Share

Nomor Misterius

Assalamualaikum dan semangat sore, BestiešŸ˜šŸ˜

Kemesraan ini

Janganlah cepat berlalu

Kemesraan ini

Ingin kukenang selalu

Hatiku damai

Jiwaku tentram disampingmu

Hatiku damai

Jiwaku tentram bersamamu

Suara pengamen itu ternyata cempreng dan tidak nyaman di telinga. Untung saja dia menyanyikan intinya saja. Selembar uang warna biru diberikan Zidan pada lelaki itu.

"Makasih, Mas. Semoga umurnya panjang dan rejeki berlimpah."

Pemuda itu terlihat senang, bagai mendapat rejeki nomplok. Mengusap dada berkali-kali. Kelihatan kalau uang itu sangat berharga buatnya.

"Ngapain dikasih banyak sih, Bang? Lagunya aja gak enak," protes Najwa setelah pemuda bercelana sobek-sobek di lutut dan betis itu pergi.

"Gak apa-apa. Dia gak ngemis loh, Sayang. Sekalian biar kamu gak kelamaan malunya sama dia," kekeh Zidan. Najwa mengerucutkan bibir. Wajahnya masih sedikit memerah karena salah paham tadi.

"Habisnya itu orang emang ngeselin, kok. Dia bilang tante sambil menatapku."

Bu Wati tertawa sekilas. Mena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status