Share

5. Kau Pikir Bisa Pergi Begitu Saja?

Frank menatap Kara lekat-lekat. Sudut bibirnya berkedut kecil. “Jadi menurutmu, aku ini kasar dan sombong?”

Sebelum gadis itu sempat menjawab, ia mendengus dan menepis telunjuk lentik yang tergantung di ujung hidungnya.

“Memangnya kau ini siapa? Berani-beraninya memberiku penilaian. Kau tidak punya rasa malu dan tata krama, heh?!”

“Maaf, Tuan Harper.” Vivian menarik Kara mundur. “Nona Martin baru saja menandatangani kontrak dan ini hari pertama dia mengunjungi perusahaan. Dia sama sekali belum mendapat pelatihan ataupun membaca buku panduan.”

“Itu bukan alasan untuk dia boleh bersikap tidak sopan kepadaku,” bantah Frank dengan suara dingin. Sedetik kemudian, kakinya melangkah maju.

Sambil menyempal tangan ke dalam saku, Frank membungkuk hingga matanya sejajar dengan Kara. Ia sudah siap untuk membentak. Namun, begitu hidungnya menangkap aroma citrus yang familiar, ia mematung.

“Aroma ini? Apakah dia gadis itu? Karena itukah dia berani denganku? Kalau diingat-ingat, dia memang agak mirip. Tapi, warna matanya berbeda. Apakah mungkin dia sengaja menutupinya agar tidak ketahuan?”

 Tatapan Frank pun menyipit. Semakin fokus ia mengamati mata Kara, semakin dekat jarak mereka. Ia bahkan bisa mendengar desah napas gadis itu—kecil dan menggelitik telinga—persis seperti pada malam itu.

Menyadari  tujuan sang CEO, Kara pun mengerjap. Sebelum contact lens-nya terlihat, ia mendorong pundak Frank dengan sekuat tenaga.

“Kau menuduhku tidak sopan dan tidak bermoral, tapi lihatlah! Kau yang lebih dulu melewati batas. Nyonya Bell, maaf. Saya ingin membatalkan kontrak. Saya tidak mau bekerja dengan orang yang semena-mena dan tidak bisa menghargai orang lain.”

Vivian spontan menghela napas. Kara dan Frank baru bertemu beberapa menit, tetapi mengapa mereka sudah seperti anjing dan kucing yang bermusuhan selama berabad-abad?

Sementara itu, Frank mulai menggeleng samar. Matanya menyipit mengamati Kara. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" 

Kara terdiam. Ia sungguh tidak menduga bahwa kecurigaan si Setan Cabul bisa bangkit secepat itu. 

"Tidak," jawabnya setegas mungkin. Akan tetapi, sorot mata Frank malah semakin runcing.

"Lalu mengapa kau seperti menyimpan dendam puluhan tahun terhadapku? Apakah aku pernah melindas kakimu dengan supercar-ku? Atau, sekretaris lain sengaja mengirimmu untuk memancing emosiku?"

Tangan Kara mengepal lebih erat. Ia baru sadar bahwa dirinya sudah gegabah. Ia harus lebih berhati-hati kalau mau meloloskan diri dengan selamat. 

"Tidak. Saya hanya kecewa karena CEO Savior Group ternyata berkepribadian seperti Anda. Kita tidak akan bisa cocok, apalagi bekerja sama. Karena itu, saya mengundurkan diri."

"Kau pikir ada yang salah dengan kepribadianku ini?" 

Sudut bibir Frank kembali berkedut. Sambil mendesah jengkel, ia melonggarkan kerah baju. Gadis di hadapannya itu ternyata mahir membuatnya gerah. 

"Asal kau tahu, dengan kepribadianku ini, Savior Group berhasil mengembangkan usaha hingga ke delapan bidang, memenangkan berbagai penghargaan bergengsi, dan menjadi perusahaan paling berpengaruh di dunia. Hampir semua penghargaan CEO terbaik jatuh ke tanganku. Apakah menurutmu aku bisa meraih semua itu dengan kepribadian lembek sepertimu?"

Kara menahan napas. Matanya bergetar menahan jijik dan kesal.

Frank Harper memang hebat dalam dunia bisnis, tetapi dalam urusan moral ... nol besar! Ia telah menelantarkan dua orang anak dan seorang wanita. 

"Kalau Anda merasa sudah sempurna, itu hak Anda. Tapi maaf. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatur opini saya. Dan maaf jika saya terlalu cepat menandatangani kontrak. Lain kali, akan saya pastikan untuk tidak menampakkan muka di hadapan Anda lagi."

Masih dengan mata berlapiskan kaca, Kara menoleh ke arah Vivian. "Nyonya Bell, maaf telah mengecewakan Anda, tapi saya mengundurkan diri demi kebaikan perusahaan. Permisi."

Tepat ketika Kara hendak melangkah, Frank menghadang jalannya. Ekspresi pria itu kini sulit diartikan. Ia meringis, tetapi tawa sinis lolos dari celah bibirnya. 

"Kau pikir bisa pergi begitu saja?" 

Sedetik kemudian, Frank berbicara kepada pria yang berdiri dua langkah di belakangnya. "Jeremy, apakah ketentuan baru sudah disahkan?"

"Sudah, Tuan."

Mata Vivian mendadak melebar. "Ketentuan apa?"

"Bukan Anda saja yang bosan menghafal nama sekretaris baru setiap bulan, Nyonya, tapi saya juga. Karena itu, saya menetapkan aturan baru."

Sambil memasukkan tangan ke dalam saku, Frank mulai berjalan mengelilingi Kara.

"Pertama, tidak ada karyawan yang boleh mengundurkan diri sebelum mengabdi selama tiga bulan di perusahaan ini."

Alis Kara melengkung tinggi. Namun, sebisa mungkin, ia mengendalikan ekspresi. Ia tidak boleh terlihat goyah.

"Kedua, jika karyawan tersebut betul-betul ingin pergi, bisa saja ... tapi dia harus membayar denda."

"Berapa dendanya?" tanya Kara lantang. Ia kini menoleh ke samping karena Frank berhenti tepat di sisi kirinya. 

Tiba-tiba, Frank memasang senyum miring yang menawan. Selang satu kedipan lambat, ia kembali membungkuk, menempatkan bibir di dekat telinga Kara. 

"Sebesar tiga kali kompensasi tahunan yang ditawarkan kepadanya."

Kara terkesiap. Padahal, ia sudah berusaha untuk mengendalikan keterkejutan, tetapi angka tersebut terlalu besar. Dari mana ia bisa mendapat uang sebanyak itu?

"Frank Harper!" hardik Vivian tanpa terduga. "Berhentilah menyulitkan sekretarismu!"

"Dia bukan sekretarisku lagi, Bibi. Dia baru saja mengundurkan diri. Sekarang, dia harus membayar 3,6 Milyar kepada Savior Group. Bukankah itu menguntungkan?"

Melihat wajah Kara memucat, Frank tersenyum puas. "Jadi, kapan Anda mentransfernya ..., Nona?"

"Kalau kau tidak cocok dengan Nona Martin, biarkan saja dia pergi. Kenapa malah menjeratnya begini? Kita bisa mencari sekretaris lain."

Sambil terpejam, Frank mengangkat sebelah tangan di udara. Begitu Vivian bungkam, ia melipat jari hingga hanya tersisa telunjuk yang teracung.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ririn Khalimi
sadis bangef si frank
goodnovel comment avatar
Musniwati Elikibasmahulette
ayah dan ibu si kembar ,bertengkar ...
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kaya Frank sdh tau siapa Kara sebenar nya .fia memang mencari Kara sdh lama tapu g ketemu2 dh sekarang kesempatan dia ps menjadi sekretaris nya .puncuk d cinta ulam pun tiba ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status