Share

18. HARI KETIGA, KERJA PARUH WAKTU #1

Akhir pekan, aku mengisi jam kerja yang kujanjikan pada Kakek. 

Lebih tepatnya, tengah malam, aku ke toko kelontong dan mendapati Louist berdiri di luar toko menatap bintang. Tidak biasanya tengah malam begini dia ada di toko kelontong, tetapi kupikirkan kalau aku juga begitu. 

“Mau menangis?” sapaku. “Lebih baik di pundak Laura.”

Dia menoleh, mendapatiku. Dalam detik itu juga, dia menyipitkan matanya. “Orang idiot macam apa yang keluar hutan tengah malam?”

“Tidak bisa tidur.” Aku berdiri di sampingnya. “Rindu masa lalu?”

“Apa urusannya?”

“Tumben sekali kau tidak di gudang kontainer bau asam itu. Jadi, mungkin kau mengingat masa lalu karena kita pernah melakukan ini. Melihat langit dan tidak bicara apa pun.”

Dia terdiam selama beberapa saat, sampai akhirnya berkata, “Aku benci melankolis sepertimu.” Dia beranjak masuk ke toko, tet

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status