ANAK YANG KUBENCI 15Kasih ibu sepanjang jalan "Berjanji lah, Rita," ibu menatapku dengan sorot memohon. Aku menarik nafas dan menghembuskan pelan, lebih baik aku mengiyakan saja biar ibu senang dan cepat sembuh."Insha Allah, Bu," jawabku sekenanya yang penting keluar dari topik ini. Kuambil odol dan sikat gigi dari tas lalu berjalan ke kamar mandi. Sempet kulirik ibuku yang tersenyum lega.Agak siangan Bulik Mulyati yang biasa kusapa Lek Yati datang menjenguk. Perempuan bertubuh subur dengan rambut ikal itu membawa rantang susun berisi makanan. Menggelar tikar di lantai, Lek Yati mulai melepas satu persatu rantang dari kaitannya dan mulai menata di tikar. Ada nasi, sayur labu siam, tempe dan bandeng presto goreng. Aroma masakan menguar memenuhi ruangan rupanya semua masakan masih panas. Hmm menggugah selera. Ibu tidak tidur, matanya melek bahkan sempat melihat ke bawah. "Makan, Mbakyu," Lek Yati melihat kakaknya. Ibu tersenyum dan menggeleng. "Aku suapin, Bu? Enak lho sayur lab
ANAK YANG KUBENCI 16Semua Salah Kayla Pengajian untuk Ibu sudah selesai, kami mengadakan tahlilan hanya tiga hari saja sudah cukup. Selanjutnya doa dari anak yang Sholeh dan shalihah adalah yang utama. Aku berjanji akan selalu menyebut nama ibu di setiap doaku.Kehidupan kembali normal, orang-orang juga sudah tidak ada yang membantu pekerjaan di rumahku. Aku pun belajar mengiklaskan bahwa semua adalah kehendak Allah. Sesekali Lek Yati, Yunia, Retno datang berkunjung, mereka membawakan makanan untukku dan Kayla. Oh ya, Kayla sudah tidak masuk sekolah. Rencananya hari ini Retno akan datang ke sekolah Kayla untuk meminta keluar anak itu dari sekolahnya. Terpaksa kubawa Kayla ke Jakarta. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana karena keluarga besar Ibu tidak ada satu pun yang membicarakan nasib Kayla. Tidak satu pun dari mereka menawarkan diri untuk mengasuh Kayla. Entah lah, mungkin takut ketiban sial. "Kay, kemasi barang-barangmu, besok sore kita berangkat ke Jakarta," kataku pada gadis
ANAK YANG KUBENCI 17Tidur Bersama Kayla?Menangis tersedu aku di kamar. Perasaanku seperti diaduk-aduk, Ibu meninggal, rumahku hilang dan sekarang aku harus hidup bersama Kayla. Aku benci anak itu huhuhu ....Bagaimana nanti kalau aku ditanya sama anak kost yang rata-rata adalah anak buahku di pabrik? Aku takut malu, takut jadi bahan pembicaraan bahkan bahan olokan? Kupikir aku sudah bebas dari Kayla. Meninggalkan anak itu di desa dan meniti karir di kota besar. Takdir ... Kenapa harus begini? Kembali aku tersedu-sedu. Duduk dengan memeluk guling, aku juga berpikir, bagaimana kalau nanti Pak Aria tahu, Kayla adalah anakku? Huhuhu aku benci!!**Setelah semuanya siap, aku menunggu mobil travel yang akan menjemput. Kulirik Kayla di sebelahku, gadis itu tidak berbicara apapun padaku, dia diam membisu. Mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru jeans dan celana panjang jeans warna senada, Kayla terlihat cantik. Tidak kupungkiri, anak haram ini memang punya paras yang sebelas dua bela
ANAK YANG KUBENCI 18Bab 18Kontrak Rumah "Tidur situ,"Dengan dagu aku menunjuk kasur sebelah sana, yang dekat tembok. Kayla beringsut naik tempat tidur lalu dengan sangat pelan, gadis kecil itu merebahkan dirinya menghadap tembok. Kulempar selimut padanya, kuberi dia bantal karena ada dua. Untuk guling karena cuma satu, itu milikku.Malam semakin larut, aku belum bisa tidur. Melirik sebentar pada Kayla di sebelahku yang meringkuk tanpa bergerak, lalu aku menengadah melihat ke atas pada lampu yang menyala temaram. Mana aku bisa tidur kalau sempit begini? Ini hanya kamar kost untuk single dengan kamar berukuran 3x4 saja. Tempat tidurnya juga kecil ukuran 160x200 sedangkan Kayla tubuhnya bongsor sudah hampir sama denganku. Padahal aku sudah nyaman tinggal di sini, gara-gara ada Kayla terpaksa aku harus pindah mencari kontrakan. Suara ayam berkokok terdengar sayup-sayup, sudah pagi rupanya. Tanganku meraba bawah bantal mencari ponsel untuk melihat jam. Jam empat kurang dua puluh, sud
ANAK YANG KUBENCI 19Berdamai dengan Kayla Masih terpaku dalam ingatan masa lampau, tentang Ibu, Bapak dan aku. Seperti film yang sedang diputar, ingatanku kembali pada masa aku SMA. "Ibu, nanti aku ada belajar kelompok, uang sakunya tambahin, ya?" Kataku sambil memakai sepatu. Ibu mengangguk. "Tambah berapa?" "Lima puluh," jawabku. Ibu pun memberiku uang tujuh puluh ribu rupiah, perinciannya uang saku dua puluh ribu dan tambahan untuk belajar kelompok lima puluh ribu. Sebenarnya tidak ada belajar kelompok. Aku dan teman-teman hanya bermain saja ke kota kabupaten untuk jalan-jalan dan nongkrong. Berbonceng- boncengan sepeda motor. Aku tidak membeli bensin karena Bapak sudah membelikan full. Uang dari Ibu aku pakai membelikan bensin motornya Richard. Rasanya bangga banget saat itu bisa mengelabui ibu. Suatu hari, pernah aku merengek meminta ikut ke pasar. Awalnya Ibu menolak karena uangnya mepet tapi, aku menangis dan memaksa. Ibu pun terpaksa mengajakku. Sampai pasar aku memin
ANAK YANG KUBENCI 20Kamu Adalah Adikku "Apa kabar?" Suara berat itu kembali menyapa setelah sebulan lebih tidak mendengar karena kesibukannya di luar negeri. Senyum di bibirku merekah seketika menyambut dia yang sudah lama aku inginkan tuk berjumpa. "Kabarku baik, Mas," balasku dengan panggilan yang lain. Dia sendiri yang mengubah panggilan untuknya aku hanya menurut meski di hati sangat sreg dengan panggilan 'Mas' ini. Ia membuka pintu mobil mempersilakan aku masuk. Hal kecil mungkin tapi, perhatian yang dia berikan ini selalu membuatku meleleh. Ibu pernah bilang kalau aku ini orangnya mudah jatuh cinta hingga terperdaya pesona lawan jenis. Aku tidak percaya. Buktinya setelah kejadian sama Richard, aku tidak pernah jatuh cinta lagi. Sulit bagiku membuka hati setelah melalui perjalanan hidup yang menggoreskan luka. Hinaan yang kuterima, aib yang kutorehkan pada kedua orang tua hingga anak haram yang kumiliki. Semua menempaku menjadi pribadi yang lebih kuat dan matang. Dari semu
ANAK YANG KUBENCI 21Bestie with Kayla "Ini, silakan dicoba," Mas Aria dan Kayla duduk bersebelahan, pelayan mengambil jam dari kotak dan memasangnya di tangan Kayla. "Bagus, ya, Kak," tangan kanannya diangkat dan ditunjukkan padaku yang duduk di sebelah kiri Mas Aria. Aku tersenyum tipis dan mengangguk. Jelas aja bagus, harganya juga bagus. Awas kalau berani minta! "Suka?" Tanya Mas Aria. Sambil senyam-senyum, Kayla memilang-miling jam di tangannya. Aku tahu, dia sangat menginginkannya tapi, aku tidak setuju bila Kayla memintanya dari Mas Aria. "Suka banget!" Serunya dengan mata membulat. "Mbak, mau itu, dong," kata Mas Aria tanpa basa-basi pada Mbak pelayan toko. "Baik, Pak," si Mbak bergegas mengambil dan menulis nota. "Mas, nggak usah," bisikku dekat telinga Mas Aria. Kesenengen Kayla. "Tapi itu mahal, Kayla masih anak-anak beliin yang kW aja udah seneng," kusenggol lengan lelaki di sebelahku. "Gapapa," katanya sembari menyerahkan card ke Mbak pelayan. Keluar dari gera
ANAK YANG KUBENCI 22Mengajak Berbohong"Baik lah, semoga nanti hari Sabtu aku nggak lembur, ya," kataku akhirnya."Nggak usah takut, Mamaku tidak seperti calon Mertua di cerita novel, kok." Mas Aria tertawa saat mendengar nada ragu dari jawabanku. "Bukan begitu," sahutku cepat, "aku hanya ingin memastikan jawaban saja, kan tadi aku sudah cerita, sekarang pabrik lagi sibuk-sibuknya," elakku. Padahal memang sebenarnya aku belum siap. Belum genap satu tahun hubunganku dengan Mas Aria tapi, usia Mas Aria yang sudah matang membuatnya enggan untuk berlama-lama pacaran. Pun aku juga begitu sejatinya. Buat apa pacaran lama-lama orang usiaku juga sudah tiga puluh dua tahun."Ini minumnya." Kayla datang memecah kebisuan di antara aku dan Mas Aria. Bocah itu membuat satu teko kecil teh dan membawa tiga cangkir. "Ayo kita ngeteh," katanya sembari nyeruput duluan, membuat aku dan Mas Aria tersenyum melihat gayanya mengangkat cangkir. Seperti pendekar Cina dalam C_Drama. Mas Aria pamit pulang