“Bu Lyana, ayo cepat cerita sama aku, sebenarnya bagaimana caramu untuk menjinakkan anakmu?”Lyana berkata dengan tersenyum, “Dia sudah bukan pemuda lagi. Tahun ini dia sudah berumur 30 tahun! Sebenarnya aku juga nggak habis pikir. Aku dan Kevin juga menyadari anak ini sudah berubah. Dia berubah menjadi lebih stabil dan dewasa, tapi kami nggak tahu alasan tepatnya. Dia jarang pulang ke rumah. Kami juga jarang ketemuan. Tapi sepertinya … dia tiba-tiba menjadi dewasa.”Joana berkata dengan suara kecil, “Jangan-jangan Dylan diam-diam lagi pacaran? Pacaran bisa bikin cowok lebih dewasa.”“Heh!” Gisela langsung mentertawakannya. “Bu Joana ini, sejak kapan Dylan nggak berpacaran? Dia nggak pernah ada masa kosongnya.”“Tuan Dylan itu terkenal dengan playboy-nya. Jumlah pacarnya bahkan hampir mengimbangi jumlah makan kita sehari-hari! Reputasinya sudah terkenal di luar sana!”“Hanya saja, gadis muda saja masih belum dewasa, mana mungkin dia akan bikin cowok jadi dewasa! Semua itu hanyalah kema
Acara ulang tahun Kevin diadakan di Hotel Paroyal. Restoran Hotel Paroyal dinobatkan sebagai restoran terbagus di Kota Jawhar. Bisa mengadakan acara di sini melambangkan betapa tingginya status dan kedudukan seseorang.Pada saat yang sama, yang bisa menerima undangan juga bukan orang biasa. Hari ini Keluarga Hermanto mereservasi tempat. Seluruh Hotel Paroyal didekorasi dengan sangat meriah.Di atas layar yang sangat lebar di restoran ditayangkan sejarah kejayaan Keluarga Hermanto dan beberapa industri unggulan mereka secara bergiliran. Selain itu, ada juga sedikit perkenalan presdir saat ini, Kevin, beserta istrinya, Lyana, dan juga putranya, Dylan.Acara berlangsung dengan sangat meriah. Setiap jenis keranjang bunga segar langka dipajang di sana. Saat Kevin dan kedua anggota keluarganya tiba, seluruh petinggi dari Grup Hermanto sudah tiba. Ketika melihat kedatangan Kevin, semuanya langsung melangkah maju untuk menyapa, “Halo, Pak Kevin, Bu Lyana, Tuan Dylan.”Kevin membantu Lyana un
“Dia nggak bersedia untuk menikah dan memiliki anak, jadi aku nggak bisa meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto. Aku juga pernah kepikiran untuk mengubah pemikirannya. Aku sudah memeras otakku dan menggunakan semua cara yang aku pikirkan, tapi semua itu nggak ada gunanya!”“Haih, hidup bagai drama saja. Drama itu malah mempermainkan kehidupan. Ada banyak keluarga miskin yang nggak punya apa-apa, tapi malah terus memiliki anak! Sementara, kami yang benar-benar punya ‘takhta’ untuk diwariskan, malah nggak punya penerus!”“Sekarang aku sudah putus asa. Anak-anak memiliki jalan hidupnya sendiri. Terserah dia mau melewati hidupnya seperti apa. Yang penting dia merasa gembira.”“Seandainya para leluhur ingin menyalahkan, jangan salahkan dia, salahkan aku saja! Kesalahan anak itu tanggung jawab orang tuanya! Aku sebagai ayahnya bersedia untuk menanggung hukuman atas kesalahannya!”“Tapi aku berharap para leluhur bisa memberkati Dylan bisa hidup lancar dan gembira untuk selamanya ….”Dyl
Nancy menghela napas, lalu menarik tangan Camila dan berkata, “Aku dan ayahmu bukan tipe orang seperti itu. Kami bukannya nggak bisa diajak kompromi. Berhubung dia menghormati keluarga kita, kita akan balas berkali-kali lipat!”“Keluarga Hermanto memperlakukanmu dengan sangat baik, kita semua juga bisa merasakannya. Herbert dan Lyana benar-benar menyayangimu seperti anaknya sendiri. Terserah anak ikut marga siapa. Asalkan kamu dan anak bisa bahagia, kami juga akan merasa gembira.”Camila bermanja-manja. Dia bersandar di atas pundak Nancy. “Terima kasih atas pengertian dan dukungan Mama.”Nancy tersenyum. “Dasar anak bodoh. Untuk apa kamu berterima kasih dengan ibu kandung sendiri. Mengenai masalah anak, semuanya gampang dibicarakan. Hanya saja, mengenai kamu dan Dylan …. Aku sungguh gembira kalau Dylan bisa menjadi putraku, tapi kalau jadi menantu ….”Camila berkata dengan tersenyum, “Kalian nggak usah khawatirkan masalah aku dengan dia. Aku bisa atasi sendiri.”Nancy juga menghela nap
Dylan membalas.[ Sementara dirahasiakan dulu. ]Edward sungguh kehabisan kata-kata. [ Kalau mau dirahasiakan dulu, untuk apa kamu ngomong di dalam grup? ]Dylan merasa bangga. [ Aku lagi gembira! Jadi, aku ingin kalian ikut keciprat rasa bahagiaku! Aku ingin semuanya bersuka bersama! ]Semua orang terdiam membisu. Hal besar apa yang membuat Dylan begitu gembira? Bahkan ingin semuanya ikut bersuka bersamanya!Di sisi lain, Camila menyimpan ponselnya. Dia menunduk mengusap perutnya sendiri, lalu bertanya dengan pelan, “Nak, yang telepon tadi ayah kandungmu. Apa kamu suka sama dia? Aku percaya dia pasti sangat suka sama kamu.”“Camila!” Setelah melihat Camila mengakhiri panggilan, Nancy pun memanggilnya.Camila tersenyum. “Iya.” Camila berjalan ke sisi Nancy. Dia merangkul lengan Nancy sembari bertanya, “Mama, apa masalah kehamilanku sudah tersebar di kalangan ibu-ibu kalian?”Kening Nancy berkerut. “Apa yang sudah kamu dengar? Coba kamu ceritakan sama Mama. Kamu nggak usah peduli deng
“Dylan, aku ….”Dylan sungguh merasa takut. Dia kembali memotong ucapan Camila dan berkata dengan menangis, “Aku menyesal. Aku benar-benar menyesal. Dulu nggak seharusnya hidupku terlalu ugal-ugalan. Nggak seharusnya gara-gara terluka sekali, aku bikin diriku menjadi pria hidung belang!”“Kalau aku tahu aku akan mencintaimu, aku pasti akan menjaga kesucianku dan memikirkan reputasiku. Kalau reputasiku sedikit lebih bagus, sekarang aku juga nggak akan begitu merendah. Aku nggak berani dengan gampangnya mengatakan aku menyukaimu. Aku juga nggak berani dengan gampangnya mengatakannya kepada Paman, Bibi, bahkan orang tuaku. Aku takut kalian nggak percaya sama aku ….”“Aku … aku … aku benar-benar suka sama kamu ….”Camila merasa terharu. Bagian hidungnya terasa tidak nyaman. “Aku percaya sama kamu! Dylan, aku percaya sama kamu! Aku percaya kamu benar-benar suka sama aku!”Selesai mendengar, entah karena merasa terharu atau penat, Dylan menangis semakin kuat lagi. “Aku … aku ….”Camila berka