Kabar yang mereka dapatkan membuat semua langsung menuju rumah sakit, perasaan tidak tenangnya benar-benar terbukti. Tania hanya bisa memeluk dan menepuk punggung Wijaya agar bisa tenang, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar hal yang membuat Wijaya jatuh.
“Aku malu sama Regan dan Mira nggak bisa menjaga putrinya dengan baik.” Wijaya menangis dipelukan Tania.
Wijaya harus benar-benar kuat, Devan sendiri benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Wijaya tahu apa yang Devan rasakan saat ini, hanya saja harus terlihat kuat depan mereka semua. Memasuki ruangan Via yang selalu menangis merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bima sendiri berada disamping Via tidak berhenti menenangkannya.
“Mili sudah masuk penjara.” Nanda memberikan informasi yang hanya diangguki Wijaya “Pasalnya percobaan pembunuhan, hanya saja mereka menggunakan gangguan kejiwaan Mili dan kemungkinan akan dibebaskan.”
“Bagaimana bisa?” Wijay
“Dalam...lebih keras.” Suara erangan Tania membuat Wijaya semakin dalam dan kasar memasukkan adiknya kedalam rumah, tangan Wijaya tidak tinggal diam dengan meremas bukit kembar milik Tania yang membuatnya semakin semangat bermain didalam sana. Kehamilan Tania kedua ini membuatnya semakin menggairahkan dan Wijaya meminta mereka tidak menggunakan pakaian saat berada didalam kamar. “Aku mau keluar.” Tania membuka suaranya membuat Wijaya bergerak semakin cepat dan kasar sampai akhirnya mereka mencapai klimaks secara bersamaan. Wijaya semakin mendorong adiknya kedalam dengan beberapa kali cairannya keluar dalam jumlah yang banyak, membiarkan sesaat didalam sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Tania mengambil posisi berjongkok membersihkan adik kecilnya dari cairan mereka berdua, tangannya hanya meremas rambut Tania perlahan sebelum akhirnya adik kecilnya benar-benar bersih. “Bagaimana kabar dia?” tanya Wijaya membelai perut Tania pelan. “S
Wijaya tidak mempunyai pilihan selain mengikuti permintaan dari orang tuanya untuk menikah dengan pilihan yang sudah disiapkan dan sebagai anak berbakti tidak ada hanya bisa mengikuti permintaan mereka berdua. Melawan kedua orang tuanya bukan perkara mudah pasalnya sang ayah tidak akan memberikan kesempatan pada Wijaya untuk melakukan apa yang disukainya, Wijaya mengenal baik siapa yang dijodohkan oleh dirinya yang tidak lain adalah Vita.Vita adalah perempuan yang sudah Wijaya kenal dari lama karena mereka berteman baik bahkan lingkungan mereka sama hal ini lebih karena usia mereka tidak beda jauh. Wijaya sendiri memiliki teman dekat atau sahabat yaitu Yuta, Regan dan Austin. Mereka selalu bersama ke manapun termasuk ke club, jika pergi ke club Wijaya hanya menemani teman – temannya tidak lebih bahkan untuk minum di sana tidak pernah dirinya lakukan, Vita terkadang ikut serta bersama sahabat perempuannya Mira. Wijaya sangat tahu jika Vita mencintai Yuta dan Mira berusaha mend
Wijaya pria berusia 23 tahun mendapatkan berita mengejutkan dari orang tuanya karena akan dijodohkan dengan Vita yang tidak lain adalah salah satu orang terdekatnya, Wijaya sendiri memiliki sahabat yang mempunyai kebiasaan pergi ke diskotek untuk melepas penat bahkan tidak jarang sampai mabuk atau melakukan hal yang tidak semestinya meski tidak semua temannya seperti itu. Wijaya bisa menjaga diri ketika mereka berkumpul dan selalu mendapat godaan karena hanya minum jus jeruk tiap berkumpul, sahabat mereka sudah bersama sejak lahir karena memang sekolah di sekolah yang sama sampai lulus kuliah meski berbeda jurusan. Wijaya pada dasarnya tidak pernah memilih teman di mana terdapat Yuta yang bukan dari golongan sama seperti mereka dan juga sahabat Vita yaitu Mira yang berasal dari golongan yang sama seperti Yuta.“Jadi akan menerima perjodohan?,” Regan menatap Wijaya dan Vita bergantian.“Gak ada jalan lain selain menyetujuinya,” jawab Wijaya santai menatap Vita yang hanya
Wijaya hanya diam ketika Vita berbicara demikian karena bukan suatu hal yang perlu di debatkan dan mereka berdua sepakat untuk menjalani pernikahan seperti pasangan pada umumnya entah itu pernikahan bisnis sekali pun, satu hal yang membuat Wijaya kagum dengan Vita adalah keputusannya untuk membuka usaha sendiri. Usaha yang di buka dengan Mira hanya usaha kecil awalnya yaitu usaha katering dan saat ini telah berkembang dengan membuka warung makan di salah satu tempat dengan pelanggan yang bisa dibilang tidak pernah berhenti, di samping itu Vita juga mempunyai sanggar kecil di sebelah rumah Mira di mana berisi pakaian traditional untuk disewakan jika ada yang menikah atau acara apa pun.Wijaya banyak belajar dari Vita tentang itu semua bahkan Regan dan Austin yang sudah sukses pun belajar pada Vita, terkadang Wijaya merasa malu karena Vita yang begitu punya kelebihan mau dengan dirinya dan menerima perjodohan ini sedangkan bagi Wijaya di mana dia bisa dapat yang melebihi Wijaya.
Pernikahan berjalan sebagaimana mestinya dan saat ini mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri, tapi tidak ada kebahagiaan di hati mereka meski diluar mereka sesekali tersenyum pada orang lain. Wijaya menatap Vita yang tampak cantik dengan gaun pengantin yang digunakan dan selama acara sedikit pun Wijaya tidak menyadari jika istrinya sangat cantik tapi perasaan itu tidak ada sama sekali. “Kamu cantik malam ini,” ucap Wijaya membuat Vita menatapnya sekilas “semoga pernikahan kita bisa berjalan sebagaimana mestinya,” Vita mengangguk “apa kita akan melakukan seks?.” “Jika kita tidak melakukannya bagaimana bisa memiliki keturunan,” Wijaya menatap Vita seolah mencari apa yang dikatakannya ini benar “aku menginginkan anak yang banyak bukan hanya satu karena aku gak mau nanti akan seperti kita dan satu lagi tidak ada perjodohan macam ini.” “Apa kamu yakin memiliki anak tanpa cinta?.” Vita mengangguk “meski kita tanpa cinta setidaknya aku mencintai merek
Kehidupan pernikahan Wijaya dan Vita dari luar tampak baik – baik saja bahkan Mira tidak berusaha mendekati Wijaya seperti sebelumnya, tapi tidak ada yang tahu bahwa Wijaya merasa kurang dalam pernikahannya yaitu cinta. Setiap kali dirinya melihat Austin bagaimana mencintai almarhumah istrinya Hera membuat dirinya berpikir akankah seperti Austin jika kehilangan Vita suatu saat nanti.“Pernikahan kita sudah hampir sebulan dan belum ada tanda – tanda hamil,” Wijaya menatap Vita yang membelai perutnya “apa kita kurang berusaha?.”Wijaya tersenyum “pasrahkan semua pada Tuhan,” membelai kepala Vita pelan.Vita tidak ada yang kurang dari wanita dihadapannya ini dan entah kenapa dirinya tidak ada rasa sama sekali, Mira juga tidak kalah dengan Vita tapi sekali lagi tidak ada perasaan di antara mereka berdua. Wijaya sempat berpikir apa dirinya kelainan sampai tidak merasakan getaran pada salah satu wanita bahkan pada istrinya sendiri saat ini yang selalu tampil mempesona ba
Usaha yang Wijaya lakukan bersama Regan berjalan sebagaimana mestinya di tambah dukungan Vita yang tidak pernah berhenti atas apa dilakukan Wijaya. Kabar gembira memenuhi keluarga Hadinata dan Darmaja di mana Vita tengah hamil 6 bulan, dan itu membuat Wijaya semakin semangat dalam bekerja. Vita sendiri tidak pernah menuntut apa pun pada Wijaya dan itu membuat Wijaya semakin tidak enak, bahkan di kehamilan ini Vita tidak mengalami masa ngidam sebagaimana wanita hamil pada umumnya.“Bagaimana kabar baby hari ini?,” Wijaya membelai perut Vita yang mulai tampak membuncit.“Tidak pernah rewel sama sekali dan tahu jika orang tuanya sedang sibuk terutama papanya,” goda Vita membuat Wijaya tersenyum dan mencium kening Vita pelan.Selama beberapa bulan menikah tidak ada perbedaan dalam hubungan mereka di mana tetap berkomunikasi selayaknya sahabat dan untuk masalah ranjang tetap sama seperti ketika malam pertama dan Wijaya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut sama sek
Suara desahan memenuhi kamar mereka berdua, Wijaya menggerakkan miliknya sedikit takut melukai bayinya dengan gerakan pelan sedangkan Vita hanya menerima apa yang Wijaya lakukan. Tidak lama kemudian mereka berdua mencapai klimaks bersama, Wijaya mencium bibir Vita singkat setelahnya berjalan ke kamar mandi membersihkan diri serta bersiap bertemu dengan teman – temannya.“Jadi keluar?,” tanya Vita ketika melihat Wijaya sedang menggunakan pakaian.Wijaya menatap Vita sekilas lalu mengangguk “Yuta baru saja hubungi kalau sudah di sana semua tinggal aku yang belum, kalau kesepian hubungi Mira untuk menemani kamu.”Vita mengangguk “sepertinya aku ingin istirahat tanpa gangguan dari orang lain, pulanglah kalau udah selesai.”Wijaya meninggalkan Vita yang tampak lelah setelah sebelumnya meminta asisten rumah tangga untuk berjaga apabila Vita membutuhkan bantuan, berkumpul seperti ini sering mereka lakukan baik itu di dis