แชร์

Melarikan Diri

ผู้เขียน: Ainin
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-23 08:19:02

Suasana terasa membeku begitu Hillen dan Rachel bersitatap di dalam ruangan itu. Keduanya menatap wajah satu sama lain dengan tatapan kaget, bahkan tatapan Hillen yang terlihat menegang dan tangan mengepal erat. Dia masih tercengang karena melihat wajah kedua anak kembar yang sudah kembali merunduk ke dalam leher ibunya.

"Nona ... Anda ... Tuan ..." Vicky bahkan kehilangan kata-katanya melihat itu, tapi Hillen seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Ketiganya sempat membeku saat itu, tapi berbeda dengan Rachel, dia terlihat menunduk setelah tersadar, dipeluknya tubuh anaknya dengan erat lalu membungkuk.

"Maaf, Tuan. Silakan, anak saya sudah selesai menggunakan kamar mandi ini." Dengan sopan Rachel berkata, walaupun dia akhirnya mengutuk kebodohannya.

Bagaimana bisa dia mengatakan kata-kata itu? Sebagai seorang pria yang cerdas, Hillen pasti bisa menemukan sebuah kejanggalan dan kebenaran dari ucapannya. Tetapi dia tidak bisa lama-lama di sini, dia harus segera pergi atau nanti akan bermasalah.

Setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi dengan cepat meninggalkan kamar mandi ketika Hillen belum bereaksi. Sementara itu, Vicky mengerutkan dahinya bingung, tak tahu harus melakukan apa, karena majikannya juga diam saja di sana. Tak ada perintah dari majikannya, membuatnya takut melakukan sesuatu diluar perintah. Sementara itu, ketika dia menatap Hillen, wajahnya semakin mengeras dengan tangannya yang terkepal erat.

"Tuan ... Apa yang- eh, Tuan?!"

Vicky dengan cepat mendekati Hillen yang tampak hampir tersungkur seraya memegang wastafel. Pria itu terlihat memegang kepalanya, dengan napasnya yang terasa sesak karena apa yang dilihatnya.

"Tuan ... Anda baik-baik saja? Apakah Anda tidak sehat?" tanya Vicky dengan panik membuat Hillen melepaskan tangan pria itu dari lengannya.

"Kenapa kau hanya diam saja disini?! Pergi! Kejar wanita itu!" teriaknya memberikan perintah membuat Vicky langsung mengangguk patuh.

Dia langsung bergegas pergi meninggalkan kamar mandi, keluar dari sana dan melihat sekitar mall yang terlihat sangat ramai. Vicky menatap ke sana kemari, tak yakin bisa menemukan ke mana Rachel pergi, karena dia hanya ada di dalam kamar mandi dari tadi.

"Astaga, kenapa Nona Rachel melarikan diri seperti ini? Sikapnya juga sangat berbeda dari yang dulu. Kalau aku sampai tidak bisa menemukannya, aku bisa mati dicekik Tuan Muda," gumamnya lalu bergegas mengeluarkan ponselnya.

Dia menghubungi anak buah keluarga Stepson dan langsung meminta agar mereka segera mencari keberadaan Rachel dan kedua anak yang di bawanya. Tidak sulit sama sekali meminta hal ini dan tidak perlu menjelaskan secara spesifik tentang siapa Rachel, karena rata-rata yang bekerja di kediaman keluarga Stepson mengenal Gadis itu sebagai cucu angkat Tuan Besar.

Selama bertahun-tahun Rachel menjadi anak angkat dari keluarga itu, dia dikenal sebagai gadis yang baik jadi tentu saja mereka mengetahui tentangnya karena dia sopan dan ramah. Hanya saja tadi sikapnya berubah dan menjadi seseorang yang seperti tidak mengenal mereka, padahal wajahnya tak ada perubahan sama sekali.

Mall seketika dipenuhi oleh pria-pria berbaju hitam, anak buah yang diperintahkan Vicky emang selalu mengikuti mereka untuk berjaga-jaga setiap kali mereka pergi. Tanpa perlu photo mereka mencari karena mereka sudah hapal luar kepala bagaimana wajah dan tubuh raja yang mereka ingat.

"Cari sampai ketemu! Tuan Muda yang memerintahkannya!"

Sementara Vicky dan anak buahnya yang lain sibuk mencari, Hillen masih terdiam dengan wajah kakunya. Dia sungguh tidak menduga kalau gadis itu ada di sini dan bertemu dengannya. Sambil membawa dua orang anak gambar laki-laki yang orang bodoh juga tahu bagaimana raut wajah kedua anak itu sangat mirip dengannya.

"Rachel ... Bagaimana bisa kau bersikap seperti seseorang yang tidak pernah bertemu denganku? Kau sengaja menghindar lalu pergi begitu saja seperti tidak ada yang mau kau jelaskan." Hillen mengepalkan tangannya.

Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang. Tak jadi menggunakan toilet itu, Hillen berjalan keluar dan melihat anak buahnya yang sudah ramai mengelilingi Mall dan mencari wanita yang membawa dua anak kembar tadi.

"Tuan ... Anda baik-baik saja?" Vicky yang melihat keadaan majikannya seperti tak baik-baik saja itu langsung memegang lengannya, sementara Hillen sudah menarik napasnya beberapa kali walaupun wajahnya terlihat kaku dan datar.

"Cari sampai wanita itu ditemukan, aku tidak peduli sampai ke manapun dia pergi. Jika sudah ditemukan bawa dia kehadapanku karena aku membutuhkan penjelasannya!"

"Baik, sebaiknya Anda kembali ke ruangan VIP dulu. Anda terlihat tidak baik-baik saja," ucapnya membuat Hillen memejamkan matanya.

Ketika dia membukanya lagi, tatapan itu terlihat tajam dan belum berubah sama sekali. Vicky malah khawatir dengan tanggapan yang diberikan oleh Hillen, bagaimana Rachel tidak merasa takut dengan pria ini? Sikapnya terlalu datar dan dingin bahkan setelah pertemuan sekian lama, Rachel seorang gadis kecil yang tidak punya tameng, menghadapi Hillen tentu saja membuatnya harus berhati-hati.

Berbeda dengan dulu, Rachel jauh lebih perhatian dan sesekali dia pernah memperhatikan Hillen. Hanya saja, tanggapan pria ini juga terlalu dingin untuknya, membuatnya berhenti. Daripada dia diamuk oleh Hillen, sebaiknya anak angkat sepertinya lebih menjaga batasan dan tidak melakukan hal-hal yang berlebihan.

"Rachel ..." Hillen menyandarkan kepalanya di sofa, seraya membuang napasnya yang terasa seperti bergumpal di dadanya. "Kau ... kau benar-benar luar biasa! Luar biasa karena pandai merahasiakan semuanya!"

Memikirkan kemungkinan lain, bisa saja Rachel hanya perawat anak-anak itu, tapi bagaimana bisa? Dia yang mengatakannya sendiri kalau anak-anak itu adalah anaknya. Hillen tak mengerti kenapa Rachel harus pergi cepat-cepat dari hadapannya, seolah dia akan menghancurkan wanita itu saja.

"Tuan ..."

Lamunan Hillen yang berantakan seketika buyar saat Vicky masuk ke dalam ruangan VIP itu.

"Bagaimana? Dia sudah ditemukan?!" tanya Hillen dengan tatapan tak sabar. "Kenapa tidak langsung membawanya padaku?"

"Maaf, Tuan. Nona Rachel berhasil lolos, dia melarikan diri bersama dengan dua anak itu dan juga seorang wanita paruh baya. Mereka terekam kamera CCTV di sekitar area Mall tapi kemudian CCTV toko lain tidak bisa menampilkan keberadaan mereka setelah meninggalkan area mall. Sepertinya itu terjadi karena mereka mencari jalan tikus makanya tidak ditemukan lagi keberadaannya. Saat ini mereka hilang, anak buah masih menelusuri jejaknya."

Hillen menghentakkan gelas ditangannya karena kabar buruk itu. Dia semakin mengeraskan rahangnya, merasa kesal dan kebingungan dengan sikap Rachel yang malah melarikan diri. Bukannya memberikan penjelasan, kenapa wanita itu malah pergi begitu saja?

"Tuan ... kita tahu rumahnya, kenapa tidak mencoba untuk mendatangi kesana?"

Hillen meremas gelas ditangannya lalu diam sesaat. "Kau ... kau benar-benar merasa yakin setelah apa yang kita lihat? Dia adalah seorang wanita yang kita cari selama ini? Wanita yang sudah menghabiskan malam denganku hari itu?" tanyanya seakan ragu sejenak, membuat Vicky terdiam beberapa saat.

"Wajah anak-anaknya yang kembar itu tidak bisa menipu kita, Tuan. Mereka terlalu mirip dengan Anda dan mustahil kalau itu hanyalah kebetulan," ucapnya membuat Hillen mengetatkan rahangnya. "Tetapi kenapa sikap Nona Rachel begitu asing? Dia seperti tidak mengenali kita padahal harusnya dia tahu kalau ini adalah pertemuan pertama setelah bertahun-tahun. Kalau tidak ada yang disembunyikan, bagaimana bisa dia bersikap seperti itu?

"Nona Rachel yang saya kenal selama ini adalah sosok gadis yang ramah dan sopan. Dia menghormati Anda sebagai kakaknya walau Anda tidak pernah mau mengakui kalau dia adalah adik angkat Anda secara terang-terangan. Tetapi apa yang dilakukannya hari ini berbeda dengan yang biasanya dia lakukan. Saya tahu kalau dari sikap dan caranya menghindar, dia sedang menyelamatkan sesuatu dan itu adalah dirinya serta anak-anak yang ada di dalam gendongannya tadi," beber Vicky, memberikan jawabannya sesuai analisanya sendiri.

Hillen terdiam dengan wajahnya yang jauh lebih tenang. "Hasil malam itu ... dia melahirkan dua anak kembarku?" gumamnya membuat Vicky menunduk.

"Terlalu sedikit orang kembar atau mirip di dunia ini, Tuan. Bagaimana bisa semuanya terjadi sangat kebetulan? Lima tahun lalu Nona Rachel pergi setelah Anda mengalami tragedi mabuk dan meniduri seorang wanita yang tak kita ketahui siapa, lalu saat ini kita bertemu dengannya dan dia sedang membawa dua orang anak kembar yang wajahnya mirip dengan Anda? Walau bagaimanapun, tidak ada yang namanya kebetulan sebagus ini.

"Itu ... pasti anak-anak Anda. Tanpa perlu cek DNA saya yakin sekali anak-anak itu punya hubungan dengan Anda, Tuan. Karena sejauh yang saya selidiki dan perhatikan, saya tidak pernah melihat Nona Rachel dekat dengan pria manapun apalagi sampai menikah. Dan lagi, dengan kasih sayang Tuan Besar, mustahil kalau Nona Rachel menikah dan tidak mengabari kita. Tuan Besar pasti akan datang melihat pestanya dan itu bukan sebuah hal yang bisa dibantah."

Vicky berkata benar, Hillen yakin kakeknya pasti akan datang jika benar Rachel menikah, makanya punya anak sekarang ini. Namun, nyatanya tidak pernah ada kabar kalau Rachel menikah dan itu menunjukkan kejanggalan yang lebih besar.

Hillen menyandarkan tubuh tegapnya di punggung sofa sebelum berkata pelan. "Jangan langsung menyerbu rumahnya, perhatikan dulu. Jangan sampai mereka tertekan atau dia akan kembali melarikan diri."

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Penjelasan Dari Vicky

    Seharian itu Rachel habiskan di dalam kantor dan dia tidak melakukan apa-apa selain bekerja sampai akhirnya rasa lelah menggerogoti. Namun, meski dia merasa lelah saat ini tapi ada rasa senang di hatinya karena tak perlu merepotkan orang lain kelak. Dia juga punya pegangan karena bekerja di perusahaan dan dia tidak akan menjadi gelandangan meski nanti harus luntang-lantung kemana-mana. Saat sedang berhenti dan menunggu taksinya datang, dia melamun sendirian di depan perusahaan sebelum akhirnya dia menghela napas berat. "Entah bagaimana kedepannya akan terjadi, aku tidak tahu. Yang pasti aku masih berdiri tegak dan masih hidup," gumamnya seraya menatap sekitar. Namun, baru saja dia akan menenangkan diri, sebuah mobil mewah berhenti di depannya membuat Rachel mengerutkan dahinya dan menatap siapa yang datang. Rekan bisnisnya yang lainnya tampak berbisik-bisik heboh melihat mobil itu, sampai akhirnya pintu mobil itu terbuka dan Vicky terlihat berjalan sebelum menunduk sopan padanya.

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Rachel Yang Masin Sama

    Rachel menyentuh dahinya dengan wajah yang masih diam saja di kamarnya. Dia teringat dengan apa yang dilakukan Hillen tadi makanya saat ini dia merasa seperti kehilangan kemampuan untuk menyembunyikan sedikit saja perasaan aneh di dadanya. Dia belum keluar sejak tadi, masih memakai seragam kerjanya. Tetapi sekarang dia masih mempersiapkan mentalnya untuk bertemu dengan anak-anaknya dan Hillen. "Non ..." Rachel menoleh sambil memasukkan notebook, dia menemukan Bibi Vee tengah bergerak masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa, Bi?" "Sudah siap? Tuan dan anak-anak sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama." Rachel menghela napasnya. "Bibi turun saja dulu, bilang supaya mereka mau sarapan lebih dulu dan tidak usah menungguku. Aku akan turun setelah menyelesaikan apa saja yang kubutuhkan," ucapnya membuat Bibi Vee menatapnya. "Bibi melihat Nona berubah akhir-akhir ini, ada masalah apa?" Rachel menggeleng, lalu tersenyum menatap Bibi Vee tanpa ada niatan menjelaskan apa yang dia rasakan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Sambutan Pagi

    Rachel membuka mata dan mengusap wajahnya perlahan. Dia membuka matanya ketika mendengar suara alarm, tidurnya benar-benar lelap saat ini dan itu cukup membuat yang rasa lebih baik sebelum akhirnya bangkit duduk. Sudah tidak ada suara anak-anaknya yang membangunkan setiap hari, Rachel sebenarnya merasa rindu tapi kalau mereka juga tak mau menemuinya itu juga bukan sebuah hal yang harus dia pikirkan lagi. Mungkin dia memang benar-benar belum dewasa tapi dia tidak mau mendapatkan penolakan dari anak-anaknya masih kecil. Itu hanya akan melukai hatinya yang sudah merawat mereka dengan sepenuh hati. "Mungkin setelah menikah nanti dan mereka semakin tidak mau denganku, aku akan memutuskan untuk berpisah. Aku lelah kalau harus menjalani hidup dalam permainan, masih banyak hal yang bisa aku gapai dan aku bisa melakukan semua itu dengan leluasa." Bangkit dari duduknya, Rachel menuju kamar mandi dan langsung membersihkan diri karena dia harus bekerja hari ini. Dia masih memiliki pekerjaan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Gerbang Kebahagiaan

    Rachel tiba di rumah dan tidak ada anak-anak, biasanya kedua anak kembar itu akan selalu menyambutnya kalau dia pulang, tapi saat ini bahkan tak ada anak-anak yang menyambutnya, tidak ada lagi mereka yang datang dan mengerumuninya. "Bibi ..." Tidak ada sahutan, Rachel hanya bisa duduk di sofa dan memegang kepalanya yang sakit. Tidak ada tanda-tanda ada orang di rumah dan itu membuatnya tahu kalau mereka mungkin pergi entah ke mana. Mungkin bersama dengan ayah mereka atau mereka jalan-jalan ke mana. Di rumah itu dia diam sendirian, seolah bisa melihat bayangan ketika dia dulu dengan susah payah menerima kenyataan kalau dia hamil, mengandungnya dengan hampir gila, melahirkannya dengan bertaruh nyawa, membesarkannya dengan bekerja sambil kuliah. Susah payah dia melakukan semua itu tapi saat anaknya mendapatkan ayah, dia bahkan terlupakan begitu saja. Sekarang dia tidak tahu bagaimana harus bersikap, air matanya menetes begitu saja. Rachel menangis sendirian tanpa mampu menahan keses

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Kembali Berpikir

    Hari itu Hillen tidak pulang, dia tetap berada di rumah Rachel dan entah menunggu apa. Raysan dan Raysen sudah bermain lagi dengannya setelah sarapan, sementara Rachel sedang bersiap karena dia akan pergi bekerja. "Ra ... bisa kamu datang ke rumah nanti malam? Biar bagaimanapun, Kakek juga harus tahu tentang rencana pernikahan kita." Rachel menarik napasnya lalu menatap wajah Hillen. "Aku sudah keluar dari keluarga Kakak," balasnya tanpa ekspresi berlebihan. "Kalau Kakak mau mengatakan pada Kakek, Kakak bisa katakan sendiri. Sekaligus minta pendapatnya, aku yakin Kakek tidak akan setuju kalau Kakak menikahiku." "Kenapa?" "Tidak usah bertanya hal yang sudah jelas, seharusnya Kakak juga lebih tahu dariku." Hillen terdiam menatap wajah Rachel untuk sesaat. "Kalau kakek saja bisa menjadikanmu sebagai cucunya itu berarti kamu layak. Kakek bukan seseorang yang suka bermain-main, dia juga selalu serius dalam urusan apapun. Kakek menerimamu sebagai cucunya itu menunjukkan kalau kau

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Setuju Menikah

    Hillen mengerutkan dahinya mendengar itu. Tatapannya tampak heran karena Rachel tiba-tiba mengajukan syarat seperti itu. Selama beberapa hari ini, Hillen berusaha untuk membuka hatinya walau dia tahu kalau masih belum seberapa. Hanya saja kenapa sekarang dia malah mengajukan hal seperti ini?"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya mengambil berkas itu. "Kenapa tiba-tiba mengajukan pernikahan?"Rachel duduk di sofa seberang Hillen, lalu menatapnya dengan wajah serius. "Jadi ... memang tidak ada niatan untuk menikahiku ya? Kakak datang hanya untuk mendapatkan perhatian anak-anak?"Hillen menatapnya lalu menghela napas dan kembali menatap berkas yang merupakan kertas dengan tulisan manual milik Rachel. Disana ada beberapa syarat yang sudah ditulis Rachel secara langsung."Kalau Kakak hanya mau anak-anak, aku sudah katakan. Tunggu mereka sedikit lebih besar, agar bisa memutuskan apakah mereka mau ikut dengan Kakak atau tidak. Kalau hanya dari keinginan Kakak sendiri, seharusnya Kakak

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status