi, jangan mengolok-olokku, aku cuma asal melukis.""Memang benar," kata Hendra senyum. Dia menoleh ke lukisan pemandangan di belakangnya, lalu berkomentar serius, "Terutama yang ini, meskipun lukisan ini adalah lukisan pegunungan dan warna yang digunakan juga hangat, entah kenapa, lukisan ini memberiku perasaan tentang luasnya dun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status