Share

19. HARI KETIGA, KERJA PARUH WAKTU #2

Begitu malam tiba, aku kelupaan satu hal yang harus kulakukan.

Rena mengetuk dinding kayu berulang kali, bahkan hampir meninjunya. Aku bersimpuh di depannya, tidak bisa berkata apa-apa.

“Tidak bisakah kau memberitahuku kalau ingin pergi?” Nada suaranya seperti ingin meremasku habis-habisan. “Kau pernah membayangkan bagaimana aku tidak menemukanmu di mana-mana sementara tempat ini tidak punya sesuatu yang bisa membuatku terhubung denganmu? Kamera pengawas—”

“Maaf.”

“Kalau saja aku tidak melihat kamera pengawas,” sergahnya, tidak peduli ucapanku, “orang idiot macam apa yang tengah malam pergi ke hutan?”

Itu persis seperti yang dikatakan Louist. “Maaf.”

“Dengar, aku yakin kau sudah terbiasa melakukan itu, keluar tengah malam atau semacamnya, tapi tidak bisakah kau memikirkanku? Tidak bisakah kau sedikit berpikir ada yang mencemaskanmu karena dia tidak ingin terj

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status