Share

Bab 4

Author: Satama
last update Huling Na-update: 2021-08-21 00:17:23

 Doni Hermawan adalah seorang yang sangat ahli dalam membunuh orang dengan pisau. Dia adalah pria bertubuh kekar dengan mata gelap dan tatapannya menggambarkan seorang yang kejam, tetapi hari ini dia berusaha bersikap sopan dan ramah. Ada permintaan penting yang ingin dia ajukan, itulah sebabnya dia meminta pertemuan dengan Freddy Kurniawan ini.

 “Ketua Freddy," dia tersenyum hangat. “Saya ingin meminta bantuan Anda. Saya membutuhkan uang untuk membantu saya memulai bisnis baru di bidang narkoba,” katanya. “Jika Anda mau memberikan saya uang satu milyar, saya bisa menjanjikan antara tiga dan empat milyar di tahun pertama sebagai bagian Anda. Setelah itu, saya pastikan Anda akan mendapatkan lebih banyak lagi.”

 Freddy tidak mengatakan apa-apa pada awalnya. Dia sepertinya sedang berpikir. Dia melihat ke sekeliling ruangan, pada Jhony dan Tommy, dan pada Jack dan Beni, dua teman tertuanya. Mereka semua mengawasinya dengan tenang dengan wajah serius, menunggu untuk mendengar jawabannya. Akhirnya, dia kembali menatap ke arah Doni. “Mengapa kamu datang kepadaku?” dia bertanya dengan bisikan kasar seperti biasanya.

 “Aku membutuhkan seorang pria yang mempunyai teman penting,” kata Doni, menunduk hormat ke arah sang Ketua.

“Dan bagaimana dengan keluarga Dicky? Berapa banyak yang akan mereka dapatkan?”

 Doni tampak terkejut. Dia tidak tahu bahwa Freddy mengetahui bahwa dia bekerja dengan keluarga Dicky Surya Negara. Dia menganggukkan kepala sebagai ucapan selamatnya ke arah Jack, yang jelas-jelas telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, dan kembali ke Freddy.  “Jangan khawatir,” katanya. "Aku akan membayar Dicky dari uang bagianku sendiri.”

 Freddy tidak menjawab. Dia berdiri perlahan, mengambil sebotol anggur dari meja dan dengan sopan menawarkan kepada Doni lagi. Doni memperhatikan dengan pandangan khawatir saat sang Ketua duduk di sebelahnya.

Akhirnya, Freddy berbicara. "Saya mengatakan bahwa saya akan melihat Anda karena saya mendengar Anda adalah pria yang serius. Anda adalah pria yang harus saya hormati. Tetapi saya harus menolak tawaran Anda. Saya akan memberikan alasan saya. Memang benar saya punya banyak teman penting di Pemerintahan dan Hukum. Tapi mereka tidak akan menjadi teman saya jika mereka tahu bisnis saya adalah narkoba. Narkoba adalah bisnis kotor.”

 "Tapi tak seorang pun akan tahu," kata Doni. “Aku berjanji, keluarga Dicky pun akan memastikan tidak ada yang tahu tentang masalah ini.”

 Freddy membuka mulutnya untuk menjawab, tapi sebelum dia sempat berbicara, Jhony berkata: “Apakah Anda mengatakan bahwa Dicky dapat berjanji bahwa mereka akan...?”

 Dia tidak menyelesaikan pertanyaannya. Dia melihat tatapan dingin dari mata ayahnya dan langsung berhenti berbicara. Freddy kembali ke Doni. "Saya minta maaf untuk anak-anak saya," katanya. “Mereka berbicara ketika mereka seharusnya mendengarkan. Tapi Doni, penolakan saya adalah final. Saya mengucapkan selamat atas bisnis baru Anda, dan semoga Anda beruntung. Bisnis Anda berbeda dengan bisnis saya. Kita tidak harus menjadi musuh. Terima kasih.”

 Freddy berdiri, dan semua orang juga berdiri. Doni merasa sangat marah, tapi dia menyembunyikan perasaannya dari yang lain. Dia dengan sopan menjabat tangan Freddy dan berjalan keluar ruangan.

 Freddy memerintahkan Jack, Beni dan Tommy meninggalkan ruangan, tetapi menahan Jhony untuk tetap tinggal. Dia menatap mata putranya sejenak, lalu berkata dengan bisikan marah, “Ada apa denganmu? Apakah otakmu menjadi lunak?”

 Jhony membuang muka, tidak mampu menatap mata ayahnya.

 “Ayah tahu kamu berpikir bisnis narkoba ini adalah ide yang bagus. Ayah tahu kamu berpikir ini adalah bisnis masa depan, dan kamu berpikir ayah hanyalah pria kuno yang bodoh. Tapi jangan pernah memberi tahu siapa pun di luar keluarga apa yang kamu pikirkan lagi.”

 Sonny tampak terkejut pada awalnya, lalu sedikit marah. Tapi dia terlalu takut pada ayahnya untuk berdebat dengannya. Dia menundukkan kepalanya dengan hormat, berbalik dan meninggalkan ruangan.

 Freddy segera menelepon Jack: "Datanglah ke ruanganku Jack" katanya.

 Jack duduk berdua di kantor bersama Freddy. Dia memiliki wajah pembunuh yang mengerikan dan menakutkan, tubuh besar yang tampak seperti terbuat dari batu. Tapi, saat dia memandang Freddy, matanya yang gelap namun tampak lembut. Dia sangat menghormati teman seperjuanganya. Dan Freddy, bisa merasakan hal itu. Dia selalu memercayai Jack lebih dari siapa pun yang dikenalnya.

 "Aku mengkhawatirkan Doni," kata Freddy.  “Aku ingin kau mencari tahu apa yang dia sembunyikan, apa yang ada di bawah rencananya. Apakah kamu mengerti? Pergilah ke Dicky. Berpura-puralah bahwa kamu tidak bahagia dengan keluarga kami dan Anda ingin bekerja untuk mereka. Lalu katakan padaku apa yang kamu temukan disana."

 Jack tidak bertanya. Dia mengangguk sekali, mengangkat tubuhnya yang besar bergunung-gunung, dan berjalan keluar ruangan, dengan bangga melakukan apa pun yang diperintahkan ‘Ketua’nya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Anak Mafia   Bab 68

    DING DING Ponsel Tommy di atas meja berbunyi, layarnya menyala menampilkan sebuah nama yang meneleponnya. “Jenny.” Gumam Tommy menatap layar ponselnya mengenali identitas si penelepon. Tommy mengangkat ponsel dan mendekatkan ke telinganya setelah menerima panggilan telepon itu. Dia mengangkat salah satu tangannya sebagai instruksi agar orang-orang di sekitarnya diam. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Meskipun berada di dalam area night club, ruang VIP itu hampir sepenuhnya terisolasi dari kebisingan luar karena diselimuti peredam suara. “Apa kabar, Jen?” sapa Tommy dengan lembut. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Helen, Tom?” tanya Jenny terdengar lirih dari ponsel Tommy. Tommy sejenak terdiam tanpa ekspresi mendengar pertanyaan Jenny yang tanpa basa-basi. “Jawab aku, Tom.” Jenny mendesak Tommy. “Kau sudah mengetahui beritanya, Jen?” Tommy balik bertanya. “Apa maksudmu berbalik menanyaiku?” Jenny mulai terdengar marah. “Semua saluran berita menyiarkan ke

  • Anak Mafia   Bab 67

    Gatot sedang rebahan dia atas sofa panjang sambil menonton televisi di ruang keluarga rumahnya ketika hari menjelang gelap. Tiba-tiba dia terperanjat duduk. Matanya terbelalak menatap tajam ke arah televisi yang menayangkan siaran berita tentang kecelakaan. Tanpa dia sadari tubuhnya mulai bergetar saat matanya fokus memperhatikan dua gambar potret wajah orang yang sepertinya dia kenali. Itu adalah dua foto wajah Jordi dan Helen, keponakan Gatot. “Tidak mungkin.” Bisiknya lirih kepada dirinya sendiri seolah dia belum bisa menerima kebenaran dari kabar siaran berita yang ditontonnya. Beberapa saat Gatot terpaku menyaksikan siaran televisi dengan tidak percaya. “Kakak ipar!” teriak Gatot yang masih duduk tercengang menatap televisinya. “Kakak ipar! Kakak ipar!” Gatot terus berteriak memanggil Luciana dengan panik karena tidak segera mendapatkan respons. Luciana keluar dari dalam kamarnya yang tidak jauh dari tempat Gatot berada. “Ada apa, Gatot? Kau berisik sekali” kata Luciana

  • Anak Mafia   Bab 66

    Jordi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang melaju di tengah padatnya jalanan. Di dalam mobil suasana tampak canggung. Jordi dan Helen tidak berbicara satu sama lain. Sunyi. Hanya terdengar deru suara mesin kendaraan yang melaju di jalanan. Helen diam bersandar pada jok dan menatap keluar melalui kaca jendela mobil. Banyak hal yang sedang dia pikirkan. Jordi fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arah Helen. Dia masih menganalisis sikap istrinya itu yang berbeda setelah bertemu dengan Albert. Jordi merasa seolah tidak mengenal dengan sosok cantik yang duduk di sampingnya. Ding Ding Ponsel Jordi berbunyi memecah keheningan. Rangkaian nomor terpampang di layar. Itu sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenanya. Helen seketika melirik layar ponsel suaminya dengan ekspresi penuh selidik. “Kenapa tidak diterima?” tanya Helen saat melihat Jordi yang hanya menatap layar ponselnya. “Oh. Hanya sebuah nomor, aku tidak mengenalnya.” Jawab Jordi ragu-ragu. “Mungkin

  • Anak Mafia   Bab 65

    Jordi dan Helen memasuki sebuah rumah mewah yang terletak di pusat kota ketika hari menjelang siang. Itu adalah rumah Albert. Albert yang sudah menunggu kedatangan mereka sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Beberapa pria berdiri di belakang Albert. Albert bangkit dan tersenyum menyambut Jordi dan Helen. Jordi membalas senyuman itu saat menjabat tangan Albert. Mereka terlihat sangat akrab. Sedangkan Helen tampak canggung melihat pemandangan itu. Dia awalnya merasa biasa saja, namun sekarang dia merasa ada yang aneh. Jordi sebelumnya bilang tidak mengenal pria paruh baya itu. Namun, ketika Helen memperhatikan lebih lama Jordi dan Albert, mereka tampak mirip. ‘Siapa pria ini?’ ‘Apa hubungan dia dengan Jordi?’ “Jadi kamu Helen?” pertanyaan Albert membuyarkan pikiran Helen. Helena memaksakan senyumnya. “Betul.” Jawabnya singkat. Mereka berjabat tangan sejenak. Albert menatap lekat mengenali Helen. Secara naluriah dia mengagumi sosok cantik dan tenang yang diperlihatkan oleh

  • Anak Mafia   Bab 64

    Jam di pergelangan tangan Dedi menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit dini hari, ketika dia dan Dodi selesai mengemasi barang-barang bawaannya. Dedi dan Dodi sudah menggendong ransel masing-masing dan bersiap untuk pergi dari rumah Jhony. “Kami sudah siap berangkat, paman.” Kata Dedi hendak berpamitan kepada Jack. “Apakah Anda yakin akan tetap di sini?” Tanyanya untuk memastikan kembali keputusan Jack. “Pergilah! Jaga diri kalian baik-baik. Dan kalian tidak perlu mengkhawatirkanku.” Jawab Jack meyakinkan si kembar. “Baiklah, paman. Anda juga harus menjaga diri.” Kata Dodi tersenyum kepada Jack. “Jika terjadi sesuatu, Anda bisa menghubungi nomor saya, paman.” Kata Dedi mengingatkan Jack. “Kami akan segera membicarakannya dengan Gerry sesampainya di sana.” Jack tersenyum kepada si kembar. “Berhati-hatilah!” katanya dengan singkat sesaat sebelum akhirnya Dedi dan Dodi pergi menin

  • Anak Mafia   Bab 63

    Setelah Tommy dan anak buahnya pergi, terlihat jelas sekali Jack menampilkan ekspresi wajah yang tidak senang. Dia merasa tidak puas atas perlakuan Tommy kepadanya. Begitu juga dengan Dedi dan Dodi. Namun, mereka tidak memikirkan tentang terbongkarnya persembunyiannya dari Tommy, melainkan mereka lebih memikirkan semua ucapan Tommy sebelum dia pergi. Untuk beberapa waktu mereka bertiga hanya duduk dalam keheningan di dalam ruangan itu. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, paman?” tanya Dedi yang memecah keheningan meminta pendapat dari Jack. Pertanyaan dari Dedi seketika menyadarkan Jack dari lamunannya. “Aku juga sedang memikirkannya.” Jawab Jack yang masih terlihat kebingungan. “Aku masih memikirkan perkataan Tommy. Entah kenapa aku merasa dia orang yang bersih.” Kata Dedi menyampaikan asumsinya. “Ya. Aku juga.” Dodi menimpali untuk mene

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status