Home / Rumah Tangga / Anak Selundupan Suamiku / Rencana Vino, Hardean, dan Ratu

Share

Rencana Vino, Hardean, dan Ratu

Author: kupukupuku
last update Last Updated: 2023-05-07 14:47:42

Pak Hardean Nicko Bentala tampak cukup terkejut saat mengetahui kalau putranya telah menghamili mantan sekretarisnya. Walau tampak sedikit menyayangkan karena Arvino telah ceroboh, namun pria itu sama sekali tak menyalahkannya.

Justru, Hardean sebenarnya curiga kalau Vino telah dijebak oleh Ratu. Hal yang sebenarnya juga sering terpikirkan oleh Vino, namun akhirnya tak ia pikirkan lebih jauh karena sudah terlalu pusing dengan masalah yang ada. Untuk sementara Hardean menyuruh Vino untuk tetap merahasiakan hal ini dulu seraya mereka mencari jalan ke luar.

Sampai ketika Arvino menemani istrinya untuk check-up kandungan saat usia kehamilan Soraya telah menginjak enam bulan.

“Hal yang saya khawatirkan di awal sepertinya kian menjadi kenyataan, Bu,” kata Dokter kandungan langganan mereka sambil memandang monitor yang digunakan untuk mengecek kondisi di dalam rahim. “Bayi ibu terus bergerak terbalik atau sungsang di dalam perut Ibu. Kalau terus begini sepertinya akan sulit untuk dapat dilahirkan secara normal.”

Memang sejak dua bulan yang lalu, sang dokter telah menyampaikan itu pada Soraya dan Vino. Namun, kalau sebelumnya si dokter masih ragu, tampaknya kini telah sangat yakin.

“Tapi Ibu nggak perlu khawatir. Seperti yang saya bilang tadi, bayi Ibu dalam keadaan sehat kok, Bu. Sebenarnya melahirkan secara caesar juga tak buruk sama sekali, terlebih untuk ibu muda seperti Bu Soraya. Beberapa orang bahkan lebih memilih metode ini karena takut tak kuat berjuang melahirkan secara normal yang terasa lebih berat bagi banyak wanita.”

Vino menyadari betul keresahan istrinya. Sehingga ia terus menggenggam jemari Soraya, seraya membisikkan padanya untuk tenang dan tak terlalu cemas.

“Benar, Dok? Walau begitu bayi kami dalam keadaan sehat-sehat saja, kan? Posisinya ini tak akan mempengaruhi pertumbuhannya di dalam sana kan, Dok?” ulang Vino memastikan.

“Tidak ada yang perlu dicemaskan, Pak. Dia benar-benar dalam keadaan sehat. Bapak dan Ibu bisa melihatnya kalau Ibu mau.” Sang dokter hendak memutar layar untuk menunjukkan pada mereka. Tapi kemudian langsung kembali menghentikan gerakannya. “Oh ya, Bapak dan Ibu memilih untuk tidak mengetahui lebih awal jenis kelamin serta jumlah bayi Anda, bukan? Itu sebabnya Anda tak meminta hasil pemeriksaan USG. Maaf, saya nggak bermaksud menunjukkannya tadi.”

Vino pun melirik istrinya lagi. Ia terus menggenggam salah satu jemari Soraya.

“Tuh, dengar kata Dokter. Dia baik-baik saja, jadi kamu nggak perlu khawatir. Lagipula kamu kan emang rada takut melahirkan secara normal? Kurasa memang sebaiknya dilahirkan secara caesar saja,” kata Vino sambil tersenyum pada istrinya. Soraya balas tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Iya, Mas.”

Namun, di saat itulah sebuah ide mendadak muncul di kepala Vino. Sepertinya ia menemukan sebuah ide brilian untuk membereskan permasalahannya dengan Ratu tanpa perlu diketahui oleh Soraya. Hal yang sebetulnya sejalan dengan keadaan yang ada.

‘Oh ya, kenapa tidak terpikirkan olehku? Soraya kan memang tak pernah mau mengecek bayinya melalui USG karena dia ingin terkejut di saat melahirkan nanti. Oleh sebab itu dia tak pernah tahu jenis kelamin hingga jumlah dari bayi di perutnya. S-Sepertinya… sepertinya aku bisa memanfaatkan hal ini untuk membereskan kekacauan yang ada.’

***

“A-Apa, Pak? Menyerahkan bayi ini sepenuhnya untuk dirawat keluarga Anda? S-Saya nggak bakal dinikahi?”

Ratu tampak sangat terkejut saat mendengar hal yang dikatakan oleh Vino beserta Hardean. Di mana sore ini pasangan ayah dan anak itu mengunjunginya bersama di sebuah unit apartemen rahasia ini.

Jadi Vino menyampaikan idenya itu pada Hardean beberapa hari yang lalu. Hardean sangat setuju, di mana bahkan ia bisa memastikan kelancaran rencana itu dengan sahabat baiknya yang merupakan Direktur dari Rumah Sakit tempat mereka biasa diperiksa. Sehingga kini sisanya adalah membuat kesepakatan dengan Ratu.

“E-Enggak. Saya nggak mau. Anak ini adalah darah dagingku, bagaimana mungkin aku disuruh untuk merelakannya pada perempuan lain? Itu sama sekali tak masuk akal,” seru Ratu histeris sambil menggelengkan kepalanya.

“Tapi sampai kapanpun, aku tak akan bisa menikahi kamu seperti yang kamu inginkan. Aku tak mencintaimu, Ratu. Semua yang terjadi hanyalah kesalahan. Aku juga tak mau sampai kehilangan Soraya dan calon anak kami karena ini semua,” kata Vino kembali menekankan kata-katanya. Ia selalu mengatakan hal yang sama setiap kali Ratu meminta untuk dinikahi.

“Tapi, Mas—“

“Kamu seharusnya bersyukur karena kami mau bertanggung jawab seperti ini serta tidak menuntut kamu. Sebab dari awal semua ini kan hanya akal-akalan kamu. Kamu sengaja menjebak Vino untuk mengikuti keinginan kamu, sehingga kamu berakhir hamil begini.” Hardean berkata dengan lebih tegas dan dingin daripada putranya. Hal itu sukses membuat Ratu tergagap.

“S-Saya tidak—“

“Jangan berbohong. Jangan kira hanya karena kamu melakukannya di luar negeri, aku tak bisa mencari buktinya. Kami ini bukan orang bodoh, Ratu. Jangan kira semudah itu kamu mempermainkan kami.” Hardean menyela lagi dengan tegas. “Sekarang kita buat mudah saja. Kamu ikuti saja semua perintah kami sampai kelahiran anak itu nanti, lalu setelah itu kamu akan mendapat nominal yang sangat besar. Dengan uang itu kamu bisa hidup dengan mewah di luar negeri. Seumur hidup kami akan memberikan fasilitas yang selama ini hanya bisa kamu impikan, asal kamu hidup dengan tenang. Kamu harus menutup mulut kamu selamanya.”

Ratu tampak masih diam dan bimbang atas hal itu. Walau kemudian saat Hardean mengeluarkan sebuah cek dengan nominal satu miliar, kedua mata gadis itu langsung melotot sempurna.

“Ini hanya uang mukanya saja agar kamu setuju. Nantinya begitu masalah kelahiran selesai serta kamu setuju untuk pergi, saya akan terus memastikan kehidupan kamu terjamin dan selalu cukup. Sehingga sebaiknya kamu jangan sia-siakan penawaran sebesar ini. Bersikap pintar saja dan jangan membuang lebih banyak waktu yang nggak perlu.”

Maka dengan segala bujukan itu, Ratu pun akhirnya setuju. Wanita itu bersedia untuk menukar bayinya dengan nominal yang dijanjikan oleh Hardean. Dia pun mau mengambil bagian untuk mereka diam-diam dapat menyelundupkan bayi dari hasil perbuatan terlarang itu ke dalam pernikahan Vino dan Soraya, tanpa sepengetahuan Soraya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Selundupan Suamiku   Kali Ini Aku Yang Milih Kamu

    Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?

  • Anak Selundupan Suamiku   Kuberi Kamu Waktu

    Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana

  • Anak Selundupan Suamiku   Liontin Kunci Bermahkota

    “Kenapa Bi Yuyun pergi dari rumah kita, Mama? Apa Bi Yuyun beneran nggak bakal kembali?” tanya Naka padanya dengan ekspresi polos. Di mana langsung diangguki oleh gadis kecil di sampingnya.“Iya, Mama. Bi Yuyun kan selalu bersama kita. Bi Yuyun juga sering nemenin Nala dan Dek Naka saat Mama nggak ada. Kami sedih deh kalau Bi Yuyun nggak ada.”Soraya menghela napas pelan mendengar curhatan para malaikat perginya setelah melihat kepergiaan Bi Yuyun beberapa menit yang lalu. Ya, seperti yang sudah disarankan oleh Vino tiga hari yang lalu, Soraya langsung mengecek gerak-gerik Bi Yuyun di rumah ini melalui rekaman CCTV. Dari sana baru disadarinya kalau selama ini sang ART ternyata sering melakukan hal-hal yang mencurigakan.Tentu saja beliau sudah tak bisa kerja di sini lagi. Apalagi karena Bi Yuyun akhirnya mengakui segala tuduhan itu. Walaupun dia minta maaf sambil memohon dan berjanji tak mengulangi tapi nasi telah menjadi bubur. Apalagi mengingat dampak yang terjadi karena ulah beliau

  • Anak Selundupan Suamiku   Setelah Sembilan Hari

    “Udah empat hari sejak kejadian itu, tapi… Vino belum sadar juga.”Soraya langsung mengelus pundak Indah saat mendengar hal itu. Lantas dia mengalihkan pandangannya menuju ranjang pasien di mana suaminya berbaring.Vino saat ini masih dirawat di ruang ICU, namun keluarga akhirnya diizinkan menjenguk mulai dari kemarin. Walaupun mereka harus dipastikan steril dan mengenakan jubah khusus. Serta hanya boleh sekitar lima belas menit saja di dalamnya.“Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah dia akan sadar? Mama nggak bakal kuat kalau Vino juga harus pergi seperti Papa --““Sst, Ma. Jangan mikir gitu. Mas Vino pasti kuat kok, Ma. Dia pasti akan segera sadar. Sebab itulah yang sedang dia perjuangkan dengan terus bertahan seperti sekarang. Jadi… dia pasti akan bangun, Ma. Mas Vino kan orangnya kuat dan pemberani.”Soraya mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan semangat, walaupun ada celah di dalam hatinya yang malah berpikir sebaliknya. Nyatanya dia juga mempunya ketakutan yang besar meli

  • Anak Selundupan Suamiku   Jungkir Balik Dunia Soraya

    Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu

  • Anak Selundupan Suamiku   Menyerah atau Mati

    Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status