공유

Mencari Tahu

작가: Missia
last update 최신 업데이트: 2024-05-21 19:30:28

“Apa kamu menemukan wanita itu?!”

Saka menghela napas panjang. “Aku belum yakin akan hal itu, Profesor. Saat ini, aku masih menyelidikinya. Tapi, ada kemungkinan jika wanita yang tadi aku temui adalah wanita itu. Lalu, dia juga membawa anak kecil yang berumur empat tahun,” jelas Saka panjang lebar, tetapi tetap dengan nada tenang.

“Anak kecil? Apa kamu menduga jika dia adalah anakmu, Saka?” tanya Harry sekali lagi.

“Hanya dugaan saja. Aku sudah bilang sedang menyelidikinya, kan? Awalnya, aku bertemu anak itu dan dia membawa krystal yang aku berikan pada wanita yang bermalam denganku waktu itu.”

“Krystal?”

Saka bergumam mengiyakan. “Itu krystal khusus yang hanya ada satu di dunia. Tidak mungkin orang lain memilikinya kecuali wanita itu. Tapi, Profesor, memangnya mungkin pembuahan bisa berhasil hanya dengan satu kali percobaan?” tanya Saka.

Itulah yang selama ini menjadi pikiran Saka. Mungkin saja jika wanita itu memang wanita yang tidur dengannya, tetapi apa mungkin anak itu adalah anaknya? 

“Sebenarnya banyak kasus pembuahan yang terjadi dalam sekali coba. Jadi, hal itu tidak lah mustahil, Saka,” jelas Harry. “Tapi, akan lebih baik jika kamu tetap melakukan tes DNA dengan anak itu agar tebakanmu terjawab.”

“Aku mengerti. Aku akan segera memberikan sampel anak itu agar kamu bisa melakukan tes DNA-nya. Mungkin, Nichole yang akan datang,” putus Saka.

“Tidak masalah. Aku tahu kamu sangat sibuk dengan jadwalmu. Akan aku tunggu kabar darimu selanjutnya,” ucap Harry.

Sambungan pun tertutup. Saka bangkit dan melepaskan semua pakaiannya, menunjukkan kegagahan tubuhnya pada kegelapan malam sebelum ia berganti menggunakan pakaian tidurnya.

Sayangnya, meski Saka sudah berada di atas kasur pun, pikirannya tetap dipenuhi oleh pandangan dan suara Ariana.

‘Apa kamu sungguh dia?’

***

Pagi menjelang siang, Ariana datang ke sebuah restoran tempat diadakannya pertemuan dengan beberapa rekan kerjanya. Mereka sudah memesan ruangan khusus rapat beserta dengan hidangannya. Ruangan itu tampak ramai dengan orang-orang yang berpartisipasi dalam proyek terbaru. 

“Ariana!” seorang pria paruh baya memanggil Ariana yang baru saja sampai. “Duduklah di sini, kami menyediakan tempat khusus untukmu!”

Ariana tersenyum dan segera berjalan menuju Sutradara. Memang ada satu kursi kosong di situ. Tanpa berpikir panjang, ia pun duduk di sana.

“Nah, karena Ariana sudah datang, akan aku perkenalkan dengan orang-orang. Semuanya, mungkin beberapa kalian sudah tahu, tapi biar kuperkenalkan aktris kita satu ini secara formal, ini Ariana Cellania yang akan berperan sebagai pembantu utama. Dia berhasil lolos seleksi dengan sangat baik dan memuaskan. Ariana baru saja pindah ke kota ini dari luar negeri. Dia mengikutiku karena sudah terikat kontrak.”

Ariana tersenyum pada orang-orang yang menatapnya. “Terima kasih. Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ke depannya.”

Sutradara tersenyum puas pada Ariana. “Baiklah, terima kasih sudah memperhatikan. Sekarang, kalian bebas mengobrol dan makan hidangan yang sudah disediakan. Aku membuat acara ini agar kalian bisa dekat dan kenal satu sama lain. Proyek ini adalah proyek besar, jadi aku ingin kalian semua akrab agar semuanya bisa berjalan dengan lancar.”

Acara makan-makan itu pun berlangsung sangat meriah. Makanan di restoran yang Sutradara pesankan itu memang terkenal sangat lezat meski harganya memang lumayan. Jadi, mereka merasa tidak boleh menyisakan satu makanan pun.

Ariana sendiri hanya makan beberapa saja meski makanan di depannya sangat menggiurkan. Ia harus menjaga proporsi tubuhnya untuk aktivitas syuting.

Di tengah-tengah itu, tiba-tiba saja ada seorang wanita cantik dengan gaya glamor mendekati mereka. Ariana terperangah akan kecantikan wanita itu. Auranya berbeda jauh dengan aura aktris biasa.

“Halo, kamu Ariana, kan?” sapa wanita itu dengan ramah.

“Iya benar.” Ariana tersenyum canggung.

Wanita itu mengulurkan tangannya. “Aku Luna Audrey, salam kenal. Kalau kamu adalah pemeran utama pembantu, pasti kita akan sering berinteraksi karena aku adalah pemeran utama wanitanya.”

‘Ternyata dia pemeran utama wanitanya, pantas saja secantik ini. Pak Sutradara tidak salah memilihnya,’ batin Ariana.

Ariana membalas uluran tangan Luna. “Salam kenal juga, Luna. Senang bisa bertemu dan bekerja sama denganmu. Melihat kecantikan dan auramu, tidak salah kamu dipilih jadi pemeran utamanya,” puji Ariana dengan tulus. Meski merasa kalah, tetapi Ariana tetap mau mengakui jika Luna jauh di atas dirinya. Hal itu tidak membuat Ariana menyerah.

“Ya ampun, jangan memujiku seperti itu. Padahal kamu juga sama cantiknya,”  balas Luna dengan tertawa manis. Beberapa orang terpana dengan kecantikannya saat ia tertawa seperti itu.

“Anda bisa saja.” Ariana tersenyum malu-malu.

‘Tak hanya cantik, tapi dia juga ramah. Biasanya, aktris papan atas terlalu gengsi untuk menyapa artis di bawahnya, tapi Luna tidak begitu,’ batin Ariana.

Luna dan Ariana berbincang dengan akrab. Luna kebanyakan bertanya tentang pengalaman syuting Ariana dan film apa saja yang sudah Ariana  bintangi.

Di sela-sela perbincangan itu, tiba-tiba datang seseorang yang duduk pada satu kursi kosong di depan Luna. Ariana dan Luna sama-sama menoleh ke arah pria tampan itu. Mereka tidak tahu jika pria itu sejak kedatangannya terus memperhatikan Luna dan Ariana dari kejauhan.

“Hai semuanya, kursinya kosong, tidak masalah kalau aku bergabung, kan?” tanya pria itu.

Luna yang tampaknya mengenal pria itu tersenyum lebar dan menatapnya sepenuhnya. “Kak Alano! Tentu saja boleh! Semakin banyak orang, akan semakin menyenangkan!” ucap Luna dengan berseru senang. Ia bahkan menepuk tangannya beberapa kali karena terlalu senang.

Sementara itu, Ariana juga tahu mengapa Luna bisa sesenang itu. Itu semua karena Alano adalah aktor papan atas. Ia terkenal akan ketampanan dan kelihaiannya dalam mengatur ekspresi ketika syuting. Tak heran jika dia menjadi salah satu aktor yang dipuja-puja oleh kalangan wanita dari berbagai macanegara. Tentu saja Luna juga pasti mengenalnya. Apalagi, wanita itu sangat tidak sabar karena akan beradu akting dengannya.

“Terima kasih,” ucap Alano dengan senyumnya yang mematikan.

Namun, Ariana justru memutar bola matanya saat melihat senyuman itu. Mungkin orang lain akan terpana, tetapi tidak dengan Ariana. Senyuman itu justru membuatnya mual dan ingin muntah.

“Halo, Nona Ariana,” sapa Alano yang langsung mendapatkan lirikan tajam dari Ariana. “Ini pertama kalinya kita bertemu, kan? Salam kenal, aku Alano.”

Ariana menatap tangan Alano yang terulur. Ia menjabat tangan itu dengan singkat dan cepat. “Ariana.”

Alano menahan tawanya saat melihat tindakan Ariana yang dengan jelas tidak menyukainya. “Kudengar kamu baru pindah ke kota ini, ya? Bagaimana kehidupanmu saat di luar negeri? Pasti di sana banyak pria-pria keren, kan? Apa mereka lebih keren dariku?”

“Eis, mana mungkin! Bagiku, Alano itu yang paling keren.”

Bukan Ariana yang menjawabnya, melainkan Luna. Ariana hanya memperhatikan saja sembari meminum jusnya. Jika bisa, ia sebenarnya tidak mau berada di dekat laki-laki ini. Luna dan Alano sama-sama tertawa.

“Pastinya begitu. Oh, iya! Apa kamu sudah punya pacar? atau mungkinkah kamu lagi single?” goda Alano dengan menaikkan salah satu alisnya. 

Ariana yang mendengar hal itu hanya mendengkus kesal. ‘Awas saja kau, Alano! Beraninya kau menggodaku di tempat penting seperti ini. Pakai acara tidak kenal segala. Sungguh meresahkan.’

***

Sebuah salon yang berada di pusat kota itu selalu ramai didatangi oleh pengunjung. Antriannya selalu saja panjang dan butuh reservasi jika ingin cepat. Hasilnya selalu lebih dari memuaskan. Tak heran jika tempat itu menjadi langganan beberapa artis yang ingin menata rambut mereka. Tak hanya itu, di dalamnya juga terdapat butik dengan model pakaian yang sedang trendi belakangan ini.

Di ruangan pribadi yang ada di dalam butik itu terdapat seorang anak kecil yang sedang diam menonton televisi. Ruangan itu dibuat khusus untuk sang pemilik ketika beristirahat karena sepi dari kebisingan dan orang-orang asing.

Felix menoleh pada Alice, sang pemilik salon serta butik itu. “Mami Alice, apa boleh aku pinjam ponselmu?” tanya Felix dengan matanya yang berbinar.

Alice yang sedang membuat sketsa pakaian sembari menjaga Felix itu pun mengalihkan tatapannya. “Untuk apa, Sayang?” tanya Alice balik sembari memainkan pipi Felix dengan gemas.

“Mami Alice, berhenti,” ucap Felix sembari memegangi tangan Alice. Alice tertawa dan menarik tangannya. Lalu, Felix pun menjawab, ”Untuk telepon Paman yang waktu itu ajak aku main ke kantornya. Tahu, enggak? Paman Nichole itu lho! Katanya Paman Nichole, aku disuruh hubungin dia kalau sudah pulang, tapi aku lupa soalnya asyik main sama Mama.”

Alice mengernyit. “Kenapa kamu diminta telepon dia?”

“Aku dan Paman Nichole kan teman. Paman Nichole juga janji mau ajak aku buat makan-makan sama kucing. Boleh ya Mami Alice?” mata bulat Felix yang menatapnya dengan tatapan memelas itu tampak imut dan menggemaskan. 

Sebenarnya, Alice tidak sepenuhnya percaya pada orang yang disebutkan oleh Felix. Ia bertanya-tanya apa alasan pria bernama Nichole itu mau mengajak anak kecil untuk makan-makan. Namun, tatapan memelas Felix membuat Alice memberikan ponselnya.

“Memangnya kamu punya nomor teleponnya?” tanya Alice.

“Punya!” Felix mengambil ponsel Alice dan berteriak kegirangan sambil melompat-lompat selayaknya anak kecil. “Yeay! Terima kasih banyak, Mami Alice!” Felix berhenti dan mendekati Alice, lalu memberikan ciuman pada wanita itu.

Alice menghela napas dan tersenyum pasrah. Ciuman Felix membuat Alice meleleh. “Iya, sama-sama. Kalau Paman Nichole berbuat jahat sama kamu, bilang ke Mami, ya?”

Felix mengangguk cepat dan mulai menghubungi Nichole dengan nomor yang ada di buku catatannya. Nichole menuliskan nomor itu di bawah nomor Paman Tampan dan nomor mamanya.

***

“Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan hasilnya, Nichole?” tanya Saka.

Nichole memberikan sebuah dokumen yang sudah ia susun sedemikian rupa hingga mengorbankan waktu tidur dan makannya. “Sudah, Presdir. Sesuai permintaan Anda, saya menyusun semua latar belakang Nona Ariana dan Felix dalam dokumen itu. 

Saka pun segera mengamati isi dokumen itu, meninggalkan Nichole yang memulai kembali pekerjaannya yang tertunda. Satu per-satu kalimat dan gambar ia baca dengan teliti. Ia merasa tidak boleh ada yang terlewat satu pun. Bisa jadi itu adalah fakta penting.

Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal dalam benak Saka ketika membaca dokumen tersebut.

"Tunggu dulu, ini kenapa—"

Bersambung ....

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Hari Pernikahan

    “Mama cantik sekali …. seperti putri yang ada di film-film!”Ariana menoleh pada Felix yang tidak mengalihkan tatapannya darinya. Wajah anak empat tahun itu masih terlihat polos, ditambah ketika mulutnya menganga kecil membuat Felix terlihat menggemaskan.“Masa, sih?” Ariana menyentuh wajahnya. “Iya! Mama yang paling cantik! Mama cocok sekali pakai gaun putihnya!”Alice yang berada di antara kedua orang itu mendengkus. “Tentu saja! Kan Mami yang desain bajunya!”Ariana tertawa melihat respon Alice. “Kamu benar. Terima kasih sudah mau menuruti permintaan egoisku, Alice. Karena Saka minta tanggal pernikahannya harus cepat, kamu jadi tidak bisa tidur demi mengerjakan gaunnya.”Alice menggeleng. Ia menatap Ariana yang terlihat menawan dalam balutan gaun putih dengan rok yang mengembang seperti bunga mawar putih yang mekar. Riasan Ariana tidaklah berlebihan, sangat pas untuk acara pernikahan. Rambutnya yang panjang itu dikepang dan disanggul, lalu dihias dengan tiara sederhana tetapi terl

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Lamaran Saka

    Setelah itu, kelima orang itu pun berkumpul di belakang mansion. Sebelum acara dimulai, mereka mempersiapkan beberapa perlengkapan. Saka dan Arnold menyiapkan alat masak, sedangkan Ariana, Diana, Grace, dan Felix mulai menyiapkan bahan-bahannya.“Hmm … kenapa mereka tidak datang juga, ya?” gumam Diana yang terlihat khawatir.“Eh? Mereka siapa, Ma? Bukannya sudah lengkap?” tanya Ariana heran.“Itu, teman—”“Kami datang! Maaf ya menunggu lama!”Tiba-tiba, terdengar seruan dari belakang Ariana. Ariana yang mendengar suara yang tidak asing pun dengan cepat menoleh ke asal sumber suara. Matanya melebar dan senyumnya mengembang.“Kalian?!” Ariana berseru tidak percaya saat melihat Alano, Alice, dan Nichole datang. Ariana berjalan ke arah Alice dan memeluknya sejenak. “Kalian juga diundang?”Alano dan Alice mengangguk mantap. Diana yang ikut bergabung pun berkata, “Iya, Mama juga mengundang mereka. Mereka teman-temanmu, kan? Nichole juga datang karena dia sudah seperti anakku sendiri, hihi.

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Sangat Cantik

    Brak! Brak! Brak!Hari ini rasanya sama sekali tidak menenangkan seperti biasanya. Felix yang sejak tadi menunggu Ariana itu menggedor-gedor pintu kamar Ariana dengan bersemangat.“Mama! Mama! Cepatlah! Apa masih lama ganti bajunya?!” teriak Felix tidak sabaran.“Sebentar, Sayang!” teriak Ariana dari dalam kamar.Wanita itu sebenarnya sudah memakai gaunnya, hanya saja ia masih perlu menata rambut dan memasang anting-antingnya. Belum lagi ia harus memakai make up. Meski Ariana tetap cantik tanpa menggunakan make up, tetapi rasanya akan sangat kurang jika ia tidak merias wajahnya saat pergi ke luar. “Ma, aku masuk, ya!” teriak Felix lagi. Kali ini, ia menggapai gagang pintu kamar Ariana dan mendorongnya.“Eh, Felix?!” seru Ariana terkejut. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan Felix untuk masuk.“Duh, Mama ini padahal udah cantik, apa masih perlu pakai make up?” protes Felix.Ariana menggembungkan pipinya dan menatap anaknya yang sudah tampan itu. Ia menatap Felix dengan

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Ariana Bertemu Pembunuh Ayahnya

    “Apa? Siapa?” Ariana sebenarnya masih belum paham dengan apa yang dikatakan oleh Saka kepadanya. Pria itu seperti ingin memberitahukan sesuatu pada Ariana, tetapi di sisi lain, dia juga tidak mau. Ariana pun bingung dan penasaran di saat yang sama.“Bukankah Ayah saya meninggal karena sakit, Tuan?” tanya Ariana sekali lagi. Ia mulai tertarik dengan topik pembicaraan Saka yang tiba-tiba.Saka terdiam mendengar rentetan pertanyaan dari Ariana. Sayangnya, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya daripada topik pembicaraan yang baru saja ia angkat itu. Saka tersenyum kecil dan berkata, “Aku baru sadar kalau selama ini kamu memanggilku dengan embel-embel ‘Tuan’. Aku kan bukan majikanmu. Kamu bisa panggil aku Saka atau panggilan apapun yang kamu suka. Kamu juga bisa bicara dengan santai, tidak perlu kaku dan formal begitu.”Ariana tergagap. Sebenarnya ia terbiasa memanggil Saka dengan sebutan Tuan karena Saka menjadi atasannya di agensi tempatnya bermain drama terakhir kali. Ia jadi ket

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Balasan Luna dan Morgan

    ‘Kenapa dia ada di sini? Bukannya semalam dia ada di atas sofa?’ batin Ariana kelabakan. Ini memang bukan pertama kalinya dia dan Saka berada di ranjang yang sama. Setiap kali Felix meminta mereka tidur bersama, selalu saja hal seperti ini terjadi.Akan tetapi, Ariana tidak mendorong Saka untuk menjauh. Ia justru diam dan menata wajah tampan Saka yang tertidur dengan pulas. Dia tampak tenang setelah semalam terjaga membantunya merawat Felix yang terus menangis kesakitan.Yang tidak Ariana ketahui adalah, Saka sebenarnya juga kurang tidur selama sebulan terakhir. Banyak hal yang harus ia urus. Apalagi ia juga disibukkan dengan Felix dan pikirannya yang terus berputar tentang Ariana yang tidak ada di sisinya.‘Ternyata dia juga bisa memasang wajah polos seperti ini. Padahal biasanya dia selalu mengernyitkan alisnya tajam dan punya aura wibawa yang luar biasa,’ batin Ariana lagi. ‘Tapi sekarang dia seperti anak kecil.’‘Kalau dilihat-lihat, Felix mirip sekali dengannya,’ batin Ariana cem

  • Anak Rahasia Sang Presdir   Felix Sakit

    “Alice! Alice!”Begitu mendapatkan panggilan dari Saka yang mengatakan bahwa Felix tengah sakit, Ariana langsung bangkit menuju Alice yang sedang bersantai di kamarnya.“Ada apa, Ariana? Kenapa panik begitu?” tanya Alice keheranan.Ariana melompat ke atas kasur Alice sambil menjawab, “Felix sakit, Alice! Kita harus pergi ke mansion Tuan Saka sekarang!” Alice berseru mendengarnya, “Hah? Felix sakit? Kalau begitu kita harus cepat ke sana!”. Dengan cepat ia pun mengambil kunci mobilnya dan menarik lengan Ariana untuk berlari bersama menuju basemant apartemennya.Alice tentu saja dengan senang hati membantu Ariana untuk bertemu dengan Felix. Alice tahu betapa rindunya Ariana pada anaknya itu, apalagi akhir-akhir ini mereka juga merasakan duka mendalam setelah kepergian Jake. Dengan adanya kesempatan untuk bertemu dengan Felix, maka Alice tidak akan menyia-nyiakannya.“Terima kasih banyak sudah mengantarkanku kemari, Alice,” ucap Ariana ketika mereka sudah berada di depan gerbang mansion

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status