Share

Bab 4

Author: Ema Ahman
last update Huling Na-update: 2023-05-06 15:44:54

Teguh masih diam membatu. Sulit baginya untuk menjelaskan situasi ini. Sementara bagi Puspa biar bagaimana pun tetap saja kabar ini menggembirakan meskipun dia mengerti posisi putranya pasti sulit saat ini.

"Mama rasanya masih tidak percaya ini. Mama paham ini pasti tidak mudah untukmu, tapi Teguh, kamu perlu tahu. Mama mendukung kamu sepenuhnya.

Ya, Mama mengerti dari sudut pandang perempuan mungkin Mama sedikit keterlaluan tidak memikirkan perasaan Anggre, tapi sebagai manusia normal Mama juga ingin seperti orang lain. Mama ingin juga menimang cucu seperti teman-teman mama yang lain, Guh.

Alhamdulillah sekarang kamu akhirnya sadar kalau pilihan kamu selama ini tidak memiliki anak adalah pilihan yang salah," kata Puspa mencoba membesarkan hati putranya.

Teguh menggelengkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh ibunya benar, tapi bagi Anggre tentu saja itu tidak benar. Entahlah, Teguh juga merasa terjebak di situasi ini. Terjebak dalam pernikahannya dengan Anggraini, dan di sisi lain terjebak dalam pernikahan yang lain dengan Merry. Kedua-duanya tidak bisa ia lepaskan salah satunya.

Puspa menarik kembali ponselnya dari tangan Teguh. Ia melihat sosok lucu gadis kecil di ponsel itu dengan senyum.

"Jadi ini cucu Mama? Wah, cantiknya. Siapa namanya, Guh? Umur berapa dia?" tanya Puspa.

Ia mencoba mengabaikan perasaan gundah gulana putranya itu.

Teguh memijat pelipisnya yang mulai berkeringat.

"Untuk apa Mama bertanya. Bukankah seharusnya Mama lebih tahu? Mata-mata mama tidak mungkin tidak tahu tentang semua informasi yang mama butuhkan kan?" jawab Teguh sedikit kesal.

Puspa mengelus pipi anak perempuan di ponsel itu.

"Katanya cucu mama namanya Shakila. Wah, kamu pintar juga memilih nama yang bagus. Cuma agak sedikit curang sih. Harusnya untuk anak pertama dan cucu pertama di keluarga perlu andil neneknya memberi nama. Biasanya sih gitu. Teman-temannya Mama juga pada ngasih nama sama cucu-cucu mereka. Ah, Mama jadi sedih deh nggak dianggap," kata Puspa pura-pura cemberut.

Teguh memutar bola mata. Ia tidak suka pada sikap ibunya kali ini.

"Heran, mama bahkan tidak menanyakan siapa ibunya. Apa karena mama sudah tahu?" tebak Teguh.

Mendengar tebakan Teguh, Puspa hanya menghela napas kesal namun juga pasrah.

"Kamu memang benar-benar keras kepala. Tak sia-sia Mama sama Papa kasih nama kamu Teguh. Benar-benar kalau kamu sudah menginginkan sesuatu kamu akan berpegang teguh pada pendirianmu," cibir Puspa.

Riani sedari tadi hanya diam saja. Ia hanya malas ikut campur pada pembicaraan ibu dan kakak sulungnya itu. Bukannya dia tidak senang mengetahui kalau ternyata ia memiliki keponakan, tetapi sebagai seorang perempuan dia bisa merasakan sakit yang akan Anggre rasakan kalau iparnya itu tahu masalah ini nanti.

"Andai sedari awal Mama menyetujui hubunganku dengan Merry, mungkin ini semua tidak akan terjadi," sesal Teguh dengan bibir yang bergetar.

"Bukan salah Mama. Dari awal kita beda agama dengan dia. Wajar mama melarang kamu dengan dia. Perbedaan keyakinan bukan masalah sepele, Teguh. Di agama manapun tak ada yang mendukung pernikahan beda agama. Dan mama sudah pernah memberi pilihan pada Merry ikut keyakinan kita atau tidak sama sekali. Tapi dia tidak mau kan? Apa itu menjadi salah Mama jika tidak merestui kalian? Hmm?" Puspa balas memojokkan Teguh dengan penekanan.

Teguh menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dalam hembusan panjang.

Ingatannya kembali pada masa dimana ia dan Merry masih sekolah. Merry cinta pertamanya. Bahkan mereka telah berpacaran sejak di bangku SMP. Tak hanya cinta monyet hubungan keduanya berlanjut hingga ke SMA.

Saat itu hubungan mereka telah tercium oleh keluarga Teguh. Berkali-kali Puspa memberi teguran pada keduanya, juga pada Merry yang sama sekali bukan merupakan kriteria menantu idamannya karena selain Merry berasal dari keluarga sederhan, agama mereka pun berbeda. Namun hubungan itu tetap berlanjut. Sehingga Puspa merasa perlu mengirim Teguh keluar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

Selama berada di Jepang, Teguh berkenalan dengan adik tingkatnya. Hubungannya yang semakin tidak karuan dengan Merry karena hubungan jarak jauh dan cinta yang tidak direstui membuat Teguh mencoba membuka hati untuk Anggraini.

Puspa yang tahu hal itu mendukung sepenuhnya hubungan keduanya. Patah hati Teguh karena Merry memutuskan hubungan mereka dan menikah dengan pria lain membuat Teguh merasa putus asa. Cintanya pada Merry begitu dalam meski ada Anggraini di sampingnya.

Anggre adalah pribadi yang menyenangkan, dia baik dan mereka sering bersama sepanjang waktu di kampus dan di komunitas mahasiswa yang tinggal di Jepang. Cinta gadis itu begitu tulus padanya. Bersamanya Teguh awet menjalin hubungan hingga tahunan lamanya. Tetapi hatinya masih terasa kosong.

Bukan karena cinta ia menikahi Anggraini, melainkan untuk membungkam mulut orang-orang yang mendesaknya untuk menikah. Namun sebelum menikah telah ia katakan pada Anggraini bahwa ia tidak ingin memiliki keturunan. Dengan dalih kemanusiaan dan kecemasan terhadap over populasi di muka bumi, ia berhasil meyakinkan gadis itu untuk mengadop childfree.

Teguh kejam bukan?

Ia bukannya tidak ingin memiliki keturunan. Ia hanya tidak ingin punya anak dari wanita lain selain Merry. Cinta pertama yang juga merupakan cinta sejatinya.

Dua tahun berselang pernikahan Teguh dan Anggraini baik-baik saja. Adem dan romantis di mata semua orang meski tak banyak juga yang julid karena keputusan mereka untuk child free. Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan lagi ia dan Merry dengan benang merah mereka yang belum sepenuhnya terputus.

Pria itu mendapat kabar kalau Merry telah berpisah dari suaminya. Kondisi wanita itu cukup menyedihkan dengan keadaan ia sedang mengandung Shakila. Rasa yang masih belum pupus di hati membawa Teguh kembali menemui cintanya. Mengulurkan tangan dan merengkuhnya untuk kali ini benar-benar menjadi bagian dari hidupnya.

Tanpa sepengetahuan Anggraini tentu saja, juga tanpa sepengetahuan keluarganya. Ia melangsungkan pernikahan dengan Merry. Kali ini Merry tak lagi berpikir panjang untuk ikut dengan keyakinannya.

Teguh sepenuhnya sadar tak akan selamanya ia bisa menyimpan hubungan pernikahannya dengan Merry, tetapi ia belum siap dengan segala konsekuensi dan resiko akan kehilangan Anggraini juga.

Meski tak sebanyak cintanya pada Merry, tetapi ia juga mencintai Anggraini dan tak akan rela melepas wanita itu dari hidupnya.

"Jadi gimana sekarang? Merry sudah ikut agama kita? Atau jangan-jangan … jangan bilang kau dan dia …"

"Ya, Merry sudah tidak lagi beda keyakinan dengan kita," potong Teguh cepat.

"Baguslah. Mama juga nggak mau cucu mama bingung dengan orang tua yang berbeda agama," tukas Puspa.

Ada kelegaan di hati Teguh mendengar perkataan ibunya. Bukankah itu berarti ibunya telah merestui ia dan Merry. Ah, akhirnya perjuangan berat itu membuahkan hasil juga. Tetapi saat ini kenapa ada batu besar lagi mengganjal di hatinya. Selesai dengan masalah Merry, sepertinya dengan Anggraini akan menjadi masalah besar.

"Jangan bahas ini dulu, Ma. Takutnya entar Mbak Anggre keburu datang," celutuk Riani kali ini mengingatkan.

Mereka tidak tahu di luar rumah Anggraini, sedang terduduk lemas di balik dinding. Sedari tadi ia belum pergi ke warung. Hatinya yang curiga menuntunnya untuk menguping pembicaraan mereka dari luar rumah.

Ia sengaja membuka pagar agar mereka yang di dalam rumah mengira ia sudah pergi dan kemudian ia kembali masuk ke pekarangan samping rumah hanya untuk mendengarkan semua hal yang menyakitkan ini.

Hufft …

Rasanya sesak.

***

Bersambung…

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
jahatnya semoga omonganya teguh doa anaknya nhgsk selamat
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   162

    Anggraini menggeleng mendengar usul Asyif."Sebaiknya jangan, Syif. Aku nggak enak sama Ummi. Walaupun Ummi baik Tapi sebaiknya tidak merepotkan dan melibatkan Ummi dalam hal ini. Selain itu aku nggak bisa ke Jakarta juga karena kerjaan aku kan di sini. Mondar-mandir Jakarta-Bandung akan sangat melelahkan buat aku dan itu pastinya akan mengurangi quality time aku bersama anak-anak. Ini adalah situasi yang berbeda dengan waktu dulu ketika belum ada mereka," kata Anggraini menolak usul dari Asyif."Itu hanya perasaan kamu saja, Anggre. Aku berani bertaruh Kalau Ummi sama sekali tidak akan keberatan Kalau kamu dan anak-anak tinggal bersama mereka di Jakarta. Nenek juga pasti akan senang. Percaya deh sama aku," kata Asyif mencoba menenangkan Anggraini. "Iya aku tau, tapi ...""Begini saja," sela Asyif. "Kita telepon Ummi sekarang dan kita coba tanya pendapat Ummi bagaimana baiknya solusi Ummi terhadap masalah ini."Anggraini tidak setuju. "Aku tidak setuju, Asyif. Bagaimanapun Ummi tidak

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 161

    Puspa tergagap mendengar pertanyaan memojokkan dari Asyif. “A-apa maksudmu? Saya datang sendiri ke sini. Saya saja tidak tahu di mana Teguh saat ini. Kok bisa-bisanya kalian memojokkan saya seperti ini?” jawab Puspa mencoba membantah tuduhan Asyif padanya.Sementara itu Anggraini melihat pada Asyif dengan pandangan bertanya apakah yang dikatakan oleh Asyif itu benar.“Benarkah? Mas Teguh ada di sini?” Kini Anggraini ganti mengalihkan perhatian kepada Puspa.“Aku sudah bilang kalau aku ke sini sendiri. Kenapa kalian tidak percaya?” bantah Puspa.“Setahuku Mama tidak tahu menyetir mobil. Jadi mana mungkin bisa datang ke sini sendiri,” kata Anggraini tak percaya.“Aku datang ke sini dengan angkutan umum,” jawab Puspa lagi mencari-cari alasan.Anggraini semakin tidak percaya karena lokasi rumahnya tidak dilewati oleh angkutan umum. Dan lagi pula, seorang Puspa tidak mungkin mau menaiki transportasi umum. Anggraini sangat tahu persis hal itu.Anggraini tertawa kecil. Setelah itu ia gegas

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya. “Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya. Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar. “Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!” “Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini. “Hah! Izin dari p

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status