Share

Jatuh Cinta Duluan

       Siang itu gerimis, mereka berada di restoran yang memiliki jendela kaca yang lebar dengan perapian kayu cendana di ujung ruangan, sangat wangi akan aroma kayu mahal tersebut, restoran ini bergaya klasik dan penuh aroma bunga mawar ketika pertama kali memijakkan kaki memasuki ruangan, kaca yang besar memudahkan penglihatan sehingga rintik-rintik hujan terlihat begitu jelas di sisi kanan Mikel. Xia menoleh ke kiri mengamati hujan, sementara Mikel sesekali mengamatinya. Ia tidak jatuh cinta, tidak sekalipun dalam hidupnya bisa tertarik pada lawan jenis. Seharusnya anak-anak seusianya ketika menciptakan Ecco pasti sudah memiliki pacar atau setidaknya naksir pada seseorang. Tetapi perasaan cinta terasa sangat aneh baginya, apa itu cinta? Mikel tidak bisa memahaminya sama sekali, ia tidak ingin menikah dan dia akan terus melajang dan menciptakan berbagai mesin dan robot yang akan mempermudah orang-orang, terutama mereka yang memilih hidup sendiri. Jika memiliki istri dan keluarga barangkali akan menjegal setiap langkahnya, akan selalu ada yang mengkhawatirkannya atau anak-anak yang merengek ingin ditemani ayahnya, Mikel tidak suka memikirkannya. Baginya sumbangsih pada perkembangan teknologi adalah yang utama, di Negara ini dia merasa punya tanggungjawab yang sangat besar, tidak boleh terikat pada sesuatu.

Shin Xia cantik, kulitnya seputih porselen dan pipinya kemerahan seperti pipi bayi, bulu matanya cukup lentik, persis seperti yang Ecco bicarakan sejak pagi dengannya semenjak dia bertanya tentang profilnya. Meski bilang akan mempertimbangkan menikah dengan Xia, sebenarnya Mikel tidak sungguh-sungguh. Ia hanya menjaga sopan santun,

Air muka Xia nampak melembut memandangi tetesan hujan di dedaunan bunga di depan restoran, membuat Mikel tergelak sendiri. Apakah Xia sebegitu tergila-gilanya dengan tanaman?. Entah kenapa perempuan ini persis seperti anak kecil.

 “Kau tersipu?”

Xia menyibak rambutnya ke kuping. Kembali menatap Mikel.

“Ku harap bisa begitu..”

“Bukan padaku. Maksudnya dengan hal seperti hujan itu kau bisa tersenyum?”

“Begitulah..”

“Xia.., kau yakin usiamu sekarang 32 tahun?”

“Sebenarnya 31, karena aku belum berulangtahun. Kenapa? Awet muda ya?”

“Kau persis seperti anak SMA.”

“Terima kasih.. hahaha, kau juga awet muda Mikel.. sekarang harapan hidup manusia mencapai 100 tahun, seharusnya kau jangan terkejut melihatku masih secantik ini..”

“Dasar narsis..” Mikel tertawa melihatnya.

“Bagaimana kau akan menangani masalah kita ini?” Tiba-tiba Xia mengalihkan topik.

Mikel mengernyitkan dahi. Yang jelas dia tidak mau menikahi Xia, terjebak dalam rutinitas suami istri? Hah? Tidak akan bagi Mikel. Membayangkannya saja membuatnya bergidik ngeri.

“Kita?”

“Hu’um.. Maksudku Ibumu, ku rasa sangat menyukai aku..”

Xia meletakkan kedua tangan di pipi kanan kiri, bermaksud membercandai Mikel.

“Jadi… Ayahmu menyukaiku, dan Ibuku sangat menyukaimu.. lucu sekali.. Pertama-tama aku ingin bertemu dengan rekanmu yang membuat ruang hampa itu..”

Xia mengambil ponselnya, ia mencari sebuah foto di galerinya. Sebuah foto Xia bersama pria yang mungkin setinggi Mikel, dengan senyum ramah dan pembawaan yang hangat. Memakai jas putih dan memegangi sebuah kertas, nampak akrab dengan Xia. Xia lalu mematikan ponselnya dan terfokus pada Mikel. Sosok Ted yang dominan membantunya mengatasi masalahnya ini.

“Namanya Ted, dia sangat bisa diandalkan.. Ayah bahkan bilang dia bersedia mewariskan perusaha’an padanya.., meski tidak secara harfiah ya, memuji terlalu berlebihan.”

Mikel tersenyum mengerti dan mengangguk sekali. Menyadari masih jadi yang utama di daftar pilihan ayahnya Xia.

“Karena kau tidak suka mesin?”

Xia balas tersenyum sembari mengangkat bunga pemberian Mikel. Meski rasanya ingin memarahi pria ini, tega sekali memberikan bunga ini pada gadis secantik dirinya?

“Bukan benci tetapi aku lebih suka ini..”

Meletakkannya kembali ke meja. Mikel berdehem. Antara merasa bodoh atau sedang disindir dengan perbuatannya Xia barusan.

“Jadi kau ingin memanfaatkan aku? Agar kau bebas dengan apa yang kau sukai dan membiarkan aku mati terkena stroke karena menangani dua perusahaan sekaligus? Mimpi ya kau?”

Xia memutar matanya, tidak senang dituduh-tuduh. Pria ini sangatlah tidak mudah dirayu.

“Tidak salah tetapi tidak benar juga..”

Mikel menaikkan sebelah alisnya. Bingung.

“Aku agak malas bangun tadi pagi sejujurnya, maafkan aku..”

Bukan permintaan maaf yang terdengar tulus. Xia bisa menyadarinya dari nada bicaranya yang dingin.

 “Aku bertekad untuk mengajakmu membatalkan perjodohan ini.. bagaimana denganmu? Kenapa tiba-tiba merubah keinginan dan ingin menikah denganku? Untuk masalah AI monster itu katakanlah aku bisa mengatasinya. Tetapi aku tidak bisa berkompromi soal pernikahan, aku baik bukan berarti akan memenuhi keinginanmu Nona..”

“Kau ternyata lebih dingin dari duga’anku..”

“Aku hanya bersikap logis, masalahmu aku bisa membantunya. Jika kau kelak kehilangan ayahmu.. aku pun bisa membantumu mengelola perusaha’an. Tetapi aku tidak akan bisa punya hubungan lebih dari itu.”

Mata Xia mulai berkaca-kaca, padahal Mikel tadi terlihat begitu kooperatif dengannya.

“Tapi kenapa Mikel?”

“Aku tidak percaya dengan cinta..”

Xia menarik napasnya dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar baru kemudian menghembuskannya perlahan lewat mulutnya. Menatap lurus mata Mikel.

“Bagaimana kalau aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku?”

“Kau tidak akan pernah bisa…”

“Kenapa yakin sekali?”

“Karena aku tidak pernah jatuh cinta..”

“Camkan, aku akan menjadi cinta pertamamu Mikel..”

“Silahkan saja jika kau bisa Nona.”

Mereka bertatapan tajam. Mikel sama sekali tidak peduli jika perasaannya Xia terluka saat ini. Membuatnya jatuh cinta? Tidak akan pernah. Menikahinya dan diperalat oleh ibunya? Mikel tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Lampu restoran mati secara tiba-tiba, di luar mobil-mobil saling bertabrakan karena lampu lalu lintas mati seketika. Bunyi klakson yang tertindih saling sahut menyahut, orang-orang berteriak kesakitan, seketika jalanan kini berlumuran darah bercampur hujan, sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh tanpa bisa direm pemiliknya datang dari ujung jalan melaju kearah Xia dan Mikel yang sedang saling menatap tajam.

Dengan sigap Mikel menarik Xia sejauh mungkin, bersama ke dalam dekapannya sebelum bagian depan mobil nyaris menubruk keduanya, syukurlah Mikel punya langkah kaki yang panjang sehingga menghindari insiden ini. Mereka kini sedekat nadi, Xia bisa merasakan detak jantung Mikel dan dadanya yang bidang naik turun tidak beraturan. Dia dipeluk sangat erat secara spontan, ia bahkan bisa merasakan panas hembusan napas Mikel menerpa bagian atas kepalanya. Xia meski terkejut masih sempat mendongak ke atas menatap Mikel yang nyalang memperhatikan jalanan di luar yang sedang kacau. Membayangkannya saja membuat Xia merasa ngeri. Membuatnya tidak berani menoleh ke belakang. Aroma tubuh Mikel membuatnya merasa aman dan nyaman, sungguh memabukkan.

Tanpa sadar ia membenamkan kepalanya ke dada Mikel sambil memegangi kanan dan kiri kemeja Mikel, lelaki itu tidak protes ataupun menolak karena terlalu sibuk mengamati situasi. Pegawai restoran berkerumun menyelamatkan pengemudi mobil, ada yang sibuk mengecek sinyal, berteriak histeris, pengunjung lainnya sama bingungnya karena akses telepon terputus. Semua jaringan mati.

“Listrik mati, jalanan menjadi kacau..” Mikel mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ecco, jika jaringan terputus setidaknya Ecco adalah satu-satunya yang bisa tetap aktif. Mikel menggunakan jaringan cadangan yang tidak pernah terbayangkan akan ia gunakan sekarang. Saking jarangnya dan tidak mungkin. Jika ia gunakan, artinya dunia sedang tidak baik-baik saja.

Sambil tangan kirinya masih mendekap bahu Xia, entah sudah berapa lama mereka berpelukan. Atau lebih tepatnya perempuan berambut krem ini menempel ke tubuhnya karena ketakutan.

“Ecco… ayo angkat…”

“Boss! Ada apa?”

“Kenapa lama sekali?!”

“Aku mengajak Lennon mengelilingi rumah Boss, beberapa ingatannya ternyata tidak sinkron dengan waktu sekarang.”

“Bagaimana keadaan rumah? Di sini mati total, terjadi banyak kecelakaan. Semua jaringan lumpuh, coba kau lihat ke luar sebentar!”

Ecco menjauhkan ponsel dari telinganya, Mikel yang sedang marah-marah. Ia menengok jendela, Lennon mengikutinya, mereka melihat pelangi yang sangat indah di hamparan pepohonan yang menjulang tinggi asri dengan semak bunga di bawahnya, pelangi dengan warna warni yang membuat siapapun kagum.

“Cerah Boss! Bahkan ada pelangi. Daerah kita aman-aman saja, coba ku lihat berita..”

Ecco mengakses berita, terjadi kelumpuhan total di daerah tempat Xia dan Mikel berkencan.

“Di sini Lennon baik-baik saja, jangan khawatir. Kau perlu bantuanku untuk pulang?”

“Sepertinya tidak bisa Ecco, ada yang aneh..”

Namun Mikel teringat dengan Lennon, apakah Lennon dan Xia jika bertemu akan saling mengenali? Ataukah bukan Xia ibu dari anak itu? Kenapa Lennon tidak mengingat siapa ibunya?

Apakah Lennon mengalami semacam turbulensi karena melintas waktu? Sehingga ingatannya tentang masa depan sedikit kabur?

Mikel mematikan sambungannya dengan Ecco. Merasa tenang karena kelumpuhan tidak terjadi di seluruh negeri. Polisi dan para petugas medis berdatangan dengan berjalan kaki, nampaknya mobil juga tidak bisa bergerak. Keadaan menjadi sangat kacau.

Mikel menunduk, hidungnya langsung bertemu dengan kepala bagian atas milik Xia. Bau shampo khas kesukaan wanita, Mikel mengangkat sebelah alisnya. Sedang memikirkan bagaimana cara membuat perempuan ini sukarela melepaskan pelukannya yang sangat kuat. Ia bisa merasakan sesuatu yang asing menempel padanya, sembari mengingat-ingat kapan terakhir kali dipeluk perempuan? Seminggu lalu oleh ibunya, dan 10 tahun lalu dipeluk kakaknya.. oh, bukan.. saat Mikel masih SMP. Aeri memeluknya karena berhasil membetulkan mainannya.

Pada dasarnya Mikel memang tidak pernah punya pengalaman dipeluk wanita manapun. Mikel memakai tangan kanannya untuk mengangkat dagu Xia, mereka bertatapan begitu dekat. Keheningan meliputi keduanya selama beberapa detik karena tatapan mereka terkunci.

“Kau tidak apa-apa?” Xia memecahkan lamunan Mikel. Karena Mikel tadi menariknya dengan cepat untuk menghindari mobil, melangkah menjauh sedangkan ada banyak meja dan kursi. Xia khawatir Mikel membentur sesuatu dan lecet.

“Tidak apa-apa.., kau sendiri?”

“Aku tidak masalah..”

Mikel mendekatkan hidungnya ke hidung Xia, membuat Xia menundukkan tatapan matanya karena malu. Mikel mengusap bibir bawah Xia beberapa kali untuk merasakan kelembutannya.

“Jantungmu berdetak begitu keras, kau tidak marah saat aku melakukan ini. Kau ingin menggodaku?”

Selama beberapa saat pikiran Xia terasa kosong, karena jemari tangan kanan Mikel mempermainkan bibirnya, ibu jari itu mengusapnya ke kanan dan kiri dengan intens, mencubitinya kecil-kecil dan memaksa telunjuknya masuk ke dalam mulutnya. Sedangkan tangan kirinya mengusap-usap bahunya ke atas dan ke bawah dengan lembut, membuat pengait bra Xia terlepas. Tanpa Xia sadari sejak tadi sesekali dia mengerang dan napasnya terputus-putus dan kakinya terasa seperti jeli.

Mikel hanya tertawa ringan mendengarkannya sembari mengamati wajah Xia yang terlihat memerah lebih dari sebelumnya. Ia sepertinya memang sengaja membuat Xia menjadi gila seperti ini. Entah apa yang mendorongnya melakukan ini, sedangkan tadi dia begitu terfokus mengamati situasi yang sedang kacau dan ingin sekali memperbaiki jaringan di sekitar agar semua lampu menjadi hidup serta lalu lintas kembali berjalan normal.

Mikel lalu melepaskan pelukannya Xia secara perlahan, berjalan pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia langsung berbicara dengan pemimpin daerah setempat. Xia memegangi baju depannya sendiri, perlahan-lahan jatuh terduduk di kursi sampingnya. Merasa bodoh selama beberapa saat.

Lampu mati dan tidak banyak cahaya menerangi sudut mereka, orang-orang sibuk menyaksikan evakuasi, ia harap tidak ada yang menyaksikan mereka tadi. Ia menantang Mikel agar bisa jatuh cinta padanya, tetapi justru ia kalah duluan. Ialah yang jatuh cinta pada Mikel..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status