Share

bab 3

Author: Author Rina
last update Last Updated: 2024-06-20 14:05:12

Bab 3

"Awas ya kalau sampai nanti kalian gak bisa bayar, jangan harap aku mau memberikan uang untuk bayar belanja!" Teriak Mas Dirga yang membuat aku seketika menghentikan langkah.

Memutar tubuh dan aku lihat Mas Dirga tersenyum mengejek.

"Takut kan, kalian pikir barang-barang di mall itu murah hingga PD bener mau beli ke sana! Heh, mall itu sepatu mahal, kalaupun ada yang murah itu juga sejuta, terus kalian dapat daripada uang segitu. Mau minta aku?" Mas Dirga menaikkan sebelah bibirnya," jangan harap!"

Aku menarik nafas lalu mencoba tersenyum walaupun rasanya getir dan hati sakit.

"Jangan kuatir aku gak akan minta uang kok sama Mas Dirga karena aku tahu prioritas mas itu bukan kami tapi keluarga mas dan aku juga mau memberikan peringatan sama mas, nanti malam kamu kalau dingin jangan minta peluk istrimu lagi, kalau sakit dan gak bisa jalan juga jangan minta kami untuk ambil minum, mas suruh saja ibu sama kakak mas, termasuk kalau mas pingin, mas kelonin saja mereka," ucapku sengit.

Aku lihat wajah suamiku memerah karena menahan amarah, dadanya bergelombang tapi aku tidak peduli segera aku memutar tubuh dan menarik lengan anakku.

"Awas kamu ya! Kalau pulang nanti, jangan harap aku mau buka pintu!"

Terus berjalan dan menggandeng tangan anakku, berjalan menuju taxi yang sudah menunggu.

Aku segera masuk ke dalam taksi lalu menyebutkan nama salah satu mol yang sangat terkenal di kota ini. Di sepanjang perjalanan aku lihat ada tampak Diam dia tidak menunjukkan kalau dia bahagia membuat hatiku bertanya.

"Sayang kok kamu murung Memangnya kenapa?"tanyaku lembut sambil membelai rambutnya.

"Bu kalau nanti kita nggak dapat pintu kita mau tidur dimana?" tanya anakku sambil menatapku membuat aku menarik nafas dalam, ternyata dari tadi dia termenung karena memikirkan ini. Sekarang aku baru keringat bahwa beberapa tahun yang lalu Mas Dirga pernah melakukan ini kepada kami . Saat itu kami sedang ke pasar dan pulangnya kemalaman Mas Dirga yang marah tidak mau membukakan pintu untuk kami sehingga kami terpaksa tidur di luar dan paginya Aida mengalami sakit asma hingga beberapa hari dia demam, mungkin karena inilah Aida merasa trauma.

"Kamu nggak perlu kuatir Sayang nanti kita tidur di hotel,"jawabku yang membuat senyum Aida merekah seketika.

Senang?

Tentu saja ini pertama kalinya Aida akan menginap dihotel, ayahnya sering menginap tapi, tak pernah ada jatah untuk kami.

"Serius Bu?"tanya Aida dengan mata yang berbinar, mungkin tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan sementara aku mengangguk sambil mencium pipinya.

"Yipi.."teriak anakku girang.

Taksi terus melaju membelan jalan raya dan sepanjang jalan itu Aida terus saja bercerita tentang apa saja yang nanti akan dibelinya hingga tak terasa sampailah kami di sebuah bangunan gedung bertingkat yang sangat megah dia sih dengan lampu-lampu yang mewah.

"Wah akhirnya Aida pergi juga ke mall,"ucap anakku dengan gembira. Sementara aku hanya tersenyum memperhatikan tingkah anakku.

"Berapa semua pak?"tanyaku pada sopir taksi untuk menanyakan ongkos dan setelah sopir itu menyebutkan berapa rupiah yang harus aku bayar aku pun segera membayarnya dan aku bersama Aida segera masuk ke dalam mall.

Aida berlari ke sana dan kemari seperti anak yang baru saja keluar dari hutan Dia sangat bahagia sekali, karena memang ini pertama kalinya Aida diajak pergi ke mall apalagi mall sebesar ini.

"Ibu, dingin banget di sini," ucap anakku yang kemudian menjadi pusat perhatian beberapa orang tapi bukannya malu aku justru merasa iba dengan nasib anakku. Kasihan sekali anakku padahal kami dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan, tapi untuk sekedar jalan ke mall saja mas Dirga tidak pernah mengajak kami paling banter kami hanya diajak pergi ke pasar malam itu pun bisa dihitung dengan jari.

"Ibu aku naik itu,"ujar Aida sambil menunjukkan mainan yang ada di mall.

"Iya sana nanti Ibu temani Kita main berdua ya," ucapku sambil tersenyum.

"Memangnya Ibu bisa main itu?"

Aku hanya tersenyum sambil mengusap kepala anakku tentu saja aku bisa memainkan permainan Itu karena dari kecil aku selalu diajak papaku untuk main di mall ini.

"Nanti kita belajar sambil main, ayo!"

Aku segera menggandeng anakku lalu memainkan seluruh permainan yang ada di mall tersebut tanpa memperdulikan berapa koin yang aku habiskan yang terpenting adalah aku bisa melihat senyum di wajah anakku.

"Ibu nanti habis ini naik itu ya!"Aida menunjuk permainan lain dan tentu saja aku menyanggupinya hari ini pokoknya aku peruntukan untuk Aida Aku ingin melihat anakku senang. Selesai main kami pun belanja apa saja yang diminta oleh Aida aku langsung membelikannya, aku juga tidak peduli walaupun Mas Dirga menelpon entah berapa kali di hp-ku bahkan aku mematikan ponselku agar tidak terganggu oleh mereka.

"Sepatunya mau yang itu ya Bu,"ucap Aida sambil menunjuk sepatu ya sangat bagus mungkin harganya jutaan tapi tanpa fikir panjang aku segera mengambil sepatu itu dan mencari ukuran yang pas untuk kaki anakku.

Bukan hanya sepatu Aida juga minta tas dan juga perlengkapan sekolah lainnya aku juga membelikan beberapa baju untuk Aida. Anakku itu dari beberapa tahun yang lalu belum pernah diberikan baju baru oleh ayahnya.

"Belanja udah sekarang kita makan ya Kamu mau makan apa?"tanyaku, sementara Aida menyapu pandangannya ke seluruh ruangan mall mungkin mencari makanan apa yang dia sukai.

"Boleh nggak makan sushi?"

Dengan tanpa berpikir panjang lagi aku langsung menyanggupi apa yang diinginkan oleh anakku pokoknya hari ini betul-betul hari yang aku khususkan untuk membahagiakan anakku aku tidak peduli berapapun uangnya aku habiskan yang terpenting aku bisa melihat Aida senang karena terlalu banyak penderitaan yang dilalui oleh anakku itu.

Sesudah dari mall aku segera menuju ke hotel, aku sengaja menyewa hotel bintang lima.

"Horee." Aida berlari naik ke atas ranjang lalu berjingkrak-jingkrak di atasnya.

"Ibu empuk sekali ini," ucap Aida yang membuat aku tersenyum.

Aku teringat ponsel yang aku matikan hingga akupun menghidupkan ponsel itu. Gila Mas Dirga menelpon puluhan kali.

[Gak usah pulang! Tidur aja kalian di jalan!]

Pesan itu dikirim sepertinya beberapa menit setelah aku keluar dari rumah.

[Heh kamu jangan lupa ya, kamu belum masak malam ini]

[Awas kamu kalau gak pulang, aku gak akan terima kamu lagi]

Pesan itu terus berderet dan aku tak tertarik untuk membalasnya. Hingga timbul sebuah ide dikepalaku.

Kususun semua barang belanjaan dan mencari view yang paling menarik lalu aku mulai memfoto barang-barangku, kamar hotel dan juga Aida yang menonton TV besar di kamar hotel.

Foto itu segera aku pasang di status W******p yang sengaja aku tunjukkan pada mertua dan iparku. Lalu ku tulis caption.

[My time, makasih ya ayah duit dan paket menginap hotelnya]

Sent ke status, aku ingin tahu seperti apa hebohnya mereka setelah melihat statusku ini!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 66

    Aku titip Aida ya Murni, jagalah anak kita baik-baik. Carilah lelaki yang bisa menjaga Aida," lirihnya. Murni sadar kalau Dirga tidak bisa dipertahankan lagi, apalagi ketika nafas lelaki itu mulai tersengal. Dia pun segera membisikan dua kalimat syahadat di telinga Dirga dan berharap laki-laki itu mengikutinya. "Mas ikuti aku ya! La Ilaha illallah muhammadarrasulullah. Aku memaafkan segala kesalahan kamu, Mas dan insya Allah kami ikhlas melepas kepergianmu."Beberapa saat setelah Murni berkata seperti itu kenapa Dirga semakin terkenal dan tinggal satu-satu. Beberapa saat kemudian, dia mulai kejang dan akhirnya perlahan memejamkan mata. Lelaki itu pergi setelah mendapatkan maaf dari Murni. "Ayah," kata Aida saat melihat Dirga terdiam dengan menutup mata."Sayang, Ayah sudah pergi ke surga," ucap Murni pelan yang membuat Aida seketika menangis meratap kepergian ayahnya. Walau bagaimanapun Dirga adalah ayahnya dan selama ini Aida belum dapatkan dari sayang dari ayahnya sehingga begitu

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 65

    "Sebenarnya Papa keberatan Kalau kamu keluar, kamu tahu musuh papa itu banyak," jawab Prabu lirih."Papa tahu, hidup kita itu ada di tangan Tuhan. Setiap kejadian yang akan kita jalani itu sudah ditulis oleh Tuhan. Kalau memang kita akan mendapatkan bencana maka seperti apapun kita menghindar maka bencana itu akan datang, seperti halnya kehidupan Murni. Kalau memang murni akan celaka walaupun di sini sekalipun dan tidak keluar pasti juga akan tiba. Jadi apa yang perlu kita takutkan , Pa."Prabu terdiam, dia sadar tidak bisa mencegah kepergian Murni."Apa kamu akan bersama dengan Aida?""Iya tentu saja, dia juga suka kalau diajak pergi ke pasar," jawabnya."Baiklah kalau begitu, Papa akan menyuruh pengawal Papa untuk mengawasi kamu. Supaya keamanan kamu tetap terjaga.""Boleh rasa sebaiknya jangan terlalu seperti itu, Pa. Karena itu justru akan mengundang kecurigaan," jawab Murni. "Tapi Papa ingin memastikan bahwa kamu aman."Awalnya prabu tetap kekeh, meminta murni agar dikawal oleh

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 64

    Meskipun gagal menikah dengan Murni, Dave tidak serta merta menjadi down. Dia bertekad akan tetap memperjuangkan hubungannya dengan Murni. Bahkan kau bisa diakan kembali dengan wanita itu apapun yang akan terjadi. Pria itu meminta anak buahnya untuk memanggil wanita yang mengaku sebagai istrinya di saat pernikahan tadi. "Kenapa kamu ngaku telah menikah denganku, padahal pernikahan itu tidak pernah terjadi," ucap Dave. Wanita itu dulu yang pernah hampir saja menikah dengannya atas permintaan Papanya tetapi pernikahan itu tidak pernah terjadi karena wanita itu kabur dengan lelaki lain."Kenapa, kamu kecewa karena kamu tidak jadi menikah dengan wanita pujaan kamu?"wanita itu tersenyum sinis,"Aku kan sudah bilang kalau kamu tidak mau kembali padaku maka tidak akan aku biarkan satu orang pun memiliki kamu."Dave menarik nafas dalam," Apa kamu sudah tidak waras, dulu aku menerima kamu dan aku bersedia menikah dengan kamu, tapi kamu yang kabur dengan laki-laki lain. Sekarang setelah aku men

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 63

    Terima kasih, Murni. Tapi izinkan aku untuk di sini dalam beberapa hari karena aku sungguh sangat merindukan Aida. Boleh bagaimanapun Dia anakku, Murni. Izinkan aku untuk bersamanya walau hanya sebentar." Mas Dirga menatapku dengan penuh permohonan.Aku menarik nafas dalam, sebenarnya aku keberatan dia dekat dengan Aida dia tidak peduli dengan anaknya itu. Tapi, Aku tidak mau dicap sebagai wanita yang kejam karena telah memisahkan anak dari ayahnya. "Baiklah, silakan tidur dengan Aida selagi anakku mau menerima kamu. Jika dia tidak mau tolong jangan paksa dia!" Aku pergi begitu saja meninggalkan Mas Dirga di ruang tamu, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Setelahnya Aku tidak tahu apalagi yang mereka bicarakan. Udara malam yang dingin, rembulan yang menggantung di antara awan hitam menghadirkan pemandangan tersendiri malam ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, Aku sedih, gelisah serta merasa kehilangan. Kenyataan pahit di mana gagalnya aku membina rumah tangga dengan

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 62

    Lepas, lepaskan aku. Aku gak mau ikut kalian, kalian jahat."Aku terkejut ketika mendengar suara Aida tampaknya dia trauma dan kejadian yang baru saja menimpanya. Segera kudekap tubuhnya."Nak, kamu aman sekarang. Sekarang kamu bersama ibu nak," ucapku ditelinganya lirih.Perlahan Aida membuka mata lalu memelukku dengan erat," ibu, Aida takut. Preman itu mencari Aida dia ingin menangkap Aida kembali bu."Aku menenangkan anakku aku boleh rambutnya lalu ku cium nih dia aku tahu dia trauma dengan apa yang menimpanya. Entah mendapatkan siksaan apa dia di sana sehingga dia strauma ini. Setelah beberapa jam aku tenangkan akhirnya Aida kembali tertidur tinggallah Aku yang susah untuk memejamkan mata._______"Nyonya, Tuan menunggu anda di luar."Aku terkejut mendengar suara itu dan segera membuka mata, ketika aku lihat ternyata sudah pukul 10.00 pagi. Kulirik ke samping dan Aida masih tertidur pulas. Segera aku bangkit lalu membersihkan diriku sendiri dan setelahnya berganti pakaian. Saat m

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 61

    Dave, lelaki yang beberapa tahun yang lalu telah membuat hatiku selalu berbunga-bunga dan selalu memberikannya setiap malam. Lalu kemudian pergi begitu saja dari hidupku dan digantikan oleh Mas Dirga. Dia datang kembali, melukis mimpi yang hampir sirna, ibarat air yang aku temukan di saat kemarau panjang aku merasakan kedamaian saat dia datang. Aku semakin merasa teruja, ketika dia kekasihku yang telah lama tiada datang dan hendak menjadikan Aku satu-satunya wanita yang akan mendampingi dia. Tapi, ternyata itu hanya fatamorgana, nyatanya dia tidak beda dengan laki-laki lainnya. Dia yang aku anggap setia karena bertahun-tahun rela menungguku walaupun aku telah menghianatinya, dia telah meluruhkan hatiku hingga cinta yang dulu hilang kembali bersemi. Nyatanya dia tak lebih cari laki-laki pendusta yang pandai bersilat kata. Dia tidak lebih seperti pria buaya yang pandai merayu wanita. Sungguh, aku telah tertipu. Kutarik nafas dalam untuk melegakan nafas di dadaku sekaligus berusaha mengo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status