공유

Nyusahin aja

last update 최신 업데이트: 2022-11-20 20:29:59

ANAK YANG KUBENCI 4

Nyusahin Aja

"Ta, aku mau tanya, tapi jangan marah, ya?'

Latifah, teman kostku bertanya. Kulihat dia sekilas, lalu mengangguk. Latifah ini dulu temanku saat SMA tapi beda jurusan dan beda kelas. Tinggalnya masih satu kecamatan sama aku, beda desa saja.

"Dulu waktu kamu hamil, kenapa tidak digugurin aja?" Tanya Latifah hati-hati. Ini pertanyaan sensitif, dan Latifah baru berani bertanya setelah sekian tahun.

"Terlambat," jawabku santai, tanganku tetap nguprek HP.

"Maksudnya?"

Ck! Gitu aja nggak ngerti, Latifah ini nggak pernah berubah dari dulu begonya.

"Orang tuaku baru tahu aku hamil setelah enam bulan. Selama itu, aku sendiri bingung mau ngapain. Kalau sekarang sih gampang, banyak orang jualan obat telat mens di online," aku tertawa kecil,Latifah juga.

"Kamu nyesel nggak sih, Ta?"

"Nggak!" Jawabku cepat. Aku pindah naik ke kasur. Duduk bersandar di dinding dengan menekuk kedua lutut.

"Buat apa menyesal, nangis darah pun semuanya sudah terjadi," suaraku datar. Latifah terdiam, pun aku.

"Yang aku sesali adalah kenapa anak itu hidup," netraku menerawang.

"Kenapa?"

Aku menoleh Latifah dengan sedikit gusar, bego banget sih ni anak.

"Masak gitu aja nggak tahu, sih?" Sungutku dengan cemberut.

"Emang nggak tahu," Latifah menjawab tanpa dosa.

"Dia itu anak pembawa sial! Dan selama ada dia, masalah akan selalu datang padaku!"

Latifah memandangku,"jangan begitu, Ta, setidaknya kamu punya anak. Di luar sana, banyak perempuan yang diceraikan suaminya gara-gara nggak punya anak," Latifah mencoba memberi gambaran padaku.

"Yang kamu bicarakan itu kan perempuan mandul, tapi, aku kan tidak. Kelak kalau sudah menikah resmi, aku akan punya anak lagi, dan itu bukan anak haram!"

"Biar bagaimana pun, Kayla itu anakmu, Ta," ucap Latifah kemudian.

"Dia anak ibuku, dan akan selalu bersama ibuku!" Mataku memicing. Tak akan pernah kuakui Kayla adalah anakku! Kayla tidak punya akte kelahiran karena aku tidak membuatkannya. Status di KTP-ku juga 'TIDAK KAWIN'.

"Kalau misalkan ibumu meninggal terus gimana, Ta?" Latifah ingin tahu banget rupanya.

"Ya biar Kayla ikut," kedua alisku terangkat, bibirku tersenyum.

"Ikut ke mana?"

"Ke akhirat lah, masak ke mall! Bego lu hahaha," tawaku berderai. Latifah geleng kepala.

"Gila lu, Ndrooo!"

**

Di pabrik, aku bekerja sebagai penjahit. Berbekal ijazah menjahit dari kursus yang kudapatkan di kampung.

Kerja di pabrik tidak banyak menggunakan otak. Ketrampilan dan keahlian diperlukan di sini. Bekerja di dunia wanita memang penuh aroma cemburu. Saling sikut, adu mulut dan teriakan adalah makanan sehari-hari.

Aku tidak bodoh. Meski bukan nomor satu, dulu waktu sekolah aku selalu berada di urutan rangking sepuluh besar. Cita-citaku dulu adalah menjadi Polwan, tapi semuanya kandas karena kelahiran bocah sialan bernama Kayla itu! Kudengar, katanya masuk Polwan harus perawan tingting. Sedangkan aku, perawan bolong.

Hanya butuh waktu dua hari, aku langsung bisa menguasai mesin Juki peganganku. Dari menjahit bagian yang paling mudah hingga yang paling susah seperti memasang collar aku kuasai semuanya dalam waktu kurang dari satu bulan.

Aku belajar berbagai jenis mesin. Bila waktu istirahat tiba, aku hanya menggunakan lima belas menit saja. Aku kembali ke line lebih awal, karena aku menggunakan sisa waktu istirahat untuk belajar mesin spesial seperti mesin pasang kancing, mesin obras, dan overdeck.

Dengan sedikit ilmu menjilat ~yang aku pun sebenarnya muak ~ aku berhasil menjadi anak emas supervisor hingga kepala divisi line. Mereka berjanji untuk merekomendasikan jabatan supervisor untukku bila dibutuhkan.

Gaji awalku sebagai buruh pabrik di kota besar adalah sekitar empat jutaan. Kukirim ke Ibu lima ratus ribu, sisanya buat kebutuhanku di sini seperti bayar kost, makan sehari-hari dan bersenang-senang.

Pikirku cukup lah buat ibu sendiri lima ratus ribu. Di kampung, ibu menanam beragam sayuran seperti bayam, singkong, cabe, tomat dan lainnya. Juga ada kolam lele di belakang rumah. Kalau untuk makan sehari-hari cukup lah buat Ibu saja.

Buat Kayla? NO!

Aku tidak akan memberi sepeser pun untuk anak itu. Peduli amat, bapaknya aja nggak peduli! Kayla mau hidup seperti apa, sekolah atau tidak, bukan urusanku. Cukup aku melahirkan dia, itu sudah membuatku mengutuk diriku sendiri seumur hidup.

**

"Rita, tahun ini Kayla masuk SD lho, tolong bantu uang masuknya, ya?"

Itu permintaan ibuku saat aku video call dengan dia. Keningku langsung mengerut.

"Sekolahin di negeri aja, Bu, gratis!" Jawabku, "nanti seragamnya minta bekasnya Yunia aja, kalau perlu sepatunya juga," jawabku kesal. Apa apaan Ibu minta uang aku buat Kayla. No way lah!

"Rencananya, Ibu mau masukin ke SDIT, biar pinter sekolahnya juga pinter agamanya," sahut ibuku lagi.

"Hallah, Bu! Kayla itu nggak usah dimanjain. Ngapain Ibu mikirin dia, pikir diri Ibu sendiri. Udah tua, nggak usah capek-capek." Kataku berang. Orang tua kok susah dinasehati.

"Udah ya, Bu, kalau Rita punya uang ya tak kasih. Kalau nggak punya ya nggak. Nggak usah ngarep."

Aku menutup telepon dengan perasaan geram. Kesal aku, kenapa Ibu harus susah-susah ngurusin Kayla sih, biarin anak itu cari sekolah sendiri, kalau tidak mau ya nggak usah sekolah. Gitu aja kok repot.

Lagi-lagi Kayla membuatku jengkel! Kulempar HP di kasur. Nyusahin aja!

Bersambung

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Athaya
Bener" ya sie Rita bikin emosi ......
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Anak yang Kubenci    End episode/ Kayla Anakku

    ANAK YANG KUBENCI 40End episodeKayla Anakku "Mas, aku ingin bicara ..." Kataku saat hanya berdua saja di kamar bersama Mas Aria. Suamiku mengenakan kaosnya kemudian berjalan ke depan cermin yang menempel di dinding depan meja rias. Mas Aria menyisir rambutnya yang basah. Kebetulan Suamiku habis mandi. Dia kalau mandi malam soalnya pulang kerja juga malam. Sehabis Isya."Ngomong apa?" Mas Aria duduk bersandar di tempat tidur, di sebelahku. Aku memiringkan tubuh, salah satu tangan menyangga kepalaku sehingga aku bisa melihat wajah Mas Aria lebih dekat. Masih ganteng dan gagah di usianya yang setahun lagi menginjak 40."Tentang ...," Berhenti dulu sebab aku merasa sedikit sungkan. "Apa sih?" Mas Aria mengambilnya ponselnya dan mulai mengusap usap layarnya. Sempat terpikir untuk tidak jadi ngomong tapi, ini penting demi hubunganku dengan Mas Aria ke depannya. "Tentang bayi tabung, Mas," kataku akhirnya. Mas Aria tidak bereaksi, tetap sibuk dengan ponselnya. Aku menunggu. "Kenapa d

  • Anak yang Kubenci    Bayi tabung

    ANAK YANG KUBENCI 39Bab 39Bayi Tabung "Mama tidak melarangmu berteman dekat dengan cowok, Kay," kataku saat hanya berdua dengan Kayla. Kami memasak bersama. Kayla mendengarkan sembari tangannya asyik memisahkan toge dari akarnya. Hari ini, aku dan Kayla sepakat memasak soto daging sapi. "Kayla nggak pacaran, kok."Aku tersenyum melirik Kayla. Gadis itu menunduk mungkin malu. Aku pernah muda pernah mengalami fase seperti yang sekarang sedang melanda Kayla. Anak seusia mereka jarang yang mau mengaku kepada orang tuanya bila memiliki pacar. Mereka cenderung tertutup dan sembunyi sembunyi. Karenanya aku mengajak bicara anakku supaya dia bisa lebih terbuka denganku, Mamanya. Seorang Ibu juga harus bisa menjadi 'teman' untuk anak gadisnya. "Mama juga lebih suka menyebutnya teman dari pada pacar, Kay." Aku mengambil potongan besar daging berukuran besar yang sudah empuk dari panci presto kemudian mengirisnya menjadi bagian kecil-kecil. Bite size. Supaya mudah dikunyah. "Sebab bertem

  • Anak yang Kubenci    Kebahagiaan Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 38Bab 38Kebahagiaan Kayla Membuka lagi foto dan video yang dikirim Kayla dari Manado aku tersenyum sendiri. Raut wajah bahagia terpancar dari setiap tawa Kayla yang terekam kamera. Ada foto saat dia memakai alat snorkel untuk bersiap menjelajah dangkal di perairan Bunaken bersama kedua adiknya. Dari lengan Kayla yang terlihat merangkul kedua anak lelaki yang berdiri di samping kiri dan kanannya, aku tahu Kayla menyayangi mereka. Scroll lagi pada foto-foto yang lain. Saat sebelum makan malam bersama keluarga, Kayla menyempatkan berfoto selfie. Bisa kulihat kekompakan keluarga Richard bersama Kayla meski baru beberapa hari bertemu. Senyum Kayla dan Richard sangat mirip. Ada lagi foto yang membuatku merasa entah lah ... Foto Kayla dengan istrinya Richard. Perempuan cantik berkulit putih itu merangkul Kayla. Senyumnya ceria dan tulus. Kayla juga bercerita kalau Mama Audrey --begitu Kayla menyebutnya-- sangat baik padanya. Selalu menggandeng tangannya kalau berjala

  • Anak yang Kubenci    Bersama Papa

    ANAK YANG KUBENCI 37Bab 37PoV KaylaBersama Papa Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Papa biologis-ku yaitu Papa Richard. Semua atas seizin Mama, kalau tidak aku tidak akan berani. Bagiku Mama adalah segalanya, terutama setelah aku kehilangan Embah Putri, orang yang sangat menyayangiku. Kalau bukan karena wejangan Embah yang kudengar setiap hari, sudah pasti saat ini aku sudah menjadi musuh buat Mama. Embah selalu bertutur baik. Meyakinkan aku bahwa semua yang terjadi padaku, kelahiranku, orang tuaku, adalah takdir yang kuasa. Seorang anak tidak bisa memilih Ibu siapa yang akan melahirkan dia. Pun dengan aku. Bila ditanya sebelum dilahirkan apakah aku mau menjadi anak haram? Pastinya aku menggeleng. Inginku seperti anak yang lain. Punya ayah, Ibu dan mereka menikah sebelum punya anak. Tapi sudah lah itu masa lalu. Bukan untuk dilupakan, dihapus atau dikenang. Ambil pelajaran yang berarti dari sebuah masa lalu yang buruk agar kita lebih waspada dan tidak mengula

  • Anak yang Kubenci    Dia tetap Papa Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 36Bab 36Richard tetap lah PapanyaKening Alina mengerut, kedua alisnya sampai hampir bertaut. Mata perempuan cantik dan elegan ini menatapku dengan bibir yang tersenyum tapi, hanya separuh yang terangkat. Meski kelihatan aneh tapi, tidak mengurangi kecantikannya. "Apa kamu tidak bertanya pada Aria sebelum kalian menikah, maksudku apa kamu tidak mencari tahu dahulu latar belakang calon suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng. Entah aku ini yang lugu atau bodoh. Jujur aku sangat terpesona dengan Mas Aria. Kebaikannya, penampilannya yang low profile, santun, dewasa dan mau menerimaku apa adanya. Semua itu sudah cukup bagiku menilai dan menerimanya sebagai suami. Sejauh ini, Mas Aria memang lelaki yang baik dan tidak mengecewakan. "Aria baik, dari keluarga yang bibit, bebet, bobotnya bagus tapi, menikah tidak cukup hanya itu. Kalau aku menikah untuk mendapatkan keturunan." Alina bercerita tanpa aku memintanya. "A_aku mencintai Mas Aria, kukira itu sudah cukup ...." Jawa

  • Anak yang Kubenci    Alasan Richard

    ANAK YANG KUBENCI 35Bab 35Alasan Richard mencari Kayla "Aku memang belum pernah punya anak, Rit, tapi aku sudah menganggap Kayla adalah anakku sendiri," ucap Mas Aria dengan menatapku. Rasanya malu, karena membabi-buta aku jadi tak sengaja menyinggung perasaan Mas Aria. Menarik nafas panjang dari hidung hingga terdengar isakan, aku terdiam lama. Kenapa masalah Richard tidak pernah selesai merundung hidupku. Kupikir, setelah belasan tahun berlalu, Richard sudah musnah dan tidak akan pernah kembali. "Sudah malam ayo kita ngobrol di kamar," ajak Suamiku. Merangkul pundak, Mas Aria membimbingku masuk ke kamar. Mas Aria mengambil sendiri baju ganti kemudian masuk ke kamar mandi. Aku hanya duduk diam membisu dengan perasaan yang entah lah, rasanya campur aduk. Benci, marah, sakit, geram, kesal, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sesak menggumpal di dada. Hingga Mas Aria keluar dari kamar mandi, aku masih dalam posisi yang sama, duduk diam dan menangis di bibir tempat tidur. "

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status