Share

Harapan

Penulis: Chew vha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-31 16:14:58

Sejak kejadian beberapa hari lalu di rumah mertuanya, Arum pulang ke rumah tanpa membawa hasil. Terlebih Naina, ibu mertua Arum mengancam akan merusak warung kedua orang tuanya di pasar. Ia sangat bingung apa yang akan dilakukan untuk membawa Nanda dan Kaila kembali kepelukannya. Arum terduduk lesu menghadapi semua cobaan hidup yang tiba-tiba saja datang.

Pagi ini ia menemani ibunya berjualan di pasar. Namun, masih saja tidak fokus dengan dagangan. Pikiran Arum masih tertuju pada Nanda dan Kaila. Bagaimana mereka tanpa sang ibu di sana? Apa Kaila tidak menangis mencarinya? Sejumlah pertanyaan terngiang di benak wanita itu.

Suasana pasar yang sangat ramai tidak juga membuat hatinya menjadi tenang. Ibu memandang pada Arum, ia sangat iba melihat keadaan yang sunggu membuat hati seorang ibu bersedih. Tatapannya kosong, harapan itu kini seperti hilang begitu saja.

“Rum, lebih baik kamu pulang dulu. Tenangkan pikiranmu.”

“Tidak, Bu.”

“Ibu tidak apa-apa. Pulanglah, atau cari kesibukan lain. Cari pekerjaan baru yang akan membuat kamu sedikit sibuk dan melupakan kesedihanmu,” ucap ibu lagi.

Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya mendapat perlakuan kurang baik dari keluarga suaminya. Arum wanita baik-baik dan tidak banyak menuntut suami. Namun, memang takdir Arum seperti ini. Wanita itu mengikuti saran dari sang Ibu. Dia memilih pulang dan menenangkan diri.

Setelah berada di rumah ternyata sama saja, dia duduk di ruang televisi menonton sinetron yang hampir  mirip dengan kisah nyata hidupnya. Arum ikut menangis saat merasakan pedih si pemeran utama yang mendapat cobaan bertubi-tubi. Namun, wanita itu tetap kuat bahkan mencoba bangkit untuk kebahagiaan dirinya.

Arum terdiam sejenak, kenapa dirinya hanya bersedih dan terus menangisi kisah hidup yang sangat perih? Kenapa tidak mencoba bangkit? Ia beranjak ke dalam kamar, lalu mencari beberapa dokumen yang mungkin bisa membantunya. Satu persatu ia cari, dia terseyum getir saat melihat beberapa dokumen berkas kerjanya dulu. Saat dia masih bekerja sebagai auditor internal di sebuah kantor akuntan publik. Mengenal banyak orang dan mengenal Surya, suaminya. Sebuah kartu nama terjatuh, dia mengambilnya lalu menyipitkan mata melihat sebuah nama  di kartu itu.

Bayu Bagaskara, seorang pengacara yang dikenalnya saat dia berhasil menemukan bukti-bukti penggelapan uang dari hasil korupsi sebuah perusahaan besar di Jakarta. Saat itu, Arum sudah dekat dengan Surya, dan dia  menjaga jarak dari Bayu. Pernah ada cerita antara mereka.

Arum menggulum senyum, mungkin pria itu bisa membantunya untuk merebut hak asuh anak. Sercercah harapan kini hadir kembali, ia bergegas mencari ponsel dan mencoba menghubungi Bayu sesuai nomer yang tertera di kartu nama.

Nomer yang Anda hubungi sedang tidak aktif'.

Arum menarik napas panjang, nomer ponsel yang dia hubungi ternyata sedang tidak bisa dihubungi. ia tidak kehilangan akal, kembali ia mencari di kontak W******p.  ‘Alhamdullilah' ada foto profil Bayu bersama seorang wanita. Arum kembali kecewa karena nomer itu aktif pada setahun yang lalu.

***

Kembali Arum terduduk lemas, harapan bisa mendapatkan hak asuh kedua anaknya kini pupus. Dia tidak punya uang untuk menyewa pengacara. Apalagi kekuatan ibu mertua Arum sangat kuat, bisa saja ia memenangkan persidangan.

Ya Allah, aku harus bagaimana? Harapanku hanya pada Bayu, semoga aku bisa bertemu dengannya.

“Bagaimana, Rum, apa Surya sudah menggugat cerai kamu?” tanya ibunya saat pulang dari pasar.

“Arum nggak tahu, Arum nggak peduli. Yang Arum pikirkan bagaimana menganbil hak asuh anak-anak, Bu,” ucap Arum lirih.

“Tapi, apa kamu punya uang untuk membayar pengacara?” Kini gantian bapaknya yang bertanya.

“Itu yang sedang Arum pikirkan, Pak. Mulai besok Arum akan mencari pekerjaan. Doakan Arum, ya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kami akan selalu mendoakan kamu, Nak.”

Arum kembali membuka laptop. Jarinya masih lincahnya menari di atas benda hitam itu. Ia mulai menulis CV dirinya untuk melamar pekerjaan. Namun, sebelum itu  ia menelepon mantan atasannya di kantor lama.

  Ini adalah sebuah kebetulan yang sangat baik. Arum bersyukur karena Dani masih menggunakan nomer ponsel yang lama hingga bisa dihubungi. Setidaknya  ia tidak bersusah payah mencari nomer ponsel mantan bosnya itu.

“Pagi, Pak,” ucap Arum memulai percakapan.

“Ini Arum?” tanya Dani dari sebarangan telepon.

“Iya, Pak, saya Arum.”

“Ada apa, Rum?”

“Apa masih ada lowongan pekerjaan di kantor Bapak?” 

“Besok langsung datang saja, bawa berkas lamaran kamu yang lengkap. Saya menunggu kamu jam delapan pagi,” ucap pria itu dari seberang telepon.

“Yang bener, Pak? tanya Arum memastikan.

“Kapan saya pernah berbohong.”

“Baik, Pak. Besok saya akan datang.

Setelah itu Arum menutup sambungan telepon. Ia mengucap syukur bisa kembali bekerja. Bukan suatu kebetulan karena dua minggu yang lalu pria itu menelepon dan meminta dirinya kembali bekerja. Namun, saat itu ia menolak karena masih sibuk dengan kedua anaknya.

**

Arum tersenyum tipis menatap gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Dulu dirinya sering berlalu lalang di tempat ini, sampai akhirnya bertemu dengan Surya.Ia melangkah pasti. Kali ini ia tidak menggunakan daster lusuh yang sering dikeluhkan suaminya.

Wanita itu tampak lebih segar menggunakan blus berwarna marun dan senada dengan warna bajunya. Penampilannya kini terlihat sangat modis walau tubuhnya masih terlihat gemuk.  Lalu, melangkah masuk ke gedung yang akan menjadi tempat bekerjanya lagi.

Netranya menatap tajam  wanita yang baru saja keluar dari lift. Dia Renata, pelakor tidak tahu diri yang merebut suaminya. Arum mencoba tenang saat mereka berpapasan. Ada rasa getir di dada saat mengingat begitu jahat wanita itu. Seulas senyum mengejek terlihat dari bibir Renata. Dia seperti tidak pernah puas dengan apa yang sudah direbutnya dari Arum.

“Waw, ada calon janda, ups, “ ucap Renata sengaja.

Arum menggigit bibir bawah dan mencoba tenang. Menghadapi wanita ular itu harus pelan-pelan. Tidak bisa menggunakan emosi. Adanya ia yang akan terbawa kemarahan.

“Semoga Allah membalas semua kejahatan kamu.” Pelan, tapi sangat menusuk.

“Kesian hidupnya, calon janda, kehilangan anak pula. Makanya jadi perempuan jangan bodoh, dandan aja nggak pernah, gimana suami mau betah. Hmm ... kasihan kamu,  Rum. Aku aja baru ngajuin surat pengunduran diri. Eh, kamu mau kerja. Aku cukup menikmati uang dari Mas Surya,” ucap Renata mengejek.

Arum terus beristigfar dalam hati. Semoga saja dosa-dosa Renata dihapuskan sebelum dia meninggal atau sebelum dia mendapatkan azab. Kembali ia mengelus dada agar menahan emosi yang kian memuncak.

“Kamu boleh mentertawakan aku, tapi ingat kesuksesan Mas Surya itu adalah doaku sebagai istrinya dulu. Sekarang, aku tidak akan pernah mendoakannya. Penghasilan Mas Surya kini tergantung kamu, semoga kalian mendapat balasan secepatnya.”

Tidak banyak bicara, Arum bergegas meninggalkan Renata yang kini merasa kesal akibat ucapan Arum. Padahal dia duluan yang memulai mengejek dirinya. Dia mengentakan kaki dan berjalan keluar dari gedung dengan umpatan kasar untuk Arum.

“Dia pikir, dia wanita suci? Seenaknya menyumpahi aku dan Mas Surya. Tidak mungkinlah, Mas Surya bangkrut.” Setelah itu Renata menaiki taxi online yang sudah dia pesan tadi.

Di dalam taxi ia masih saja mengingat ucapan Arum. Ia mencoba menghilangkan bayangan kakak madunya itu. Namun, ucapannya semakin tengiang.

Kalau benar Mas Surya bangkrut nanti, aku nggak usah repot. Langsung tinggalin aja dan cari pria yang lebih kaya. Gampang bukan?

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
arum kerja lgi aj biar ga kepikiran trus kumpulin duit buat ambil anaknya
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
ibu mertuanya jga jahat ud perna ngrasain kya arum tpi ga sadar jga
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Dasar Renata rubah betina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ambil Saja Suamiku   Pernikahan

    Arum terlihat cantik menggunakan kebaya berwarna putih susu. Wajah nampak cantik sempurna. Namun, beberapa kali ia mengusap embun di kelopak mata. Tak menyangka jika ia akhirnya menikah dengan Bayu. Pria yang sedari dulu mencintainya. Semesta membuat keindahn yang tak terluapkan."Mba, pengantin wanitanya sudah siap?" tanya seorang gadis yang tidak lain adalah EO acara tersebut."Sudah." Perias menggandeng penganti wanita ke tempat di mana dilangsungkan acara akad nikah pagi ini.Tatapan takjub beberapa pasang mata melihat sang pengantin wanita. Terlihat Naina, mantan mertuanya duduk bersama Kaila dan Nanda. Dia menyeka bulir yang memgalir di sudut mata. Senyum tipis terpancar di bibir Arum saat tatapan mereka saling bertemu. Hari ini adalah hari bahagia yang sangat ia tunggu. Setelah sekian banyak penderitaan akhirnya ia merasakan kembali suasana sakral untuk kedua kali.Sang pengantin pria sudah tidak sabar menunggu. Netranya tak henti memandang calon istri yang beberapa menit akan

  • Ambil Saja Suamiku   Semesta Berbicara

    Bayu duduk memerhatikan Arum yang kini terdiam menatap kolam renang. Pria itu mengajaknya duduk di tepi, agar suasananya kembali tenang. "Jadi, kamu kemarin ketemu klien itu dia?" tanyanya dengan luapan emosi. "I--iya." Bayu menjawab ragu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Arum memalingkan wajah. Hatinya kembali teriris jika mengingat wanita itu. Ia tidak ingin terjadi lagi hal serupa dengan pengalaman yang lalu. "Aku, kan nggal tahu. Tadi juga aku udah batalin kerja samanya." "Tetep aja sakit bayangin kamu kemarin berduaan sama dia!" Ingin rasanya merengkuh tubuh wanitanya. Namun, ia mengurungkan niat, tangannya hanya mencuil hidung pesek Arum. "Kak, kemarin Kak Bayu sama Alia kok. Nggak sendirian ketemu sama Renata. Maaf, ya Kak." Alia mengambil posisi duduk di samping Arum. "Maaf juga aku nggak tahu kalau dia begitu. Sekali lagi minta maaf. " "Iya, Alia." Senyum semringah dari bibir Alia. Gadis itu memeluk erat calon kakak iparnya.Rudi menghampiri mereka. “Saya ak

  • Ambil Saja Suamiku   Kejutan

    Semenjak pertengkaran kemarin, Bayu merasa tidak enak hati. Kenapa ia begitu cemburu pada Arum. Ia menyalahkan dirinya, kenapa harus cemburu buta? Gegas dirinya turun ke bawah. Kali ini dia pulang ke rumah orang tuanya untuk meminta izin untuk melamar dan menikahi Arum.“Tumben kamu ingat dengan rumah ini?” Cibiran penuh penekanan dari Maria, ibu sambungnya. Lalu, berderet pertanyaan darinya.Ia menghembuskan napas berat. “Aku mau menikah.”“Serius, Kak?” Semua aktivitas yang berada di meja makan mendadak terhenti.Mereka serius menatap wajah Bayu yang malah terlihat santai. Alia, adik tiri Bayu bangkit dan menghampiri sang Kakak.“Ka, serius?”“Apa aku kelihatan bercanda?”“Syukurlah, Kakakku ini normal.”“Aish.” Bayu menoyor kepala Alia sampai ia mengaduh.“Sudah, kalian tidak ada behentinya kalau sudah bertemu.”“Siapa dia?” Pria berambut memutih itu kini mengeluarkan suaranya. Sedari tadi ia hanya diam memerhatikan.“Dia seorang wanita yang sangat aku cintai. Enam tahun aku menant

  • Ambil Saja Suamiku   Perih

    Ada perih yang menjalar di dada. Ia mencoba meraup oksigen, tapi sepertinya sangat sulit. Embun itu sudah mengalir membasahi pipi, entah mengapa Arum merasakan begitu sakit kali ini. Tidak seperti biasanya, ia tak pernah menyesal menolak ayah dari anak-anaknya.“Aku juga sakit, Mas. Semoga, Mas, kembali menemukan wanita yang bisa membuat Mas nyaman. Maaf untuk kali ini, aku sudah memutuskan menikah dengan Bayu.” Ia menjeda ucapannya. Tak sanggup untuk meneruskannya, isak tangis masih membuatnya sulit untuk berbicara.“Mas sadar, Rum. Kamu berhak bahagia, Mas sudah ikhlas. Hanya saja, Mas mencoba siapa tahu Arum berubah pikiran. Kita bisa membesarkan mereka bersama-sama. Maafkan, Mas, ya,” ujar pria itu sembari mengusap pucuk kepala Arum.Bukan hanya Arum yang merasakan sesak di dada. Pria itu yang lebih merasakan betapa nelangsanya dia. Begitu bodohnya melepas kebahagiaan yang dulu ia punya. Kini ia hanya menatap orang yang ia sayang dan mengikhlaskannya untuk bahagia dengan pria lain

  • Ambil Saja Suamiku   Sesak

    “benar nggak bisa datang acara ulang tahun Kaila nanti, Bay?” Arum bertanya pada Bayu lewat sambungan telepon. Wajah wanita yang kini terlihat masam itu mencoba berbicara setenang mungkin.“Iya, Rum. Maaf, ya, soalnya Pak Arga ngajak ketemuan ngomongin masalah kasusnya hari ini jam empat sore, belum lagi temennya adikku minta bantuan juga?”jawab pria itu kemudian.Arum menghela napas. “Nanti dia ngambek kalau kamu nggak hadir.”“Iya, kalau sudah selesai aku langsung kesana. Tapi nggak bisa jemput kamu dulu.”“Iya, aku tahu. Cikarang ke Jakarta, ‘kan jauh.” Kembali Arum menjawab. Namun, orang yang ditelepon di seberang sana tidak tahu jika wanita yang diteleponnya sudah mengerucutkan bibir dan memasang wajah masam.“Aku mau sarapan dulu, ya. Kamu jangan lupa makan siang.”“Iya.” Langsung saja ia menutup saluran telepon, kemudian kembali menatap layar laptop.Aroma kopi menyeruak di ruangan, Arum menatap Rani, wanita yang membawa kopi ke ruangannya. Rani menaruh di meja Arum dan mempers

  • Ambil Saja Suamiku   Cemburu

    "Mba Arum?" tanya salah satu karyawan perusahaan yang ia datangi hari ini. Sebuah perusahaan besar yang baru saja berkembang dan pertama kali bekerja sama dengan kantor akuntan publik milik Dani. Bos-nya menemani Arum sekalain ingin tahu bagaimana perkembangan kerja sama yang baru saja berlangsung ini. "Iya." "Bapak dan Ibu, ikut dengan saya," ajak pria berkacamata tebal dihadapannya. Mereka mengikuti langkah pria itu. Perusahaa yang tergolong baru ini lumayan sangat besar. Ruangan yang tidak sempit memudahkan mereka berlalu lalang. "Pak Dani, Bu Arum. Selamat datang," ucap pria bertubuh tambun dengan uban yang sudah memenuhi rambutnya. "Terima kasih, Pak Rudi. Ini Arum auditor terbaik saya. Dia yang akan menangani masalah audit di kantor ini. Saya hanya hari ini menemani dia, selanjutnya ia akan datang bersama partner." "Baik, sebentar saya perkenalkan dengan manajer keuangan kami." Pria itu menelepon sesorang dan tidak lama orang tersebut sudah berada di ruangan. "Bapak mangg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status