Suasana terasa membeku begitu Hillen dan Rachel bersitatap di dalam ruangan itu. Keduanya menatap wajah satu sama lain dengan tatapan kaget, bahkan tatapan Hillen yang terlihat menegang dan tangan mengepal erat. Dia masih tercengang karena melihat wajah kedua anak kembar yang sudah kembali merunduk ke dalam leher ibunya.
"Nona ... Anda ... Tuan ..." Vicky bahkan kehilangan kata-katanya melihat itu, tapi Hillen seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Ketiganya sempat membeku saat itu, tapi berbeda dengan Rachel, dia terlihat menunduk setelah tersadar, dipeluknya tubuh anaknya dengan erat lalu membungkuk."Maaf, Tuan. Silakan, anak saya sudah selesai menggunakan kamar mandi ini." Dengan sopan Rachel berkata, walaupun dia akhirnya mengutuk kebodohannya.Bagaimana bisa dia mengatakan kata-kata itu? Sebagai seorang pria yang cerdas, Hillen pasti bisa menemukan sebuah kejanggalan dan kebenaran dari ucapannya. Tetapi dia tidak bisa lama-lama di sini, dia harus segera pergi atau nanti akan bermasalah.Setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi dengan cepat meninggalkan kamar mandi ketika Hillen belum bereaksi. Sementara itu, Vicky mengerutkan dahinya bingung, tak tahu harus melakukan apa, karena majikannya juga diam saja di sana. Tak ada perintah dari majikannya, membuatnya takut melakukan sesuatu diluar perintah. Sementara itu, ketika dia menatap Hillen, wajahnya semakin mengeras dengan tangannya yang terkepal erat."Tuan ... Apa yang- eh, Tuan?!"Vicky dengan cepat mendekati Hillen yang tampak hampir tersungkur seraya memegang wastafel. Pria itu terlihat memegang kepalanya, dengan napasnya yang terasa sesak karena apa yang dilihatnya."Tuan ... Anda baik-baik saja? Apakah Anda tidak sehat?" tanya Vicky dengan panik membuat Hillen melepaskan tangan pria itu dari lengannya."Kenapa kau hanya diam saja disini?! Pergi! Kejar wanita itu!" teriaknya memberikan perintah membuat Vicky langsung mengangguk patuh.Dia langsung bergegas pergi meninggalkan kamar mandi, keluar dari sana dan melihat sekitar mall yang terlihat sangat ramai. Vicky menatap ke sana kemari, tak yakin bisa menemukan ke mana Rachel pergi, karena dia hanya ada di dalam kamar mandi dari tadi."Astaga, kenapa Nona Rachel melarikan diri seperti ini? Sikapnya juga sangat berbeda dari yang dulu. Kalau aku sampai tidak bisa menemukannya, aku bisa mati dicekik Tuan Muda," gumamnya lalu bergegas mengeluarkan ponselnya.Dia menghubungi anak buah keluarga Stepson dan langsung meminta agar mereka segera mencari keberadaan Rachel dan kedua anak yang di bawanya. Tidak sulit sama sekali meminta hal ini dan tidak perlu menjelaskan secara spesifik tentang siapa Rachel, karena rata-rata yang bekerja di kediaman keluarga Stepson mengenal Gadis itu sebagai cucu angkat Tuan Besar.Selama bertahun-tahun Rachel menjadi anak angkat dari keluarga itu, dia dikenal sebagai gadis yang baik jadi tentu saja mereka mengetahui tentangnya karena dia sopan dan ramah. Hanya saja tadi sikapnya berubah dan menjadi seseorang yang seperti tidak mengenal mereka, padahal wajahnya tak ada perubahan sama sekali.Mall seketika dipenuhi oleh pria-pria berbaju hitam, anak buah yang diperintahkan Vicky emang selalu mengikuti mereka untuk berjaga-jaga setiap kali mereka pergi. Tanpa perlu photo mereka mencari karena mereka sudah hapal luar kepala bagaimana wajah dan tubuh raja yang mereka ingat."Cari sampai ketemu! Tuan Muda yang memerintahkannya!"Sementara Vicky dan anak buahnya yang lain sibuk mencari, Hillen masih terdiam dengan wajah kakunya. Dia sungguh tidak menduga kalau gadis itu ada di sini dan bertemu dengannya. Sambil membawa dua orang anak gambar laki-laki yang orang bodoh juga tahu bagaimana raut wajah kedua anak itu sangat mirip dengannya."Rachel ... Bagaimana bisa kau bersikap seperti seseorang yang tidak pernah bertemu denganku? Kau sengaja menghindar lalu pergi begitu saja seperti tidak ada yang mau kau jelaskan." Hillen mengepalkan tangannya.Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang. Tak jadi menggunakan toilet itu, Hillen berjalan keluar dan melihat anak buahnya yang sudah ramai mengelilingi Mall dan mencari wanita yang membawa dua anak kembar tadi."Tuan ... Anda baik-baik saja?" Vicky yang melihat keadaan majikannya seperti tak baik-baik saja itu langsung memegang lengannya, sementara Hillen sudah menarik napasnya beberapa kali walaupun wajahnya terlihat kaku dan datar."Cari sampai wanita itu ditemukan, aku tidak peduli sampai ke manapun dia pergi. Jika sudah ditemukan bawa dia kehadapanku karena aku membutuhkan penjelasannya!""Baik, sebaiknya Anda kembali ke ruangan VIP dulu. Anda terlihat tidak baik-baik saja," ucapnya membuat Hillen memejamkan matanya.Ketika dia membukanya lagi, tatapan itu terlihat tajam dan belum berubah sama sekali. Vicky malah khawatir dengan tanggapan yang diberikan oleh Hillen, bagaimana Rachel tidak merasa takut dengan pria ini? Sikapnya terlalu datar dan dingin bahkan setelah pertemuan sekian lama, Rachel seorang gadis kecil yang tidak punya tameng, menghadapi Hillen tentu saja membuatnya harus berhati-hati.Berbeda dengan dulu, Rachel jauh lebih perhatian dan sesekali dia pernah memperhatikan Hillen. Hanya saja, tanggapan pria ini juga terlalu dingin untuknya, membuatnya berhenti. Daripada dia diamuk oleh Hillen, sebaiknya anak angkat sepertinya lebih menjaga batasan dan tidak melakukan hal-hal yang berlebihan."Rachel ..." Hillen menyandarkan kepalanya di sofa, seraya membuang napasnya yang terasa seperti bergumpal di dadanya. "Kau ... kau benar-benar luar biasa! Luar biasa karena pandai merahasiakan semuanya!"Memikirkan kemungkinan lain, bisa saja Rachel hanya perawat anak-anak itu, tapi bagaimana bisa? Dia yang mengatakannya sendiri kalau anak-anak itu adalah anaknya. Hillen tak mengerti kenapa Rachel harus pergi cepat-cepat dari hadapannya, seolah dia akan menghancurkan wanita itu saja."Tuan ..."Lamunan Hillen yang berantakan seketika buyar saat Vicky masuk ke dalam ruangan VIP itu."Bagaimana? Dia sudah ditemukan?!" tanya Hillen dengan tatapan tak sabar. "Kenapa tidak langsung membawanya padaku?""Maaf, Tuan. Nona Rachel berhasil lolos, dia melarikan diri bersama dengan dua anak itu dan juga seorang wanita paruh baya. Mereka terekam kamera CCTV di sekitar area Mall tapi kemudian CCTV toko lain tidak bisa menampilkan keberadaan mereka setelah meninggalkan area mall. Sepertinya itu terjadi karena mereka mencari jalan tikus makanya tidak ditemukan lagi keberadaannya. Saat ini mereka hilang, anak buah masih menelusuri jejaknya."Hillen menghentakkan gelas ditangannya karena kabar buruk itu. Dia semakin mengeraskan rahangnya, merasa kesal dan kebingungan dengan sikap Rachel yang malah melarikan diri. Bukannya memberikan penjelasan, kenapa wanita itu malah pergi begitu saja?"Tuan ... kita tahu rumahnya, kenapa tidak mencoba untuk mendatangi kesana?"Hillen meremas gelas ditangannya lalu diam sesaat. "Kau ... kau benar-benar merasa yakin setelah apa yang kita lihat? Dia adalah seorang wanita yang kita cari selama ini? Wanita yang sudah menghabiskan malam denganku hari itu?" tanyanya seakan ragu sejenak, membuat Vicky terdiam beberapa saat."Wajah anak-anaknya yang kembar itu tidak bisa menipu kita, Tuan. Mereka terlalu mirip dengan Anda dan mustahil kalau itu hanyalah kebetulan," ucapnya membuat Hillen mengetatkan rahangnya. "Tetapi kenapa sikap Nona Rachel begitu asing? Dia seperti tidak mengenali kita padahal harusnya dia tahu kalau ini adalah pertemuan pertama setelah bertahun-tahun. Kalau tidak ada yang disembunyikan, bagaimana bisa dia bersikap seperti itu?"Nona Rachel yang saya kenal selama ini adalah sosok gadis yang ramah dan sopan. Dia menghormati Anda sebagai kakaknya walau Anda tidak pernah mau mengakui kalau dia adalah adik angkat Anda secara terang-terangan. Tetapi apa yang dilakukannya hari ini berbeda dengan yang biasanya dia lakukan. Saya tahu kalau dari sikap dan caranya menghindar, dia sedang menyelamatkan sesuatu dan itu adalah dirinya serta anak-anak yang ada di dalam gendongannya tadi," beber Vicky, memberikan jawabannya sesuai analisanya sendiri.Hillen terdiam dengan wajahnya yang jauh lebih tenang. "Hasil malam itu ... dia melahirkan dua anak kembarku?" gumamnya membuat Vicky menunduk."Terlalu sedikit orang kembar atau mirip di dunia ini, Tuan. Bagaimana bisa semuanya terjadi sangat kebetulan? Lima tahun lalu Nona Rachel pergi setelah Anda mengalami tragedi mabuk dan meniduri seorang wanita yang tak kita ketahui siapa, lalu saat ini kita bertemu dengannya dan dia sedang membawa dua orang anak kembar yang wajahnya mirip dengan Anda? Walau bagaimanapun, tidak ada yang namanya kebetulan sebagus ini."Itu ... pasti anak-anak Anda. Tanpa perlu cek DNA saya yakin sekali anak-anak itu punya hubungan dengan Anda, Tuan. Karena sejauh yang saya selidiki dan perhatikan, saya tidak pernah melihat Nona Rachel dekat dengan pria manapun apalagi sampai menikah. Dan lagi, dengan kasih sayang Tuan Besar, mustahil kalau Nona Rachel menikah dan tidak mengabari kita. Tuan Besar pasti akan datang melihat pestanya dan itu bukan sebuah hal yang bisa dibantah."Vicky berkata benar, Hillen yakin kakeknya pasti akan datang jika benar Rachel menikah, makanya punya anak sekarang ini. Namun, nyatanya tidak pernah ada kabar kalau Rachel menikah dan itu menunjukkan kejanggalan yang lebih besar.Hillen menyandarkan tubuh tegapnya di punggung sofa sebelum berkata pelan. "Jangan langsung menyerbu rumahnya, perhatikan dulu. Jangan sampai mereka tertekan atau dia akan kembali melarikan diri.""Pergilah, bawa masuk pakaian yang sudah Mommy belikan pada kalian. Sekarang pergi ke kamar, jangan keluar kecuali Mommy panggil, oke?"Raysan dan Raysen mengangguk sebelum akhirnya membawa paper bag berisi pakaian mereka, masuk ke dalam kamar dengan bahagia dan antusias. Rachel merasa senang karena anak-anaknya tidak ada bertanya sama sekali kenapa dia harus melakukan itu. Sementara setelahnya, Rachel langsung duduk di sofa dan diam dengan wajahnya yang kaku. Bibi Vee tahu pasti ada sesuatu yang sudah terjadi makanya tadi Rachel sengaja mengajak mereka pulang lebih cepat dan bahkan berlari-lari menggunakan jalan tikus sampai hampir tersesat.Dia pergi ke dapur lalu membuat teh sebelum membawanya ke depan dan duduk di hadapan Rachel yang sedang berusaha menghilangkan kekhawatiran di wajahnya. "Nona ... apakah ada sesuatu yang baru terjadi? Kenapa Anda seperti mengalami sesuatu yang berat dan mengkhawatirkan?" tanyanya sopan membuat Rachel menggeleng.Selama beberapa tahun ini Rachel
Rachel belum berani menuju ke arah pintu mendengar suara ketukan itu. Dia takut itu adalah Hillen, bagaimana dia akan menyembunyikan diri? Bagaimana dia akan menyembunyikan anak-anaknya? Hillen Stepson adalah pria yang kejam, dia sudah pasti akan tiba di sini dan melakukan semuanya, mungkin untuk membalaskan rasa kesal atau tidak sukanya karena Rachel diam-diam sudah berani melahirkan anaknya. Pertemuan mereka saat di mall tadi pasti membuat Hillen curiga dengan anak-anak yang di bawanya, bukan? Hillen adalah seorang pria cerdas dan segala macam pemikirannya pasti sudah sampai di tahap, anak-anak kembar itu pastilah anaknya."Mommy ..."Pintu kamarnya terbuka dan menampilkan putra sulungnya, Raysan, yang berjalan ke arahnya dengan wajah heran karena melihat ibunya yang sedang duduk melamun di atas ranjang."Ada apa, Raysan? Dimana adikmu?" tanya Rachel, berusaha untuk tetap baik-baik saja karena ada anaknya di sini.Raysan naik ke atas tempat tidur ibunya, lalu menatap wajah ibunya i
"Nona, saya sudah mengetuk pintunya dari tadi. Kenapa Nona tidak juga membukanya? Saya panik sekali kalau Nona ternyata tidak menerima saya lagi." Rachel membuang napasnya panjang ketika melihat kalau yang ada di balik pintu adalah Bibi Vee. Suara pintu yang terus diketuk membuatnya memberanikan diri untuk membukanya, dia sudah bersiap dengan apa yang akan dia lihat dan siapa yang akan dia hadapi, tapi ternyata yang datang adalah Bibi Vee dan itu cukup membuatnya lega."Maaf, masuklah, Bi. Sebaiknya mulai sekarang kita jangan terlalu sering keluar, mereka bisa melihat pergerakan kita dan itu bisa membuat mereka curiga." Rachel berkata seraya menarik tangan Bibi Vee masuk dan kembali menutup pintu rumahnya.Bibi Vee tahu kalau Rachel sedang dalam keadaan takut saat ini, bahkan bisa dikatakan ini adalah ketakutan terbesar yang dialami Rachel yang pernah dia lihat selama mereka tinggal bersama. Bibi Vee tak tahu apa sebabnya, tapi dia juga tak mau mencari tahu sebab itu adalah hal yang
Rachel membeku melihat siapa yang ada dihadapannya, dia kaget karena tak menduga kalau yang ada di hadapannya adalah pria yang sudah membuatnya kehilangan kesuciannya lima tahun lalu.Rachel sungguh tidak menduga kalau tamu VIP yang dikatakan oleh majikannya adalah dia. Rachel mengira kalau mungkin orang lain, karena memang biasanya toko roti mereka membuka layanan seperti ini. Beberapa tahun terakhir, ada banyak sekali kejadian bunuh diri di negara ini makanya pemilik toko berinisiatif untuk menyediakan jasa curhat jika seandainya ada yang ingin menyampaikan isi hatinya. Rachel juga beberapa kali mendapatkan job yang sama, hanya saja karena ada karyawan khusus yang akan mengurus itu, dia jarang berada di depan sini untuk melayani pelanggan sebab tugasnya ada di bagian dapur."Rachel Gracilia," ucap Hillen seraya menatapnya dalam. "Kemari."Rachel tak mau menggerakkan kakinya dan hanya diam saja di sana seperti tak mendengar apa-apa. Dia tidak menduga kalau pria ini yang ada di dalam
Rachel merasa lega karena Hillen tak mengganggunya lagi setelah dia meninggalkan pria itu di ruangannya tadi. Hingga sampai semua pekerjaannya selesai dan dia pulang ke flat yang kini sudah menjadi rumahnya, semuanya berjalan lancar seperti tak ada yang terjadi.Rachel merasa lega, tapi kemudian kelegaannya hilang ketika dia melihat seorang pria yang lumayan dikenalinnya sedang turun dari mobil yang berhenti di halaman flatnya tinggal."Nona Rachel, saya diperintahkan untuk mengantarkan bahan-bahan makanan dan kebutuhan ini oleh Tuan Besar. Beliau mengatakan sangat merindukan Nona, hanya saja kesehatannya menurun makanya beliau tidak bisa datang."Rachel kehilangan kata-kata karena pria itu menggunakan nama Tuan Besar Stepson dihadapannya, yang dimana itu adalah kakek angkatnya dan pria yang paling menyayanginya setelah kedua orangtuanya meninggal. Namun, bukankah pria ini adalah asistennya Hillen? Sejak kapan kakeknya kekurangan asisten hingga meminta asisten pria itu untuk mengantar
Rachel terdiam menatapi bahan-bahan makanan yang ada di hadapannya saat ini. Bahan-bahan makanan dan keperluan yang dikatakan Vicky dikirimkan oleh kakeknya dan Rachel merasa itu seperti tidak masuk akal. Kakeknya sendiri saja sudah membiarkannya hidup mandiri, dia juga hanya cucu angkat, lantas kenapa harus mengirimkan bahan-bahan makanan dan keperluan ini lagi? "Percuma saja aku pergi dan tinggal disini, dia tetap tahu dimana aku berada." Rachel tak tahu kenapa Hillen harus melakukan ini. Dia tak mengerti bagaimana dan apa yang bisa dia lakukan, Hillen jauh dari jangkauannya dan sikapnya juga tak sama seperti yang Rachel harapkan."Apakah aku harus serahkan anak-anak baru kemudian dia akan berhenti? Namun, apakah dia akan menjaga anak-anak dengan baik?"Rachel menggeleng tak yakin. Hillen saja biasa di urus pelayan, biasa diperlakukan layaknya Pangeran. Bagaimana bisa pria seperti itu menjadi ayah dua anak yang sedang aktif-aktifnya?"Tiga Minggu lagi aku akan lulus dan wisuda, se
Hillen terdiam menatap wajah kedua anak kembar yang masing-masing memegang botol susu ditangan mereka itu. Wajah-wajah mereka sangat mirip dengannya, membuatnya menarik napas perlahan dan menatap wajah Bibi Vee."Rachel pernah menikah? Sudah berapa lama Anda bersamanya?"Bibi Vee diam sesaat sebelum akhirnya dia menunduk. "Selama saya melihatnya dia belum pernah dekat dengan pria manapun dan kalau ada yang ingin mendekatinya juga Nona Rachel selalu menolak. Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" tanyanya membuat Hillen menatap anak-anak itu lagi.Mereka sudah agak menjauh, bicara satu sama lain dan bahkan tak mempedulikan kehadirannya. Jika tadi mereka mendekati Bibi Vee karena sengaja, mereka terlihat khawatir dengan kedatangan orang baru. Sementara itu, sekarang mereka sudah tidak begitu peduli karena Bibi Vee juga ada di sana dan bicara dengannya."Bagaimana hadirnya anak-anak ini kalau dia tidak pernah menikah? Apakah ada kesalahan dalam hal ini?" tanya Hillen, membuat Bibi Vee mengge
Rachel terduduk sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia kelelahan setelah bekerja hari ini dan setelah selesai pun dia masih harus berjalan pulang karena sudah tidak ada lagi bus yang akan mengantarnya sesuai rute.Biasanya bus akan menuju ke jalur universitas dari pagi hingga sore, tapi dia baru pulang bekerja malam ini makanya sekarang dia harus berjalan kaki. Mau memesan taksi biasanya tarif malam-malam begini mahal, dia tidak mau membuang-buang uang hanya karena jarak yang kurang lebih dua kilometer."Setelah gajian nanti, kebetulan dengan aku wisuda. Aku harus mencari pekerjaan baru dan rumah baru yang ada di kota. Membawa anak-anak pergi dan semoga tidak bertemu dengannya."Ucapan itu baru selesai dia katakan ketika sebuah mobil berhenti di sisi kanannya. Rachel menoleh sebentar, lalu kemudian mengerutkan dahinya ketika melihat siapa yang keluar. "Baru pulang bekerja?"Pertanyaan yang cukup basa-basi. Rachel tidak tahu sebenarnya pria ini sedang apa, kenapa seperti tid