Share

Perkumpulan Pria

Author: nura0484
last update Huling Na-update: 2021-04-19 17:26:35

Wijaya menatap Vita yang tampak lemas setelah hubungan intim mereka, Wijaya sadar dengan kehamilan Vita seperti ini membuat terbatas dalam bergerak. Pernikahan Mira dan Regan berjalan sangat lancar dan yang mengejutkan adalah Austin menerima perjodohan yang dilakukan ibunya dengan wanita yang mementingkan penampilan bernama Helena.

“Baru tahu Mira sangat memuaskan di ranjang” ucap Regan ketika mereka berkumpul “kamu kapan akan menikah?” mengalihkan pandangan pada Yuta yang terdiam.

“Nanti tunggu saja” jawab Yuta santai.

“Sudah ada kandidat sepertinya” goda Austin yang hanya diberikan senyuman oleh Yuta “Helena sangat berbeda dengan Hera bahkan dekat sekali dengan ibuku, aku tidak tahu apa yang dia gunakan untuk menjebak ibuku” keluh Austin menatap jauh “hatiku tidak berubah masih pada Hera sampai kapan pun.’

“Kamu harus membuka diri bukan terjebak pada masa lalu” semua menatap Wijaya yang tiba – tiba menjadi bijak “Vita yang meminta untuk bicara denganmu karena katanya jika kamu seperti ini terus Hera tidak akan tenang di sana.”

Wijaya tidak berbohong karena Vita sering kali berbicara mengenai Hera dan Austin di mana merasa kasihan tapi tidak ingin membantu karena Austin harus bisa lepas dari bayang – bayang Hera. Alasan lain kenapa Mira tidak menerima Austin bukan karena ibunya melainkan tidak ingin dalam rumah tangga sang suami masih memikirkan orang lain meski orang tersebut telah tiada. Wijaya mengambil kesempatan ini untuk berbicara dengan Austin karena pastinya mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berkumpul.

“Bagimana kehamilan Vita?” Yuta mengalihkan perhatian dengan menanyakan Vita.

Usia kehamilan yang tidak muda lagi membuat Vita harus terbatasi dalam bergerak tapi bukan Vita namanya jika duduk diam karena tanpa sepengetahuan Wijaya selalu pergi bersama Mira ke mall untuk sekedar belanja hal tidak penting atau ke mana saja yang dia inginkan. Wijaya bukan apa – apa hanya saja takut terjadi hal tidak baik pada Vita dan bayinya serta Mira karena bagaimana pun Mira adalah istri sahabatnya.

Regan mengalihkan pembicaraan tidak penting mereka tentang bisnis yang mereka jalani, Regan memang layak berada di posisi ini di mana segala penilaiannya selalu tepat tapi begitu Regan lemah jika menilai orang lain dan lambat dalam mengambil keputusan. Yuta lebih hati – hati tapi setiap ide yang dikeluarkan selalu tepat sasaran dan Austin paling alih dalam melobi orang setiap proyek atau kerjasama yang dirinya buat akan berakhir dengan manis, sedangkan Wijaya selalu bisa menilai orang ketika menempatkan di posisi yang tepat seperti seketarisnya saat ini.

Kerjasama dengan pemerintahan berjalan lancar sejauh ini karena menggunakan nama besar H&D Group sehingga mereka tidak bisa berbuat macam – macam, bahkan laporan keuangan diperiksa dengan baik oleh Wijaya sendiri. Sejauh ini laporan keuangan tidak ada yang mencurigakan, meski terlihat tidak mencurigakan Yuta meminta orang untuk mengawasi langsung semua proses yang ada agar bisa membandingkan satu dengan yang lain. Wijaya dan yang lain setuju dengan usul Yuta sehingga mereka mencari salah satu pegawai yang bisa dipercaya, di mana akan ditempatkan bersama mereka tanpa menandakan jika diawasi dan sejauh ini berjalan lancar.

“Sudah lama gak mendaki terakhir waktu masih ada Hera, kira – kira gak ada keinginan naik lagi?” Austin memandang yang lain bergantian.

“Kamu gak lupa kan Vita hamil?” Yuta memandang Austin sambil menggelengkan kepala.

“Sangat ingat makanya aku bicara gitu karena ada maksud” semua memandang Austin bingung tapi tiba – tiba Austin menatap Wijaya dan Regan dengan tatapan memohon “bagaimana jika kita mendaki dan kedua wanita itu menyelidik bagaimana Helena.”

“Gak harus naik juga kali” omel Regan “kita bisa ke villa gitu.”

Austin menggelengkan kepala “bosen villa mulu lagian udah lama kita gak naik.

Wijaya menggelengkan kepala “Vita hamil pamali kata orang tua kalau kita melakukan hal begitu” semua langsung tertawa mendengar perkataan Wijaya.

“Orang tua kamu yang bilang?” goda Regan membuat Wijaya cemberut.

Wijaya hanya menjaga agar jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan apalagi kedua orang tua mereka sering percaya pada hal – hal yang seringnya tidak masuk di akal. Wijaya menatap jam yang sudah menunjukkan waktunya pulang dengan segera mereka pulang karena sudah ada yang menunggu di rumah kecuali Yuta dan Austin, meski begitu mereka tetap ikut pulang dan entah melakukan apa. Wijaya pulang bersama Yuta karena ada yang akan dikerjakan di sekitar tempat tinggalnya, bila nanti terlalu malam maka akan tidur di rumah Wijaya atau tempat tinggal yang ada di sana.

“Kamu banyak berubah semenjak menikah” Wijaya menatap Yuta sekilas “aku senang melihatnya karena diantara kita hanya kamu yang lurus dan bersyukur karena Vita yang menikah denganmu bukan Mira.”

Wijaya menatap Yuta bingung tapi Yuta hanya tersenyum “Mira sangat mencintaimu dan berharap kamu menjadi suaminya, kamu pasti tahu itu sama halnya dengan Vita” Wijaya mengangguk membenarkan perkataan Yuta “takdir kita sangat luar biasa dan tinggal menunggu takdir apa lagi yang akan kita jalani.”

Wijaya membenarkan perkataan Yuta bahwa apa yang kami alami ini sangat tidak diduga, Vita dan Mira yang bersahabat sekarang menjadi istrinya dan Regan yang juga bersahabat baik. Dari semua sahabatnya hanya Yuta yang tidak pernah terbuka mengenai kisah cintanya yang membuat semua bertanya – tanya. Wijaya yakin sahabatnya ini sudah memiliki tambatan hati hanya saja entah siapa wanita tersebut dan pernah dirinya berpikir jika Yuta menyukai Vita atau Mira tapi melihat bagaimana sikapnya semua itu hilang begitu saja karena tidak ada tanda ke arah sana.

“Kamu sendiri bagaimana?” Yuta mengangkat alis memandang Wijaya “kisah percintaanmu karena hanya kamu yang belum pernah menceritakan semuanya.”

“Apa itu penting?” Wijaya mengangkat bahu membuat Yuta tersenyum “fokus aku bukan pada hal tersebut kalian tahu itu semua nanti jika sudah waktunya aku akan memikirkannya.”

“Kami ingin kamu bahagia” Wijaya menghentikan kendaraannya di depan rumahnya “kamu pakai mobil ini.”

Yuta mengangguk “aku bahagia dengan caraku sendiri” Wijaya memandang mata Yuta mencari keseriusan di matanya membuat Yuta tersenyum “aku bahagia meski saat ini tanpa wanita ya mungkin jika ada wanita yang dekat akan tanya pada Vita dan Mira terlebih dahulu agar tidak melakukan kesalahan.”

Wijaya hanya mengangguk dan keluar dari mobilnya diikuti Yuta yang berpindah posisi, Wijaya meminjamkan Yuta mobilnya untuk dibawa ke tempat di mana Yuta melakukan pekerjaannya. Wijaya menepuk bahu Yuta sebelum meninggalkan dirinya, dipandangi mobilnya yang semakin menjauh membuat dirinya segera masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah yang sepi membuat Wijaya bertanya di mana keberadaan Vita, ketika dirinya masuk ke dalam kamar tampak Vita membelai perutnya yang tengah membesar dan hal ini yang membuat dirinya menolak usul Austin untuk naik gunung.

“Sampai detik ini perasaan cinta tersebut tidak ada begitu pun juga dia karena yang kami jalani ini hanya sekedar kewajiban.”


Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Another Choice Mr. Wijaya   Rasa Syukur

    “Dalam...lebih keras.” Suara erangan Tania membuat Wijaya semakin dalam dan kasar memasukkan adiknya kedalam rumah, tangan Wijaya tidak tinggal diam dengan meremas bukit kembar milik Tania yang membuatnya semakin semangat bermain didalam sana. Kehamilan Tania kedua ini membuatnya semakin menggairahkan dan Wijaya meminta mereka tidak menggunakan pakaian saat berada didalam kamar. “Aku mau keluar.” Tania membuka suaranya membuat Wijaya bergerak semakin cepat dan kasar sampai akhirnya mereka mencapai klimaks secara bersamaan. Wijaya semakin mendorong adiknya kedalam dengan beberapa kali cairannya keluar dalam jumlah yang banyak, membiarkan sesaat didalam sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Tania mengambil posisi berjongkok membersihkan adik kecilnya dari cairan mereka berdua, tangannya hanya meremas rambut Tania perlahan sebelum akhirnya adik kecilnya benar-benar bersih. “Bagaimana kabar dia?” tanya Wijaya membelai perut Tania pelan. “S

  • Another Choice Mr. Wijaya   Kenyataan Lain

    Kabar yang mereka dapatkan membuat semua langsung menuju rumah sakit, perasaan tidak tenangnya benar-benar terbukti. Tania hanya bisa memeluk dan menepuk punggung Wijaya agar bisa tenang, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar hal yang membuat Wijaya jatuh.“Aku malu sama Regan dan Mira nggak bisa menjaga putrinya dengan baik.” Wijaya menangis dipelukan Tania.Wijaya harus benar-benar kuat, Devan sendiri benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Wijaya tahu apa yang Devan rasakan saat ini, hanya saja harus terlihat kuat depan mereka semua. Memasuki ruangan Via yang selalu menangis merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bima sendiri berada disamping Via tidak berhenti menenangkannya.“Mili sudah masuk penjara.” Nanda memberikan informasi yang hanya diangguki Wijaya “Pasalnya percobaan pembunuhan, hanya saja mereka menggunakan gangguan kejiwaan Mili dan kemungkinan akan dibebaskan.”“Bagaimana bisa?” Wijay

  • Another Choice Mr. Wijaya   Khawatir Berlebih

    “Perasaanku semakin tidak tenang sama sekali.” Wijaya bergerak bolak balik membuat Tania dan Tari memutar bola matanya malas.“Mereka baik-baik saja, Pa.” Tari menenangkan Wijaya entah sudah ke berapa kali.“Mereka jadi balik?” tanya Wijaya kesekian kalinya yang diangguki Tania dan Tari kembali.“Nanda dan yang lain pasti menjaga Via.” Tania menenangkan perasaan Wijaya.“Aku mungkin terlalu berlebihan.”Wijaya menyandarkan dirinya di sofa dengan Tania yang berada disampingnya dan Tari dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya. Wijaya tahu bahkan sangat tahu jika perasaannya tidak pernah salah, wanita seperti Mili akan bisa melakukan segala macam cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.Pengawal yang diminta menjaga keluarganya atau mereka yang menyelidiki Mili tidak memberikan informasi apapun dan itu semua membuat Wijaya semakin merasa tidak tenang. Tep

  • Another Choice Mr. Wijaya   Ketakutan

    Menghabiskan waktu di Bali semakin membuat perasaan tidak menentu sama sekali, permasalahan Via belum selesai sama sekali membuat pikirannya menjadi tidak tenang. Ditambah kehamilan Tina yang berada jauh disana juga menjadi beban pikiran Wijaya, Tania berkali-kali mengatakan jika semuanya baik-baik saja tetap tidak membuat semua menjadi tenang.“Mereka ada di Singapore jadi tenang saja, Nanda juga mengecek semuanya. Mili nggak mungkin berbuat aneh-aneh sama Tina, dendam Mili hanya pada Via.” Tania mengatakan itu berulang kali.“Keputusanku tidak salah, kan?” Wijaya menatap Tania meminta persetujuan yang diangguki pelan “Aku meminta mereka mengurus Singapore, Vian sendiri sudah harus memperbaiki yang ada disini.”“Kamu mau memikirkan mereka atau menikmati malam indah kita?” Tania membelai wajah Wijaya pelan dengan mencium bibirnya penuh gairah.Sentuhan Tania membuat Wijaya tidak bisa menahan diri dengan mena

  • Another Choice Mr. Wijaya   Janji

    “Kenapa?” tanya Tania saat duduk disamping Wijaya setelah meletakkan minuman “Ada yang mengganggu pikiran kamu?”Wijaya tersenyum dengan menggelengkan kepala, menarik Tania agar duduk dipangkuannya tidak lupa membelai perutnya yang mulai membesar. Wijaya tidak pernah melakukan hal kecil seperti ini pada Vita sebelumnya dan tentu saja Helena, hanya Tania yang mendapatkan perlakuan special dari dirinya.“Memang memikirkan apa? Masalah Via?” Tania membelai wajah Wijaya perlahan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala “Lalu?”“Kalau aku meninggal terlebih dahulu apa kamu akan menikah?” pertanyaan Wijaya membuat Tania mengerutkan keningnya “Aku cuman nggak mau kamu kesepian jadinya aku tanya hal ini.”Tania mengangkat bahu “Satu hal yang pasti kalau kamu meninggal terlebih dahulu jangan lupa wariskan semua harta kamu ke aku dan anak-anak kita bukan anak-anak kamu sama Vita.”

  • Another Choice Mr. Wijaya   Rahasia Depan

    Melihat Tania marah adalah hal yang membuat Wijaya pusing, Tania bisa mendiamkannya selama berhati-hati, tidak tahu akan melakukan apa karena apapun yang dilakukannya tidak akan berdampak apapun.“Coba papa ingat-ingat melakukan kesalahan apa.” Tari berkata dengan santai.“Kalian tadi liatin papa itu kenapa sih?” tanya Wijaya penasaran membuat Tari mengangkat bahu.“Pa, sebenarnya kenapa papa bisa bertahan sama mama kalau nggak saling cinta?” Tari mencoba bertanya hal lain agar tidak perlu memikirkan masalah Tania saat ini.“Kalian yang buat kita bertahan.” Wijaya menatap Tari lembut “Kami dulu berjanji satu sama lain, meskipun kita menikah karena dijodohkan tapi kami ingin pernikahan yang normal pada umumnya.”“Papa bahagia sama mama?” tanya Tari penuh selidik.Wijaya tersenyum “Mama kamu adalah teman dan partner yang terbaik pernah ada.”“Papa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status