Camila memelototi Dylan dengan dingin. Dylan pun memberinya senyuman tampan. “Aku cuma ingin menghiburmu saja. Saat aku memelukmu tadi, aku juga nggak ada pemikiran lain. Aku murni hanya menganggapmu sebagai teman baikku saja! Kalau aku membohongimu, aku nggak akan menemukan kekasih untuk selamanya!”Camila tidak ingin mengakui dirinya merasa tidak senang karena masalah itu. Nanti dikiranya ada sesuatu di hati Camila!Jadi, Camila pun berbohong dengan mengerutkan keningnya, “Aku hanya merasa agak nggak senang, tapi aku bukan kesal karena masalah itu ….”Dylan bertanya, “Jadi, karena apa?”Camila mengomel, “Memangnya aku nggak boleh kesal tanpa alasan?”Dylan tersenyum. “Tentu saja boleh. Hanya saja, ketika melihatmu kesal, aku jadi ingin memperhatikanmu. Gimana kalau aku ceritakan kisah sedihku kepadamu, biar kamu merasa gembira?”Camila sungguh kehabisan kata-kata. “Awas!”Dylan mengendarai mobil, kemudian mulai menceritakan riwayat gelapnya. Saat kecil dulu, dia pergi berenang di pan
Dylan sudah memindai wajahnya untuk membuka pintu. “Terkadang aku akan tinggal di sini. Ada banyak alkohol berkualitas bagus diletakkan di sini. Ayo, masuk.”Camila tersadar dari bengongnya, lalu bersama Dylan berjalan ke dalam vila.Di dekat pintu terdapat deretan lemari penyimpanan transparan yang memenuhi seluruh dinding. Namun, lemari itu bukan untuk menyimpan tas, melainkan dipenuhi dengan sepatu-sepatu pria.Semuanya adalah sepatu edisi terbatas dari merek-merek ternama, ada sepatu lari, sepatu sneakers, sepatu kasual, juga ada sepatu kulit ….Camila penasaran. “Apa kamu suka koleksi sepatu?”Dylan mengiakan. Dia melihat Camila yang sedang melihat koleksinya dan segera berkata, “Semua ini sepatu pria, seharusnya nggak ada yang kamu sukai, ‘kan? Aku ngomong dulu di awal, kalaupun ada yang kamu sukai, aku juga nggak akan kasih kamu. Semua ini koleksiku!”Camila berkata, “Aku juga suka koleksi sepatu, tapi aku hanya suka koleksi sepatu cewek. Sepatuku lebih banyak berkali-kali lipat
Dylan berkata, “Hidup mesti penuh makna!”“Lima tusuk sate seharga 30 ribu diletakkan di atas piringmu yang seharga 10 juta, memang cukup bermakna.” Camila adalah seorang artis. Dia pun tidak asing dengan merek barang mewah.Set peralatan makan di rumah Dylan adalah hasil pekerjaan tangan dari Kistalia. Harga dari 1 piring saja hampir menyentuh 7 digit.Merek ini tergolong merek mewah yang tidak dikenal banyak orang dan sangat disukai oleh anak muda yang berselera tinggi.Dylan menyusun sate di atas piring. “Asalkan suka, sate seharga 30 ribu juga pantas dipadukan dengan piring seharga 10 juta, bahkan bisa dipadukan dengan yang lebih bagus lagi. Rasa suka itu nggak ada harganya. Karena kita menyukainya, dia pun baru paling berharga.”Camila tidak melanjutkan. Pernyataan Dylan tadi sangat sesuai dengan kriterianya dalam mencari pasangan. Saat mencari kekasih, biasanya Dylan tidak peduli dengan berapa uang yang dimiliki wanita itu, dia hanya peduli dengan kesucian, kesehatan, dan apakah
Dylan menatap Camila beberapa saat, lalu duduk bersila di hadapannya. Tanpa bertanya kondisi Camila, dia duluan membuka kaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Camila. Dylan juga membuka sebotol untuk dirinya sendiri. “Ayo, kita minum dulu.”Mereka berdua bersulang, lalu menengadah kepalanya untuk meminum bir.Dylan melihat makanan di depan, kemudian bertanya, “Yang mana yang enak?”Camila menjawab, “Semuanya enak.”Dylan berkata dengan tersenyum, “Keluarga Nandara memang bukan tergolong konglomerat, tapi latar belakang keluarga kalian juga tergolong bagus. Kamu juga adalah putri semata wayang orang tuamu. Apa Paman dan Bibi mengizinkanmu untuk makan semua ini?”Camila membalas, “Justru karena kami bukan keluarga konglomerat, jadi nggak ada banyak aturan di keluargaku. Orang tuaku sangat memanjakanku, terkadang mereka akan mengizinkanku makan sedikit. Setelah aku tumbuh besar, mereka pun nggak mengurusku lagi.”Dylan melihat stinky tofu sembari bertanya, “Yang hitam-hitam itu apa?”Cami
Camila tahu Dylan mengatakan ucapan itu untuknya. Dia pun memalingkan kepalanya ke sisi Dylan. “Gimana kalau kita minum arak?”“Boleh!”Dylan membuka botol arak, lalu menuangkannya untuk mereka berdua. Setelah bersulang segelas, Dylan baru bertanya, “Aku lihat kamu begitu tertekan, kamu pasti lagi ada masalah. Apa kamu ingin menceritakannya?”Camila menyesap araknya. “Kata siapa aku lagi tertekan?”“Aku bisa melihatnya.”“Kamu pintar sekali. Kalau begitu, coba kamu lihat kenapa aku bisa merasa tertekan?”Dylan membalas dengan menyipitkan matanya. “Apa karena Leon?”Camila terdiam membisu.Dylan berkata, “Luka yang Leon berikan kepadamu sama seperti luka yang Citrus berikan kepadaku. Jadi, aku bisa memahamimu, juga memahami perasaanmu.”Camila bertanya, “Citrus? Gadis yang kamu ceritakan di jalan tadi? Yang pernah melukaimu?”“Emm.”“Aku nggak pernah dengar nama itu. Apa dia juga berasal dari Kota Jawhar?”Dylan menggeleng. “Bukan, dia bukan orang Kota Jawhar, juga bukan putri dari anak
Dylan merokok, lalu lanjut bercerita, “Surat cinta pertamaku kutulis untuknya. Pertama kalinya aku bergandengan dengan seorang gadis, bahkan pertama kali berpelukan dengan gadis juga bersamanya.”“Aku juga menciumnya, tapi aku nggak berani menciumnya terlalu mendalam, hanya menyentuh bibirnya saja. Waktu itu, ciuman seperti itu disebut cap stempel.”“Hanya karena itu, aku pun kegirangan hingga nggak bisa tidur sepanjang malam. Keesokan harinya, aku pergi mencarinya dan mengatakan, aku sudah menciumnya, kelak dia sudah menjadi milikku. Aku berjanji pasti akan menikahinya!”“Waktu itu, usiaku masih muda, nggak berpengalaman dalam soal percintaan. Cintaku itu sangat murni dan serius. Keinginanku untuk melindunginya sangat tinggi. Aku ingin sekali melindunginya dan memperlakukannya dengan baik! Aku menggunakan semua cara yang bisa kupikirkan saat itu untuk memperlakukannya dengan baik dan menyenangkannya.”"Aku menolak semua wanita yang mengejarku. Hanya ada dirinya di dalam benakku. Aku b
“Waktu itu perusahaan Keluarga Hermanto baru berkembang di sana. Orang tuaku sangat sibuk setiap harinya. Mamaku juga hanya fokus dengan diri papaku, sama sekali nggak tahu apa yang terjadi dengan diriku.”“Aku masih nggak putus asa dan pergi mencarinya lagi. Aku bertanya apa dia terpaksa putus sama aku? Waktu itu dia menjepit rokok di tangannya dan tertawa dengan sangat keras. Dia bukan hanya tertawa sendiri saja. Dia juga menceritakan masalah itu kepada si preman. Preman dan anak buahnya juga ikut mentertawakanku.”“Aku nggak tahu apa karena aku terlalu marah atau terlalu sedih, kemudian aku sakit parah. Aku baru sembuh setelah 2 minggu. Pada akhirnya, aku tetap nggak bisa menahan diriku dan pergi mencarinya lagi.”“Haih, kalau menggunakan kata-kata zaman sekarang, aku yang dulu memang seperti penjilat saja. Aku nggak bisa mengendalikan diriku, ingin pergi mencarinya. Kebetulan aku melihat preman itu memukulnya, tanpa berpikir, aku langsung berlari pergi melindunginya. Dia mengatakan
Dylan tiba-tiba terdiam. Masalah itu memang sudah berlalu selama beberapa tahun, dirinya juga sudah keluar dari masa kelam itu. Namun, ketika membahas soal ini, hatinya tetap saja terasa sakit.Beberapa saat kemudian, Dylan baru berkata pada Camila dengan tersenyum, “Apa kamu merasa sangat syok? Nggak menyangka aku juga pernah bersikap begitu murahan!”Kening Camila berkerut. Dia yang tadinya merasa syok berubah menjadi kasihan.Orang-orang yang mendengar kisah itu akan merasa gadis itu murahan dan juga bodoh! Dia malah melepaskan seorang Tuan Muda dan bersama seorang preman. Kartu as di tangannya pun diremuk hancur di tangan gadis itu sendiri! Ada juga yang akan merasa gadis itu tidak tahu diri. Meninggalkan Dylan adalah keberuntungan bagi Dylan!Namun, di mata Camila, dia lebih merasakan betapa menderitanya Dylan.Waktu itu, Dylan yang berusia belasan tahun itu pasti merasa sangat marah, kesal, tersiksa, dan putus asa!Cinta pertama orang-orang biasanya menyedihkan, tetapi cinta pert
Mengandung dan melahirkan anak ….Sudah lama Camila tidak pernah memikirkan topik pembicaraan ini.Waktu itu, saat memastikan hubungan dengan Leon, Camila benar-benar sangat mencintai Leon. Pada saat itu, dia pernah membayangkan akan melahirkan anak untuk Leon, melahirkan buah hati khusus mereka berdua.Namun setelah menikah, Camila bukan hanya sekali membahas topik itu dengan Leon. Setiap kali mengungkitnya, Leon akan menunjukkan sosok peduli dengannya, mengatakan tidak perlu buru-buru. Dia ingin Camila mengejar mimpinya terlebih dahulu, masalah anak bisa ditunda.Selanjutnya, Leon mengikuti ayahnya Camila untuk mengelola bisnis Keluarga Nandara. Camila pun fokus dalam dunia hiburan, berjuang demi cita-citanya.Mengenai masalah anak, sudah bertahun-tahun Camila tidak pernah memikirkannya. Dia tidak menolak untuk mengandung dan melahirkan anak, dia bahkan cukup menyukai anak-anak. Hanya saja … kedatangan anak ini terlalu mendadak dan di luar dugaan!Tidak ada perasaan di antara Camila
Setelah berpikir sejenak, Camila menjelaskan, “Aku peduli karena aku menganggap dia sebagai temanku, nggak ada hubungannya dengan suka.”Naomi memastikan. “Apa benar kamu nggak suka sama dia?”Camila mengangguk. “Benar-benar nggak suka! Aku merasa agak penat. Kalau dia nggak izinkan aku buat beri pelajaran sama Catherine, kenapa dia nggak bilang dari awal? Sekarang setelah terjadi, dia malah merasa sebal.”Naomi berkata di posisi netral, “Seharusnya dia bukan sebal sama kamu. Suasana hatinya lagi nggak bagus. Kamu tahu sendiri, dia punya hubungan dengan Catherine. Sekarang Catherine terluka, maklum kalau suasana hatinya nggak bagus.”Singkat kata, Dylan merasa tidak senang malam ini karena Catherine, bukan karena Camila.Camila diam-diam merasa tidak nyaman. Keningnya pun berkerut. Dia bergumam, “Aku benar-benar nggak tahu sebenarnya apa hubungan di antara dia dengan Catherine?”Naomi juga merasa penasaran dengan masalah ini, tetapi kali ini dia lebih peduli dengan masalah kehamilan Ca
Terlintas sesuatu yang aneh di mata Camila. Dia pun menoleh untuk menenangkan Lyana. “Kelak kamu nggak usah khawatir Catherine akan mengganggu kalian lagi. Mulai malam ini, dia pasti nggak berani untuk muncul di hadapan kalian lagi.”Kevin dan Lyana mulai memuji Camila.Waktu sudah semakin larut. Mereka mengobrol beberapa saat. Kemudian, Camila membujuk kedua orang tua untuk pulang dan beristirahat.Baru saja Kevin dan Lyana pergi, Dylan pun berkata pada Caden, “Kita berdua pergi merokok di luar.”Caden melirik Naomi sekilas, lalu mengangguk. “Ayo, pergi.”Mereka berjalan pergi. Dari tadi Dylan tidak melirik Camila sama sekali.Camila menatap bayangan punggung Dylan. Hatinya terasa penat. Dia telah memberi pelajaran kepada Catherine. Meski Dylan tidak mengatakan apa-apa, jelas sekali dia merasa tidak senang.Ya sudah kalau tidak senang! Lagi pula Camila juga tidak merenggut nyawa Catherine dan juga tidak menjebloskannya ke penjara!Dulu Catherine mengutus Angeline untuk melukainya. Kal
Lyana berkata pada William dan Siska dengan tidak senang, “Putri Keluarga Suryadi kalian hebat juga, malah menjebak Keluarga Hermanto!”Kevin juga berkata dengan ekspresi dingin, “Keluarga Hermanto akan mengakhiri semua proyek kerja sama dengan Keluarga Suryadi. Kalau butuh bayar ganti rugi, Keluarga Hermanto juga akan ganti rugi kepada kalian. Mulai sekarang, Keluarga Hermanto nggak akan bekerja sama dengan Keluarga Suryadi untuk selamanya!”William terdiam membisu.Semua pebisnis yang datang bersama William juga merasa syok. Ketika melihat Keluarga Suryadi tidak bisa menjalin hubungan dengan Keluarga Hermanto, bahkan telah menyinggung Keluarga Hermanto, mereka semua mulai menyindir.“Keluarga Suryadi memang pintar dalam mendidik putri! Untung saja, masalah ini sudah terbongkar. Kalau nggak, Keluarga Hermanto pasti akan merasa sangat menderita.”“Perilaku anak itu tanggung jawab ayahnya!”Wajah William kelihatan merona. Dia sungguh merasa kesal. Dia menepuk dan juga menampar Catherine
Camila memalingkan kepalanya untuk melihat Hogan. “Hogan, dasar kamu ini! Padahal kamu ingin menikahinya, kenapa kamu malah berbohong? Dia saja nggak bilang kalau dia meremehkan kamu itu miskin.”Hogan terbengong. “Tapi … kata Catherine … katanya ….”Camila menyipitkan matanya dan bertanya, “Apa kata Bu Catherine? Apa dia bilang Keluarga Suryadi merendahkanmu karena kamu miskin, jadi mau memisahkan kalian?”Hogan tidak berani menyambung. Dia melihat Catherine dengan bingung.Catherine duduk di samping ranjang dengan ekspresi putus asa.Camila berkata, “Bu Catherine, sekarang kamu memang seorang ibu hamil, kamu itu orang yang sangat dilindungi bagai barang berharga negara saja. Tapi, aku ingin ngomong beberapa hal sama kamu, kenapa kamu berbohong?”“Kamu bohongin Hogan kalau dia diremehkan sama Keluarga Suryadi? Betapa besar tekanan yang diterima Hogan! Lagi pula setelah didengar, kelihatannya jadi Keluarga Suryadi sangat merendahkan orang miskin!”“Orang yang nggak tahu kenyataan pasti
Suasana di dalam kamar hening selama beberapa saat. Pada saat ini, teman sekolah Catherine bertanya, “Catherine hamil?”Camila mengangguk. “Emm, sudah 2-3 bulan!”Mentor Catherine bertanya, “Benarkah?”Camila mengangguk dengan sangat serius. “Tentu saja serius. Aku nggak mungkin sembarangan bicara dalam masalah ini.”Mentor segera melihat ke sisi Catherine. “Dasar, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu lagi hamil? Kalau aku tahu, aku juga nggak akan beri kamu penelitian yang begitu susah.”Teman-teman berkata, “Iya, kalau kami tahu kamu lagi hamil, kami pasti akan lebih menjagamu. Semua pekerjaan berat dan lelah nggak akan jadi milikmu.”Hogan merasa sangat gembira. “Catherine, apa kamu hamil? Benarkah? Apa benar kamu hamil?”Napas Catherine terengah-engah. Hatinya terasa panik. Baru saja dia hendak membantah, Camila pun duluan berkata, “Serius, serius, kalau kamu nggak percaya, nanti kamu bisa bikin tes DNA sendiri. Anak ini punya kamu.”Hogan merasa terharu hingga menangis. “Aku percay
Semua orang di tempat langsung terdiam. Tatapan mereka semua serempak melihat ke sisi Camila.Camila mendengus dalam hati dengan ekspresi lugu. “Bu Catherine, kamu jangan memfitnah orang baik. Sejak kapan aku memukulmu? Sejak kapan aku menculikmu?”Catherine menggertakkan giginya. “Hari ini! Hari ini! Kamu culik aku ke sini!”Camila tersenyum. “Oh, maksudmu yang ini. Memang aku dan Dylan yang bawa kamu ke sini, tapi kami bawa kamu ke sini buat kasih kejutan sama kamu.”“Kalau kami benar-benar mau menculikmu, kenapa kami akan berada di lokasi lamaran ini?”Para guru dan teman sekolah Catherine berbondong-bondong maju untuk membela Camila.“Catherine, kamu sudah salah paham. Dia memang lagi membantu. Semua dekorasi di ruangan ini dihias sama dia.”“Iya, Bu Camila sudah sibuk dari tadi. Dia keluar uang dan juga tenaga.”Para adik yang mengidolakan Camila juga merasa tidak senang. Mereka bergumam dengan suara kecil.“Bahkan jas putih dan bunga segar kekasihnya juga dibeli sama Bu Camila.”
Kevin dan Lyana bertanya kembali, “Kata siapa hari ini Dylan akan melamar?”William dan Siska terbengong di tempat.Mereka hanya mendapat kabar lamaran. Hanya saja, memang tidak ada yang mengungkit soal Dylan.Mereka tahu Catherine dan Dylan memiliki hubungan asmara. Itulah sebabnya saat mendengar kabar lamaran, mereka otomatis mengira Dylan yang akan melamar Catherine!Justru karena ini, mereka baru merasa begitu gembira, bahkan melakukan siaran langsung untuk memberi tahu seluruh orang di dunia ini!“Catherine dan Dylan ….” Kevin memotong mereka, “Mereka berdua sudah masa lalu. Apa kalian nggak lihat ada yang lagi melamar Catherine?”Siska merasa panik. “Bukan, menantu Keluarga Suryadi itu Pak Dylan!”Lyana membantah, “Kamu jangan sembarangan bicara. Dia baru menantu kalian!”William dan Siska melihat ke sisi Hogan sembari bernapas dengan terengah-engah. “Bukan! Bukan! Bukan seperti ini! Bukan … seperti ini!”William melangkah maju hendak memotong Hogan, tetapi langkahnya dihalangi
“Lagi pula, kamu juga bukannya nggak tahu hubungan dia dengan Dylan. Kalau aku benar-benar melukainya, Dylan juga nggak akan setuju.”Naomi bertanya, “Sebenarnya apa yang lagi kamu pikirkan?”Camila berkata, “Aku ingin menghancurkan mimpinya! Biar seumur hidupnya, dia nggak akan bisa memiliki Dylan lagi, lalu menjauhi Bibi Lyana dan Paman Kevin.”Naomi terdiam membisu. Baru saja Naomi hendak bertanya, tiba-tiba muncul sekelompok orang di depan pintu. “Kak Camila!”Camila menoleh untuk melirik sekilas, kemudian tersenyum ke sisi pintu. Dia berkata pada Naomi, “Naomi, kamu bangunkan Catherine, ya. Setelah dia bangun, kamu keluar saja. Aku akan tunggu kalian di koridor.”Usai berbicara, Camila berjalan ke sisi Dylan, lalu menariknya berjalan keluar pintu. Dia berjalan sembari berkata pada orang-orang di dalam ruangan, “Semuanya harap bersiap-siap. Kita akan segera masuk ke momen-momen penting. Kita akan menjadi saksi mata atas kebahagiaan.”Saat mendengar, orang-orang di dalam kamar langs