แชร์

Pertemuan Di Toilet Mall

ผู้เขียน: Ainin
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-07 01:02:09

"Mommy sudah pulang!"

"Yeay! Mommy benar-benar pulang sangat cepat! Apakah kita jadi pergi ke mall? Mommy mengatakan kita akan membeli pakaian untuk tahun baru, apakah jadi perginya, Mommy?"

Raysan dan Raysen menyerbunya dan mengikutinya masuk ke dalam rumah setelah dia pulang bekerja. Kedua Putra kembarnya yang tampan dan mewarisi gen ayahnya itu terlihat begitu antusias berceloteh. Membuat Rachel melepaskan tas yang disandangnya lalu berjongkok dan mendapatkan ciuman di masing-masing pipinya dari dua putranya itu.

"Tentu saja jadi! Mommy sudah berjanji jadi tidak mungkin Mommy akan mengingkarinya. Kita akan pergi ke mall untuk membeli pakaian dan ini adalah pertama kalinya untuk Raysan dan Raysen, bukan?" ujarnya lembut membuat kedua pria kecil berwajah kembar itu mengangguk-angguk.

"Ini pertama kalinya, Mom! Raysen benar-benar tidak sabar dan ingin segera datang ke sana. Selama ini kami hanya di rumah dan kalaupun bermain hanya di halaman rumah bersama dengan Nenek. Karena Nenek mengatakan kalau di luar rumah banyak kuman dan juga orang-orang jahat jadi kami hanya boleh bermain di halaman. Ini pertama kalinya Mommy akan membawa kami membeli pakaian. Ayo Mommy, kita harus segera bersiap karena Raysen sangat tidak sabar!" ujar putra bungsunya itu antusias.

"Nanti, Raysen! Apakah kau tidak melihat Mommy merasa lelah setelah pulang bekerja? Setidaknya Mommy istirahat dan mandi lebih dulu, kau langsung mengajak Mommy pergi apakah benar-benar tidak menyayangi Mommy makanya melakukan itu?"

Raysen menatap wajah kakaknya itu lalu mengerutkan dahinya. "Kenapa kau sangat sok tahu? Mommy saja tidak ada mengatakan kalau dia lelah. Aku tidak pernah datang ke mall dan aku penasaran dengan keadaan di sana, jadi aku tidak sabar, apakah salah?"

"Tidak salah," ucap Raysan dengan wajah seriusnya. "Tetapi kau jangan mengajak Mommy langsung pergi keluar saat ini juga. Bukannya bertanya apakah Mommy sudah makan atau belum, kau malah langsung mengajak Mommy. Bagaimana kalau Mommy sakit?"

Raysen terdiam dan menatap wajah ibunya dengan tatapan mata yang mulai berubah. "Maaf, Mommy. Raysen tidak termasuk untuk membuat Mommy semakin lelah. Raysen hanya tidak sabar," ucapnya membuat Rachel terkekeh.

Dia mengusap kepala Raysan dan Raysen dengan lembut, sebelum akhirnya berkata. "Kita akan pergi dan Mommy tidak lelah kok, karena Mommy hanya bekerja dari pagi sampai siang. Tetapi, ini masih sangat siang dan terlalu panas kalau kita keluar sekarang. Jadi ayo tunggu agak redup sedikit cahaya mataharinya. Mall ada di pusat kota, terlalu jauh walaupun kita menggunakan taksi. Jadi sebaiknya kita tunggu dulu sampai agak sore baru nanti kita pergi ke sana, oke?" ujarnya dengan lembut membuat kedua anaknya mengangguk.

"Okey, Mommy! Kalau begitu, Mommy mandi saja. Kami juga akan mencari Nenek untuk mandi!"

Rachel tersenyum dan mengangguk. "Pergilah."

Raysan menatap wajah ibunya sementara Raysen sudah berlarian ke belakang. Rachel tersenyum padanya, membuatnya tahu kalau ibunya memang tidak lelah karena dia tidak melihat raut wajah kusut di sana. Hal yang membuat Raysan tersenyum dan berlari juga ke belakang mengikuti saudara kembarnya.

"Bagaimana bisa Raysan yang masih berusia hampir lima tahunan bersikap sedewasa itu? Siapa yang sudah mengajarinya? Ini sudah beberapa kali aku melihatnya, sejak dia mulai pandai bicara," gumamnya seraya menghela napas dan tersenyum.

Dia tahu kalau watak setiap anak itu berbeda walaupun mereka kembar identik. Tak mau memikirkannya, Rachel tidak ingin membatasi ruang pikir dan ruang gerak anaknya, makanya dia tidak terlalu banyak mengomentari atau memarahi mereka setiap kali melakukan sesuatu. Itu wajar mereka lakukan, terlebih lagi ini di masa-masa pertumbuhan jadi dia harus lebih membiarkan mereka bereksplorasi sesuka hati.

Masuk ke kamarnya, Rachel bergegas mandi. Setelah makan siang dan istirahat sebentar, dia akan mengajak anak-anaknya pergi ke mall dan semoga saja nanti tidak ada orang yang kenal dengannya.

***

"Mommy! Ini luas sekali! Tempatnya sangat bagus," ucap Raysen dengan wajahnya terlihat sangat antusias meskipun menggunakan masker spider-man.

"Benar, ini sangat bagus! Nenek selama ini hanya pernah melihatnya di televisi." Bibi Vee terkekeh mengatakannya membuat Rachel tersenyum.

"Ayo kita ke toko pakaian untuk anak-anak, Mommy mau memberikan kalian pakaian kembar supaya bertambah tampan."

"Ayo! Kita pergi kesana!"

Raysen langsung menyambar tangan ibunya, membawanya berjalan dengan penuh semangat. Keluarga bahagia tanpa Ayah itu terlihat mengelilingi beberapa kali mall untuk mencari pakaian yang mereka mau. Rachel beberapa kali menyerukan nama anak-anaknya yang berlarian dengan sangat antusias, khawatir anak-anaknya itu malah akan menabrak orang-orang yang berlalu lalang.

"Mommy ..."

Rachel yang sedang membayar terlihat menunduk menatap wajah putranya. "Kenapa, Raysan?"

"Temani aku ke kamar mandi, rasanya aku tidak nyaman dan ingin buang air kecil."

Rachel tersenyum dan mengangguk, dia memberikan belanjaan mereka pada Bibi Vee, memintanya untuk menggantikan mengantri sementara Rachel sendiri membawa kedua anaknya keluar dari toko itu dan mencari toilet umum.

Karena anaknya laki-laki, Rachel terpaksa harus masuk ke toilet khusus laki-laki. Sementara dia menunggu kedua anaknya selesai, dia melepaskan masker dan membasuh wajahnya di wastafel. Rasanya cukup melelahkan membawa kedua anaknya yang sangat aktif ke tempat umum seperti ini, dia berkeringat walaupun dia merasa senang karena anak-anaknya senang.

Setelah sekian lama dia selalu berusaha untuk menyembunyikan pergerakan yang ada di dalam rumah dan meminta agar Bibi Vee tidak begitu menonjolkan keadaan rumah karena khawatir ada orang-orang dari keluarga Stepson yang memperhatikan, baru sekaranglah Rachel bisa lebih leluasa setelah mengantisipasi banyak hal dan menggunakan masker agar tidak dikenali.

"Mommy, Raysan sudah selesai."

"Raysen juga, Mommy!"

Rachel menoleh lalu tersenyum. "Mommy datang!"

Dia bergerak, melupakan maskernya yang dia letakkan di sisi wastafel. Dia sedang membantu anak-anaknya membasuh bekas buang air kecil mereka itu, ketika mendengar suara pintu terbuka dan dua orang pria masuk ke sana.

"Menjijikkan! Seharusnya dia sudah datang lebih dulu dibandingkan aku. Dia seharusnya tahu kalau aku tidak membutuhkannya disini, dia yang membutuhkanku."

Salah seorang dari pria itu dengan suaranya yang berat dan terdengar marah hingga membuat Raysan dan Raysen memanggil Rachel dengan suara pelan dan memeluk ibu mereka itu karena takut sebab ini untuk pertama kalinya bagi mereka mendengar suara marah seorang pria.

"Maaf, Tuan, saya akan urus-"

"Tidak perlu, putuskan saja hubungan kontrak dengannya! Katakan padanya, jangan mencari aku lagi!"

"Baik."

Setelahnya, pria itu menyipitkan matanya melihat seorang wanita menggendong dua anak laki-laki kecil yang menyembunyikan wajah mereka ke leher ibunya itu.

"Tidak apa-apa, kita pergi sekarang, okay?" ucap Rachel dengan lembut sambil berbalik.

Dia sudah akan melanjutkan langkahnya tapi terhenti ketika matanya menangkap wajah seorang pria yang menatapnya datar. Namun sesaat, pria itu membulatkan matanya dengan tatapan kaget saat melihatnya, hingga membuat Rachel dengan reflek menunduk dan jantungnya perlahan berdebar kaget melihat pria itu ada di hadapannya dengan Vicky, asistennya, yang juga sama terkejutnya dengan wajah pria itu.

"Nona Rachel?! Anda-" Vicky menggantung kalimatnya, wajahnya begitu kaget, terlebih lagi ketika kedua anak yang digendong oleh Rachel itu sama-sama menoleh ke belakang dan melihat mereka. "I-ini ... Tuan ..."

Vicky menatap wajah Hillen yang tampak semakin mematung di tempatnya. Anak-anak itu ... kenapa sangat mirip dengannya?

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Penjelasan Dari Vicky

    Seharian itu Rachel habiskan di dalam kantor dan dia tidak melakukan apa-apa selain bekerja sampai akhirnya rasa lelah menggerogoti. Namun, meski dia merasa lelah saat ini tapi ada rasa senang di hatinya karena tak perlu merepotkan orang lain kelak. Dia juga punya pegangan karena bekerja di perusahaan dan dia tidak akan menjadi gelandangan meski nanti harus luntang-lantung kemana-mana. Saat sedang berhenti dan menunggu taksinya datang, dia melamun sendirian di depan perusahaan sebelum akhirnya dia menghela napas berat. "Entah bagaimana kedepannya akan terjadi, aku tidak tahu. Yang pasti aku masih berdiri tegak dan masih hidup," gumamnya seraya menatap sekitar. Namun, baru saja dia akan menenangkan diri, sebuah mobil mewah berhenti di depannya membuat Rachel mengerutkan dahinya dan menatap siapa yang datang. Rekan bisnisnya yang lainnya tampak berbisik-bisik heboh melihat mobil itu, sampai akhirnya pintu mobil itu terbuka dan Vicky terlihat berjalan sebelum menunduk sopan padanya.

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Rachel Yang Masin Sama

    Rachel menyentuh dahinya dengan wajah yang masih diam saja di kamarnya. Dia teringat dengan apa yang dilakukan Hillen tadi makanya saat ini dia merasa seperti kehilangan kemampuan untuk menyembunyikan sedikit saja perasaan aneh di dadanya. Dia belum keluar sejak tadi, masih memakai seragam kerjanya. Tetapi sekarang dia masih mempersiapkan mentalnya untuk bertemu dengan anak-anaknya dan Hillen. "Non ..." Rachel menoleh sambil memasukkan notebook, dia menemukan Bibi Vee tengah bergerak masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa, Bi?" "Sudah siap? Tuan dan anak-anak sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama." Rachel menghela napasnya. "Bibi turun saja dulu, bilang supaya mereka mau sarapan lebih dulu dan tidak usah menungguku. Aku akan turun setelah menyelesaikan apa saja yang kubutuhkan," ucapnya membuat Bibi Vee menatapnya. "Bibi melihat Nona berubah akhir-akhir ini, ada masalah apa?" Rachel menggeleng, lalu tersenyum menatap Bibi Vee tanpa ada niatan menjelaskan apa yang dia rasakan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Sambutan Pagi

    Rachel membuka mata dan mengusap wajahnya perlahan. Dia membuka matanya ketika mendengar suara alarm, tidurnya benar-benar lelap saat ini dan itu cukup membuat yang rasa lebih baik sebelum akhirnya bangkit duduk. Sudah tidak ada suara anak-anaknya yang membangunkan setiap hari, Rachel sebenarnya merasa rindu tapi kalau mereka juga tak mau menemuinya itu juga bukan sebuah hal yang harus dia pikirkan lagi. Mungkin dia memang benar-benar belum dewasa tapi dia tidak mau mendapatkan penolakan dari anak-anaknya masih kecil. Itu hanya akan melukai hatinya yang sudah merawat mereka dengan sepenuh hati. "Mungkin setelah menikah nanti dan mereka semakin tidak mau denganku, aku akan memutuskan untuk berpisah. Aku lelah kalau harus menjalani hidup dalam permainan, masih banyak hal yang bisa aku gapai dan aku bisa melakukan semua itu dengan leluasa." Bangkit dari duduknya, Rachel menuju kamar mandi dan langsung membersihkan diri karena dia harus bekerja hari ini. Dia masih memiliki pekerjaan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Gerbang Kebahagiaan

    Rachel tiba di rumah dan tidak ada anak-anak, biasanya kedua anak kembar itu akan selalu menyambutnya kalau dia pulang, tapi saat ini bahkan tak ada anak-anak yang menyambutnya, tidak ada lagi mereka yang datang dan mengerumuninya. "Bibi ..." Tidak ada sahutan, Rachel hanya bisa duduk di sofa dan memegang kepalanya yang sakit. Tidak ada tanda-tanda ada orang di rumah dan itu membuatnya tahu kalau mereka mungkin pergi entah ke mana. Mungkin bersama dengan ayah mereka atau mereka jalan-jalan ke mana. Di rumah itu dia diam sendirian, seolah bisa melihat bayangan ketika dia dulu dengan susah payah menerima kenyataan kalau dia hamil, mengandungnya dengan hampir gila, melahirkannya dengan bertaruh nyawa, membesarkannya dengan bekerja sambil kuliah. Susah payah dia melakukan semua itu tapi saat anaknya mendapatkan ayah, dia bahkan terlupakan begitu saja. Sekarang dia tidak tahu bagaimana harus bersikap, air matanya menetes begitu saja. Rachel menangis sendirian tanpa mampu menahan keses

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Kembali Berpikir

    Hari itu Hillen tidak pulang, dia tetap berada di rumah Rachel dan entah menunggu apa. Raysan dan Raysen sudah bermain lagi dengannya setelah sarapan, sementara Rachel sedang bersiap karena dia akan pergi bekerja. "Ra ... bisa kamu datang ke rumah nanti malam? Biar bagaimanapun, Kakek juga harus tahu tentang rencana pernikahan kita." Rachel menarik napasnya lalu menatap wajah Hillen. "Aku sudah keluar dari keluarga Kakak," balasnya tanpa ekspresi berlebihan. "Kalau Kakak mau mengatakan pada Kakek, Kakak bisa katakan sendiri. Sekaligus minta pendapatnya, aku yakin Kakek tidak akan setuju kalau Kakak menikahiku." "Kenapa?" "Tidak usah bertanya hal yang sudah jelas, seharusnya Kakak juga lebih tahu dariku." Hillen terdiam menatap wajah Rachel untuk sesaat. "Kalau kakek saja bisa menjadikanmu sebagai cucunya itu berarti kamu layak. Kakek bukan seseorang yang suka bermain-main, dia juga selalu serius dalam urusan apapun. Kakek menerimamu sebagai cucunya itu menunjukkan kalau kau

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Setuju Menikah

    Hillen mengerutkan dahinya mendengar itu. Tatapannya tampak heran karena Rachel tiba-tiba mengajukan syarat seperti itu. Selama beberapa hari ini, Hillen berusaha untuk membuka hatinya walau dia tahu kalau masih belum seberapa. Hanya saja kenapa sekarang dia malah mengajukan hal seperti ini?"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya mengambil berkas itu. "Kenapa tiba-tiba mengajukan pernikahan?"Rachel duduk di sofa seberang Hillen, lalu menatapnya dengan wajah serius. "Jadi ... memang tidak ada niatan untuk menikahiku ya? Kakak datang hanya untuk mendapatkan perhatian anak-anak?"Hillen menatapnya lalu menghela napas dan kembali menatap berkas yang merupakan kertas dengan tulisan manual milik Rachel. Disana ada beberapa syarat yang sudah ditulis Rachel secara langsung."Kalau Kakak hanya mau anak-anak, aku sudah katakan. Tunggu mereka sedikit lebih besar, agar bisa memutuskan apakah mereka mau ikut dengan Kakak atau tidak. Kalau hanya dari keinginan Kakak sendiri, seharusnya Kakak

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status