Home / Romansa / Amorem Te Odium / Bab 3. Lahirnya Valencia

Share

Bab 3. Lahirnya Valencia

last update Last Updated: 2021-03-22 11:39:11

Seluruh warga mencari keberadaan Selvi namun sia-sia tidak ada titik terang. Hingga mereka semua memutuskan untuk menghentikan pencarian. Kembali menuju rumah masing-masing.

Kejadian itu segera di laporkan kepada Sutiyah, betapa terkejutnya wanita paruh baya itu mendapat laporan dari tetangga yang sempat membesarkan Selvi. Walaupun dia bukan anak kandungnya tapi rasa sayang ke Selvi dari mereka seperti orang tua kepada anaknya sendiri. 

Malam semakin larut suasana di desa itu mulai sepi. Ketika itu seorang laki-laki bernama Jarwi sedang memancing menggunakan sampan, ketika hendak melemparkan kail pancingnya dia melihat sesuatu tersangkut di dekat pohon bambu yang lebat di tepi sungai. 

Di dayung perahunya mendekati benda mencurigakan itu. Saat dia mengarahkan lampu minyak yang berada di tangannya, terlihat seorang wanita merintih kesakitan.

“Tolong ....” Suara lirih terdengar dari wanita itu, segera Jarwi merapatkan perahunya tepat di samping sosok itu. 

“Tolong Saya,” ucapnya lirih lalu tidak sadarkan diri. Melihat Wanita itu pingsan, Jarwi segera memindahkan ke perahunya.

Menggunakan sampan, dia menuju kembali ke Desanya. Jarwi membawa wanita itu, ke rumah Pak Kades agar segera mendapat pertolongan.

“Siapa ini  Jarwi?" tanya kepala Desa.

 

"Tadi saya menemukannya, di bawah pohon bambu di tepi sungai. Saat itu masih belum pingsan Pak, dia meminta tolong,” jelas Jarwi. 

“Ayo Jarwi, segera kita bawa ke rumah Ibu Dokter Arini. Semoga beliau tidak dinas keluar kota,” ajak Pak Kades. 

Mereka berangkat, membawanya ke rumah Ibu Dokter. Sesampai di sana, Dokter Arini baru akan menuju Rumah sakit pusat untuk perjalanan tugas.

Merasa itu keadaan darurat, beliau langsung menolongnya. Mereka membawa wanita itu bersama, menuju rumah sakit di pusat kota Surabaya.

“Bagaimana Bu Dokter, apa dia bisa di selamatkan?” tanya Pak Kades yang ikut bersama Jarwi, mendampingi Bu Dokter menuju kota Surabaya.

“Berdoa saja pak, setidaknya tadi sudah saya berikan tindakan. Semoga kita bisa menyelamatkan mereka, paling tidak salah satunya bisa selamat,” jelas Bu Dokter.

“Kasihannya wanita ini, sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Bisa-bisanya dalam keadaan hamil besar, dia terluka bahkan hanyut sampai tersangkut di pohon bambu,” ucap Jarwi yang merasa kasihan, melihat kondisi wanita yang di selamatkannya.

“Mudahan dia baik-baik saja, untung kamu melihatnya Jarwi. Jika terlambat sedikit saja, mungkin dia tidak akan selamat,” balas Bu Dokter. 

“Kuasa Allah Bu, masih belum waktunya wanita ini meninggal,” sahut pak Kades. 

“Iya benar kata pak Kades. Jika memang bukan kehendak Allah, saya tidak lihat karena sangat gelap. Kebetulan saat itu, lampu saya arahkan ke pohon bambu. Pada saat saya akan melempar kail pancing, terlihat sesuatu menyangkut,” jelas Jarwi yang menatap iba, ke wanita yang di tolongnya.

Mobil mulai memasuki pelataran rumah sakit, Dokter Arini mengarah ke pintu UGD. Petugas rumah sakit segera membawa wanita itu ke ruang UGD, menggunakan brankar.

Seketika itu juga Pak kades, Jarwi dan Bu Dokter menyusul di belakangnya. Sedangkan mobil Bu Dokter, di pindahkan ke tempat parkir oleh petugas rumah sakit. 

"Kondisinya semakin melemah," ucap Dokter Arini.

Tanpa menunggu lama Dokter Arini memutuskan, agar segera di lakukan operasi. Sementara pak Kades mengurus administrasi, sesuai arahan Bu Dokter.

 

Hampir dua jam dilakukan tindakan di ruang Operasi, di mana Arini berusaha menyelamatkan salah satunya.  Namun, saat operasi berjalan wanita itu mengalami denyut jantung melemah, bahkan sempat ada kejanggalan  yang terjadi. 

Tiba-tiba saja dia membuka kedua kelopak matanya, sementara proses operasi belum selesai. Kejadian itu tidak berlangsung lama, sekitar lima detik kemudian matanya tertutup lagi.

Alhamdulillah bayinya berjenis kelamin perempuan, lahir dengan  panjang tubuh sekitar 51cm sedangkan berat badannya  3,2kg.

“Malang nasibmu sayang, berdoa saja semoga Ibumu dapat kami selamatkan,” bisik Arini, setelah bayi mungil itu mendapat kumandang Adzan dari salah satu perawat yang bernama Deni.

Operasi sudah selesai, tetapi dia belum kunjung sadar. Akhirnya Bu Dokter memutuskan, agar si bayi di letakkan ke ruang Inkubator. Mengingat usia bayi yang harusnya belum lahir, demi keselamatannya  terpaksa lahir sebelum waktunya.

"Bayinya bawa ke ruang Inkubator, pantau terus perkembangan Ibu bayinya juga," perintah Arini.

Dokter Arini masih memantau perkembangan sang Ibu,  yang sudah sekitar delapan jam lebih  tidak kunjung sadarkan diri. Sementara beberapa Polisi juga sudah mendatangi rumah sakit, untuk meminta keterangan. 

 

*** 

 

Tiga hari sudah, wanita itu belum sadarkan diri. Suatu sore saat akan memasuki waktu magrib tiba-tiba tangannya mulai merespons pemeriksaan perawat.

“Alhamdulillah, akhirnya dia sadar,” gumam perawat itu, mengelus dada. 

“Berarti tinggal menunggu, dia benar-benar membuka matanya,” ucap salah satu rekannya, yang bernama Maimunah. 

Mendengar Informasi dari rumah sakit, Arini langsung mengajak Pak Kades dan Jarwi untuk menemui wanita tanpa nama itu.

Mobil Arini melesat dari Banyuwangi menuju kota Surabaya. Setibanya di rumah sakit, dia langsung masuk ke ruang perawat, yang tugas di setiap ruang rawat inap.

“Dokter, pasien sudah sadar saat ini saya belum bertanya apa pun. Hanya saja, dia memberikan sebuah nama kepada putrinya,” jelas Maimunah, kepada Dokter Arini.

“Valencia Novrianto Permana,” lirih Dokter Arini, membaca kutipan nama itu.

“Sebuah nama yang sangat indah untuk seorang bayi mungil yang cantik,” Tambahnya lagi, yang di balas senyuman oleh kedua Perawat yang bersamanya.

“Sekarang waktunya Dokter Arini, untuk Visit ke ruangan Ibu itu,” ujar Sriwati. Dia merupakan salah satu, kepala Perawat yang bertugas di hari itu. 

Mereka menuju ke ruangan itu, di ikuti oleh Pak kades dan Jarwi beserta dua orang Polisi. Wanita itu tampak masih lemah, seusai pemeriksaan Arini mulai mencoba berinteraksi dengannya. 

"Bagaimana perasaannya, apa ada yang terasa sakit," tanya Arini lembut.

"Terimakasih Dokter, entah apa yang di benak saya saat itu ...." Dia terdiam sejenak lalu melanjutkan ceritanya. "Nama saya Selvi Pujiastuty, seandainya saya saat itu tidak selamat. Pasti saya masuk neraka, lebih hina dari suami saya di mata Allah," sesal Selvi.

"Sudahlah, untung ada pak Jarwi. Jika keadaannya sudah mendingan kami menunggu cerita dari Ibu Selvi mengenai semuanya," tanya Arini lagi.

"Saya siap Bu Dokter," balas Selvi.

Semua di jelaskan oleh Selvi, mengapa dia bisa sampai berada disana hingga dia berusaha bunuh diri. 

Selvi hanya meminta agar keberadaan dia saat ini di rahasiakan, beberapa hari selama dia tidak sadar di dalam komanya. Selvi mengalami serangan seperti saat dia, sebelum bunuh diri .

Seorang perempuan berusaha membunuhnya beserta bayinya, dia berjuang melawan. Tetapi sosok dari perempuan itu tidak terlihat, Selvi merasa takut hal itu akan menyerang anaknya.

Mendengar penuturan Selvi, pak Kades dan Jarwi bersedia menolongnya. Membuat wanita yang menerornya, tidak dapat menemukan keberadaan Selvi beserta anaknya.

Dengan menggunakan sedikit kemampuan kekuatan batin, Jarwi berusaha menutupi dan menghilangkan penciuman si peneror untuk mencari keberadaan Selvi dan Valencia. 

 

"Ternyata inilah penyebabnya, kenapa hanya saya yang bisa menemukanmu di pohon bambu itu," ujar Jarwi seusai menutup Selvi dan Valencia. 

 

"Memangnya sebelumnya ada yang mencari dia?" tanya Arini serentak dengan pak Kades. 

 

"Orang Tuanya mencari hingga malam hari, setelah magrib baru mereka pulang," jawab Jarwi.

 

"Mereka orang tua angkat saya, sejak umur dua tahun Ayah dan Ibu meninggal mengalami kecelakaan. Menurut cerita di bunuh seseorang," balas Selvi. 

 

"Mereka orang yang sama yang membuat orang tuamu meninggal," jelas Jarwi. Pemuda itu mulai menutup pembicaraannya. Mereka sepakat untuk menganggap Selvi, sebagai keluarganya sendiri.

****

Namun apakah kekuatan Jarwi bisa menahan persembunyian itu dalam waktu yang lama ? 

Baca bab berikutnya ya :)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Amorem Te Odium    Bab 18. Rasa Penasaran

    Farhan menunggu balasan dari pesan singkatnya, tapi tidak kunjung di balas oleh Valencia. Hingga dia menyium bau dupa yang keluar dari ruangan khusus ibunya.Langkanya semakin dekat hingga dia menemukan sesuatu yang menjadi kecurigaannya selama ini, sosok menyeramkan sedang berdiskusi dengan Ibunya.'A-apa itu?' tanyanya terbata di dalam hati.Sebuah sosok besar menyerupai ular dengan separuh badan manusia, kaki Farhan tidak dapat bergerak dia mematung seketika."Jangan kau ambil anakku, tunggu beberapa hari aku akan memberikan permintaanmu." Farhan hanya bisa menelan saliva. Hingga sebuah notif pesan singkat menyadarkannya dari lamunan.[ Aku baik-baik saja, saat ini sudah berada di rumah]Farhan menutup smartphonenya lalu gersenyum, dia masih bingung harus membalas apa. Saat ini ia masih tidak menyangka, Ibunya bersekutu dengan Jin.[ Alhamdulillah , kalau kamu sudah baik- baik saja] balas Farhan dalam pesan singka

  • Amorem Te Odium    Bab 17. Sosok

    Farhan kembali menuju tempat Ayahnya berada dia tidak habis pikir, dengan apa yang dia lihat. Sosok yang dingin itu tiba-tiba menghilang. Menurut Farhan seperti ada pesan yang ingin di ceritakan gadis itu. Walau Farhan berupaya menyingkirkan kejadian yang dia alami, tetapi semua seakan sia-sia. Benaknya masih bertanya-tanya ke mana perginya gadis dengan ekspresi dingin, yang membuat bulu kuduknya merinding. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, Pria itu terkejut. Hampir saja dia memukul orang yang dibelakanginya itu. “Duh Ayah, hampir jantungku copot,” ungkapnya. “Kenapa, seperti habis lihat setan saja?” tanya Bramasta. Farhan diam sejenak seakan masih bingung harus bagaimana memulainya. “Tadi pas ke lantai atas ada anak seusiaku, dia sendirian. Mungkin salah satu anak rekan kerja Ayah,” ceritanya. “Bisa jadi, tapi apa yang membuat kamu jadi seperti ini. Seperti habis melihat setan saja,” ujar Bramasta. Wajah Farhan terlihat pucat, menurut Bramasta ada yang janggal.

  • Amorem Te Odium    16. Perasaan Farhan

    Di tempat lain di mana Farhan berada, pria itu mendapat pesan singkat dari Valencia. Awalnya dia tidak yakin akan membalas pesan itu atau langsung menghubunginya. Hati kecilnya sempat bergelut merasa tidak yakin. Jika dia menghubungi langsung, maka dia tidak perlu repot-repot menghapus setiap kata. Akhirnya dia memutuskan menekan tanda telepon di gawainya. Panggilan mulai berdering, Farhan menunggu dengan sabar hingga ada jawaban dari Valencia. Tetapi hingga dering terakhir Valencia tidak menjawabnya. Mungkin dia sedang sibuk akhirnya Farhan memutuskan menjawab melalui pesan singkat, dia kembali meletakkan gawainya di atas nakas. Kegiatan hari ini dia ikut ayahnya ke salah satu perusahaan mereka, jadi perjalanan yang akan di tempuh lumayan lama dari kota Palopo ke Makassar. “Farhan sudah siap?” tanya Bramasta. “Sebentar lagi Farhan keluar, ini lagi mengenakan sepatu,” ujarnya. Sekitar lima belas menit kemudian Bramasta melihat Putranya dengan kemeja hitam dan sepatu ala kant

  • Amorem Te Odium    BAB 15. Serba Salah

    Panggilan itu masih Valencia abaikan, perasaannya benar-benar bingung. Mau menjawab takut di tanya oleh Bundanya.Satu panggilan terabaikan, ada rasa lega di hati Valencia. Mereka bergegas keluar menuju lobi. Sekitar lima belas menit dari panggilan itu. Gawai Valencia berbunyi lagi, nama yang tertera kali ini Jordi.Segera dia menggeser lambang telepon berwarna hijau.“Assalamuallaikum, ada apa Jor?” tanya Valencia dalam panggilan itu.“Waallaikumsalam, kata ART kamu pulang hari ini Val?” tanya Jordi antusias.“Hem, bagaimana ya. Mau kamu pulang hari ini atau tidak?” goda Valencia.“Huff, aku serius Val? Kamu enggak kasihan aku merana seperti pena kehilangan buku,” ujar Jordi.“Hahaha ... jangan sedih gitu. Aku sekarang dalam perjalanan, Kamu siapkan coklat kalau tidak ...,” ancam Valencia yang menghentikan ucapannya.

  • Amorem Te Odium    Bab 14. Terpaksa Mengabulkan

    Selvi menghela napas panjang, memikirkan permintaan yang sangat berat menurut dia. Betapa baiknya putrinya ini, nyawanya hampir melayang dia masih mau memaafkan orang yang mencelakainya.Melihat ketulusan Valencia, membuat Selvi luluh. Akhirnya Selvi menghubungi pengacaranya untuk mencabut semua tuntutannya itu.Valencia senang karena, Bunda nya mau memaafkan Hana dan bulan. Memandang jauh keluar kaca jendela rumah sakit, terlihat pasien lain yang di antar oleh ke dua orang tuanya.Perasaan Selvi seakan hancur, dia merindukan kehadiran Ayahnya. Tetapi dia tidak tahu apakah Ayahnya masih hidup atau tidak, terkadang ingin bertanya tapi ada perasaan takut jika bundanya marah.“Bunda,” panggilnya dengan suara lirih.“Iya ada apa?” tanya Selvi.“Bunda tidak ingin memiliki pendamping hidup? Seperti mereka,” tanya Valencia.Selvi tertegun mendenga

  • Amorem Te Odium    Bab 13. Jeruji atau Damai ( 2)

    Hujan turun deras, mobil Terios putih memasuki halaman Rumah sakit, saat itu cuaca seakan mendukung perasaan Selvi. Langkahnya diiringi Jordi menuju ruang ICU, di depan ruangan itu masih setia menunggu Darno dan Winarsih.“Bagaimana, Pak sudah ada perkembangan?” tanya Selvi cemas.“Belum Nduk ( nak), sepertinya kita harus banyak berdoa,” jawab Darno, mengelus pundak Selvi.Wajah Selvi semakin cemas, Dia takut jika Valencia tidak akan sadar. “Aku akan kesekolah, ingin ku temui siswa itu,” ungkapnya geram.Saat dia akan melangkahkan kaki menuju SMK Duta Karsa, salah satu perawat meminta di masuk ke ruangan Dokter. Akhirnya dia menuju ruangan Dokter, di buka pintu berwarna putih tulang. “Masuk Bu, silakan duduk,” ucap Dokter Ivan.“Bagaimana, kondisi anak saya Dokter? Apakah dia masih bisa sembuh?” tanya Selvi.“Alhamdulillah anak Ib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status