Share

BAB 26

Lamat-lamat kudengar suara berisik dari arah depan rumah. Aku terkejut saat melihat jam dinding yang menunjuk angka setengah enam pagi.

Astaga!

Aku hampir melewatkan waktu sholatku. Tanpa berpikir dua kali aku segera ke kamar mandi untuk mengambil wudu kemudian sholat dengan sedikit tergesa. Kurasa efek teramat lelah membuatku tak mampu mendengar suara adzan subuh.

Tiba-tiba hatiku kembali gerimis. Bayangan wajah Ayah dangan kopyah usangnya melintas di kepalaku. Baju koko putih entah dari lebaran berapa tahun yang lalu selalu setia menemani langkah lelaki itu menunaikan kewajibannya.

Sungguh aku merasa sangat kecewa pada diriku sendiri. Demi mewujudkan cita-citaku entah harus berapa ratus kali dia selalu mengabaikan kepentingannya. Tak pernah kulihat ada baju baru yang melekat di tubuh tuanya. Uang pensiunan yang tak seberapa didekap erat ibu tiriku tanpa bisa disentuh oleh tangan lelaki itu.

Untuk menyekolahkanku Ayah mengandalkan tenaganya yang sudah ringkih itu menjadi buruh k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status