Home / Romansa / Ambil Saja Suamiku / 43. Terungkap (1)

Share

43. Terungkap (1)

Author: dtyas
last update Last Updated: 2025-05-16 20:24:02

“Hahh.”

Luna menghela nafasnya pelan, lalu menyandarkan kepalanya di atas meja. Perasaan dan tubuhnya sangat tidak nyaman. Antara lelah dan kurang sehat. Benaknya dipenuhi dengan masalah dirinya dan Irwan. Ia ingin hubungannya lebih baik dan ide Ibu sepertinya tidak buruk. Malas untuk keluar makan siang, ia sudah titip makanan pada OB.

“Woy, kenapa lo?” tanya Ratna. “Makan yuk,” ajaknya.

“Aku malas keluar, sudah titip sama OB,” sahut Luna masih bergeming dengan posisinya.

“Sakit apalagi ada masalah?”

Terlihat Luna hanya mengedikan bahu.

“Terus gimana kasus si Sherin, jadi siapa pacar gelap dia?”

“Nggak tahu.” Luna akhirnya mengangkat kepala, tapi tidak menatap Ratna. Melainkan menunduk dengan dahi mengernyit.

“Muka lo kusut amat, kayak duit lecek. Padahal baru aja gajian.”

“Hah, serius udah masuk?” tanya Luna penuh semangat.

“Udah, makanya cek ponsel. Kerja apa robot, sih. Gue WA nggak dibaca, diajak keluar malah nggak bisa move on dari kursi panas lo.”

Luna mengabaikan Ratna, ia meme
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ambil Saja Suamiku   45. Apa Yang Kamu Cari

    Ratna membiarkan Luna menangis di sofa sambil memeluk bantal. Ia mengambil air mineral dan tisu. Meletakan di meja sofa. Menatap sahabatnya yang sesenggukan.“Minum dulu, nanti kekurangan cairan lo.”Luna mengambil beberapa helai tisu dan mengusap wajahnya. Ratna mengulurkan botol air mineral, ia terima dan langsung diteguk bahkan habis setengahnya.“Udah bisa cerita atau mau istirahat?” tanya Ratna. Baru kali ini ia melihat Luna sampai begitu, biasa ceria dan selalu bersemangat.“Aku boleh tidur di sini sampai dapat kosan.” Luna bicara lirih sambil kembali menyusut matanya.“Boleh, gue tadi udah bilang boleh. Nggak usah cari kosan, tinggal aja di sini nggak usah cari kosan. Ada dua kamar, lo bisa pakai yang satunya. Nggak tiap malam gue tidur di sini,” seru Ratna. Ia beranjak dan membawa koper serta tas milik Luna ke dalam salah satu kamar.“Udah makan belum?” tanya Ratna keluar dari kamar menuju dapur. “Cuma ada mie instan, sosis sama telur.”Ratna kembali ke sofa, kali ini duduk di

  • Ambil Saja Suamiku   44. Terungkap (2)

    Irwan terlihat panik, dia mengusap kasar wajahnya. Sherin menghela pelan dan terlihat masih tenang. Entah terbuat dari apa hatinya, padahal sudah ke gap berbuat asusila. Seakan tanpa beban, tidak menunjukan rasa bersalah dan penyesalan.“Jawab bu," pinta Sherin.Ibu menatap Sherin dan Irwan bergantian.“Ibu salah karena sudah menutupi kesalahan mereka, ibu lakukan untuk kamu Luna. Aku ingin pernikahan kamu tidak gagal. Hampir satu minggu aku awasi mereka dan membatasi interaksi mereka. Sampai kemarin pun Sherin tidak lepas dari pengawasanku.”“Apa kesalahan mereka? Ibu lihat apa?” cecar Luna, air matanya masih saja menganak sungai.“Kesalahan apa sih, kamu jangan berlebihan deh,” sungut Sherin pada adiknya.“Diam kamu Sherin. Kamu yang berlebihan dan menjijikan. Aku menyaksikan sendiri kalian bersetubuh di ruang binatu, saat Luna sedang tidur.”Tangis Luna semakin pecah, tubuhnya merosot ke lantai membuatnya bersimpuh karena lemas seakan tidak ada daya.“Sayang, maafkan aku,” ujar Irw

  • Ambil Saja Suamiku   43. Terungkap (1)

    “Hahh.”Luna menghela nafasnya pelan, lalu menyandarkan kepalanya di atas meja. Perasaan dan tubuhnya sangat tidak nyaman. Antara lelah dan kurang sehat. Benaknya dipenuhi dengan masalah dirinya dan Irwan. Ia ingin hubungannya lebih baik dan ide Ibu sepertinya tidak buruk. Malas untuk keluar makan siang, ia sudah titip makanan pada OB.“Woy, kenapa lo?” tanya Ratna. “Makan yuk,” ajaknya.“Aku malas keluar, sudah titip sama OB,” sahut Luna masih bergeming dengan posisinya.“Sakit apalagi ada masalah?”Terlihat Luna hanya mengedikan bahu.“Terus gimana kasus si Sherin, jadi siapa pacar gelap dia?”“Nggak tahu.” Luna akhirnya mengangkat kepala, tapi tidak menatap Ratna. Melainkan menunduk dengan dahi mengernyit.“Muka lo kusut amat, kayak duit lecek. Padahal baru aja gajian.”“Hah, serius udah masuk?” tanya Luna penuh semangat.“Udah, makanya cek ponsel. Kerja apa robot, sih. Gue WA nggak dibaca, diajak keluar malah nggak bisa move on dari kursi panas lo.”Luna mengabaikan Ratna, ia meme

  • Ambil Saja Suamiku   42. Akhirnya ....

    “Jam segini baru pulang, lembur lagi?”Luna menghela nafasnya. Baru saja masuk kamar langsung ditanya hal yang tidak perlu ditanyakan. Tentu saja ia baru lembur, bukan ngamen di jalanan. Jiwa dan raganya lelah, tidak ingin berdebat dengan sang suami. Apalagi masih ada hal yang perlu mereka bicarakan.“Iya,” jawab Luna.Meletakan tas di tempatnya, jam tangan dan menguncir rambut siap untuk mandi.“Aku paham kamu kerja untuk kita berdua, tapi kamu harus ingat kewajiban kamu dong. Setiap hari lembur, belum lagi harus keluar kota. Mana waktu untuk aku.”Irwan meluap-luap, menyampaikan uneg-unegnya. Bukan karena kesal dengan Luna, tapi hanya pelarian saja karena gagal pergi dengan Sherin. Beberapa hari ini ibu mertuanya sudah seperti satpam, giliran sudah ada peluang masih juga gagal.“Mas, please. Aku capek.”“Aku juga capek. Kamu kira aku menghadapi keluarga kamu nggak capek.”“Mas, please. Aku lelah dan kamu sedang emosi.” Entah ada masalah apa di rumah itu, sampai semua orang membuat L

  • Ambil Saja Suamiku   41. Rencana Ibu

    Wajah Sherin sumringah menerima kalung pemberian Irwan. Sudah terbayang berapa harga benda itu. Iya bisa membeli skin care dan produk kecantikan lainnya. Bahkan dengan paket lengkap dan mahal.“Dijual dulu, terus kita langsung.” Irwan mengedipkan matanya lalu menggerakan motor menjauh.Sherin memanggil ojek untuk mengantarkan ke pasar. Tidak mungkin mereka berdua muncul di pasar, banyak yang mengenal dan yang pasti ada toko ibu di pasar. Ibu Salamah memiliki dua toko kelontong, yang paling besar ada di luar area pasar yang di dalam pasar lebih kecil.Tanpa sepengetahuan Sherin, rupanya Ibu melihat wanita itu lewat dengan ojek saat mengurus biaya sewa toko di kantor pemasaran.“Mau ke mana dia, katanya mau ke bank.”Ibu mencari ojek yang dikenal, beruntung ada Sani tetangganya yang mangkal di sana.“Sani,” panggil Ibu. “Itu ada Sherin, ikuti dia. Bilang aku yang suruh mengantar dia kemana pun.”“Emang mau kemana mpok?”“Dia ada perlu ke beberapa tempat, daripada bayar ojek online lumay

  • Ambil Saja Suamiku   40. Siapa Laki-laki Itu

    Bab 40Beberapa hari ini Ibu Salamah tidak ke toko. Setiap pagi ada Aceng, salah satu pegawai toko yang datang melaporkan pendapatan juga menerima arahan. Sherin dan Irwan tidak dapat berkutik karena selalu diawasi.Irwan memilih tidak ada di rumah, kadang ia nongkrong di pos ronda atau pulang ke rumah orangtuanya. Niat untuk mencari kerja seperti sudah tidak ada. Semalam ia dan Sherin merencanakan sesuatu, berniat bertemu di luar agar lebih leluasa.“Skin care aku habis, sekalian beli ya.”“Gampanglah itu, yang penting kita berhasil keluar,” ujar Irwan tadi malam.Pagi ini ia bingung, uang dari mana untuk membelikan Sherin skin care. Apalagi harganya tidak murah. Minta Luna lagi, rasanya tidak enak. Apalagi kemarin Luna kembali mentransfer untuk tambahan mamanya renovasi rumah yang kekurangan biaya.“Minta lagi ya nggak enak. Lagian mama kenapa minta Luna sih, jadi serba salah begini.”Setelah mengantarkan istrinya ke halte, Irwan kembali ke rumah. Masih ada ibu dan Sherin yang sibuk

  • Ambil Saja Suamiku   39. Siasat Ibu

    “Lihat sendiri ‘kan, aku selalu salah dimata ibumu. Nggak ada benernya.”“Mas, Ibu nggak gitu. Dia minta kita ke kamar karena ibu mau meluruskan salah pahamnya mbak Sherin.” Luna duduk ditepi ranjang, masih memikirkan kenapa ibu bersikap seperti itu.Salah paham bukan masalah besar, tapi Ibu bersikap seakan konflik yang terjadi luar biasa. Irwan sejak tadi berjalan mondar mandir sambil mengoceh karena sikap ibu.“Kamu juga samanya, nggak mau bela suami. Lalu aku harus dibela siapa?”“Mas, tolong diam!” Luna mulai kesal, ia tidak ingin tinggal bersama tapi ada konflik dengan keluarga yang lain.“Nah, mulai berani ‘kan. Nggak sopan-sopannya, sama suami berani ngebentak.”Sambil menghela nafas lalu mengusap wajahnya, Luna pun berdiri. “Aku bukan tidak sopan, tapi diam dulu. Mbak Sherin dipanggil Ibu, aku nggak mau dia malah pikir aku tukang ngadu. Posisiku akan jadi serba salah, mas.”Dari pada ia dan Irwan juga berdebat, Luna memilih ke toilet untuk membersihkan diri. Mungkin mengguyur

  • Ambil Saja Suamiku   38. Ibu Tahu

    Di dalam kamar, ibu kembali terisak. Mungkin ia sudah tua dan semakin renta, tapi pendengaran dan penglihatannya masih normal. Masih kuat untuk mengawasi toko, usaha yang diteruskan dari mantan suaminya.Bukan tanpa alasan ia menangis, bahkan sampai tubuhnya seperti tidak sanggup beranjak. Ia terpukul dan kecewa. Awalnya ia senang karena kedua anaknya pulang. Meski datang dengan masalah masing-masing. Luna menjadi tulang punggung dan Sherin bercerai dengan Ayahnya Beni.Ia pikir akan ada penerus usaha keluarga dan berada di tengah keluarga di usia senja. Nyatanya ada hal pahit yang ia temukan. Rasanya sakit ketika putrinya tersakiti, lebih sakit ketika yang menyakiti adalah putrinya yang lain. Kesalahan tidak mengenal alasan.“Maafkan Ibu, Luna.” Ibu menepuk dadanya di tengah isakan.Perdebatan Sherin dan Luna, ia dengar dengan jelas. Dugaannya bisa saja benar, karena Irwan datang tidak lama setelah Sherin. Hatinya sakit, mendapati masalah keluarganya. Lebih sakit saat mengingat kejad

  • Ambil Saja Suamiku   37. Sakitnya Ibu

    “Tidak suka tempatnya?” tanya Sadam karena Luna bergeming setelah memasuki restoran.“Ah, suka, pak. Suka sekali,” sahut Luna tersenyum kikuk.Bukan masalah tempat yang membuatnya risau, justru karena di rumah. Irwan mengabari dia sedang di luar dan Sherin ada keperluan. Beni di titip ke tetangga, artinya ibu sendirian.“Ayo,” ajak Sadam mengikuti pelayan yang mengarahkan meja untuk mereka.“Terima kasih,” ucap Luna saat pelayan menarik kursi untuknya. Menerima buku menu dan membuka lembar demi lembar, pikirannya benar-benar tidak di rumah.“Kami pesan nanti,” ujar Sadam menyadari wanita itu tidak fokus. “Luna,” panggilnya.“Iya.”“Ada masalah?” tanya Sadam.“Hm, tidak ada.” Luna menjawab sambil menggeleng pelan.“Kalau kamu tidak nyaman, kita bisa keluar lagi dan ….”“Tidak, pak. Bukan itu.” Luna bahkan menahan Sadam yang akan berdiri dengan menyentuh telapak tangannya. “Saya hanya tidak enak kalau ada yang melihat kita dan menduga kalau ….”“Jangan khawatir dan jangan pikirkan hal y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status