Home / Romansa / Another day / Tak sadar

Share

Tak sadar

Author: Sinta Nuna
last update Last Updated: 2021-09-23 23:40:58

pagi pun tiba. Seperti biasa Alea pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan dia pergi dengan naik angkot,saat sedang menunggu angkot di pinggir jalan tiba-tiba

"Hai," sapa Gevan yang mau berangkat sekolah.

"Hah, kakak yang semalam nolong aku kan?" tanya Alea dengan kagum.

"Iya hehe ,, kamu baik-baik saja sekarang?"

"Berkat kakak aku baik-baik saja."

"Tapi lukamu sepertinya gak di obati lagi, mau aku obati?" ujar Gevan.

"ahh tidak apa-apa aku baik-baik saja kok hehe,kakak mau sekolah ya."

"Iya, kamu mau kemana?"

"Aku mau ke pasar kak."

"Ya udah aku anterin yuk, kebetulan aku lewat sana kok," tawar Gevan sambil mengambil ranjang belanjaan dari tangan Alea.

"Eh tidak-tidak kak, aku terlalu kotor untuk naik motor kakak."

"Gapapa naek aja ayo, lumayan ngirit ongkos."

"Tapi kak."

"Cepetan aku maksa ni."

"Hehe kalo begitu maaf karna tidak bisa menolak lebih keras," ujar Alea sambil naek motor.

"buat apa minta maaf?"

Di jalan.

"Umur kamu berapa tahun emang?" tanya Gevan sambil mengendarai motor.

"Aku? 16 kak," jawab Alea.

"16? masih sekolah dong, tapi apa masih sempet sekolah jika ke pasar dulu?"

"Tidak kak."

"Terus?"

"Aku tidak sekolah hehe."

"Kenapa?"

"Ada sebuah alasan tapi aku tidak bisa menyebutkannya."

"Oh baiklah kalau begitu."

Beberapa waktu kemudian.

"Caaahhh ,,, udah sampe," ucap Gevan.

"Makasih ya kak."

"Iya sama-sama."

"Aku berhutang budi lagi sama kakak hehe padahal aku janji akan membalas budi saat kita ketemu lagi, tapi malah aku yang menerima pertolongan lagi."

"Tidak apa-apa kalau begitu aku pergi sekolah dulu ya," ujar Gevan sambil menyalakan motor.

"iya-iya kak. hati-hati ya."

Gevan hanya tersenyum dan langsung pergi dari hadapan Alea.

"Ah aku lupa menanyakan namanya lagi," ujar Alea sambil menepuk dahinya.

"Tidak apa-apa deh, mengingat kita bertemu sudah dua kali, dia pasti bukan orang jauh."

Kemudian Alea pun segera masuk ke pasar dan belanja bahan-bahan yang di butuhkan.

****

Sementara itu setibanya Gevan di sekolah.

"Pagi Gev," sapa Ralia.

"Hai Ra, udah sembuh kamu?" sapa Gevan dengan ramah.

"Keliatannya?"

"Tak terlihat seperti sudah sakit haha," rayu Gevan.

"Haha ada-ada aja."

Gevan dan Ralia berjalan bareng menuju kelas. Ralia adalah satu-satunya wanita yang akrab dengan Gevan di sekolah. Berbeda dengan Seila, Gevan lebih ramah pada Ralia karna sifat Ralia lebih kalem sedangkan Seila terlalu centil dan selalu tebar pesona.

"Oh iya kamu sudah makan?" tanya Gevan.

"Belum."

"Mau sarapan bareng di kantin? aku yang traktir," tawar Gevan.

"Boleh juga tuh."

"Oke ayoo."

Di kantin.

"Mau pesan apa?" tanya Gevan.

"Samain aja deh," jawab Ralia.

"Oke, Bu nasi goreng nya 2 porsi ya."

"Punyaku porsi besar," sambung Ralia.

"Rakus banget, emang lambung kamu muat?" rayu Gevan.

"Apaan si muat lah."

"Baiklah, Nasi goreng 2 yang satu porsi besar ya Bu," pesan Gevan.

Setelah memesan makanan, Gevan dan Raliapun duduk di meja kantin. mereka mengobrol dengan begitu akrab bahkan tak satupun dari mereka yang mengeluarkan hpnya.

"Oh iya, tentang teman masa kecilmu itu, apa kamu sudah menemukan dia?" tanya Ralia.

"Belum,ah aku ingin mencarinya tapi tak tau harus di mulai dari mana," jawab Gevan dengan begitu putus asa.

"Kamu bilang kalian bertemu di panti asuhan, kenapa tidak cari kesana dulu? sekalipun tidak ada, mungkin akan ada petunjuk walaupun sedikit."

"Benar juga sih tapi aku tidak ingat dimana lokasi panti itu."

"Bodoh, kau bisa bertanya pada ayahmu." gertak Ralia.

"Ahh iya, aku tidak kepikiran kesana."

"Cchhhh dasar."

"Hmm ... Aleaa tunggu sebentar lagi, kak Gevan akan segera menemukanmu," batin Gevan.

"mau aku bantu cari?" tanya Ralia.

"Tidak usah, ini urusanku."

"Baiklah, katakan padaku jika kamu membutuhkan bantuan ku."

"Oke.. oke... lagipula pada siapa lagi aku meminta bantuan? sedangkan temenku di sekolah ini hanya kamu. eh nggak, ada Rio, tapi sudahlah sepertinya dia tidak bisa di andalkan," ucap Gevan dan seketika mereka berdua tertawa.

"Haha bener-bener."

****

Singkat cerita waktu sekolahpun selesai. Setelah ganti baju, Gevan langsung duduk di sofa dan bersantai disana. Lalu diapun menelpon sang ayah untuk menanyakan tentang panti asuhan tempat dia bertemu dengan Alea 8 tahun yang lalu.

Gevan berbicara dengan ayahnya di telpon 📞

"Hallo."

"Ayah, aku mau tanya."

"Tanya apa nak?"

"Tentang panti asuhan yang sering ayah beri sumbangan 8 tahun yang lalu, apakah ayah ingat itu dimana?"

"Tentu saja ayah ingat, sekarang pun ayah kembali mengirim sumbangan kesana sejak satu bulan yang lalu."

"Benarkah?"

"iya."

"Jadi ayah masih sering berhubungan dengan panti itu?"

"Tentu saja, bahkan minggu kemarin ayah habis dari sana."

"Ahhh syukurlah."

"Ada apa nak?"

"Tidak apa-apa kok. oh iya ngomong-ngomong kapan ayah akan pergi ke panti itu lagi?"

"Mungkin pekan depan?"

"Aku ikut."

"Tiba-tiba?"

"Ya ayah, ada sesuatu yang harus ku lakukan, nanti aku kasih tau lebih jelasnya saat ayah pulang."

"Baiklah kalau begitu, boleh ayah tutup telponnya? ayah sibuk nak."

"oh iya iya maaf mengganggu ayah."

"Tidak apa-apa kok. Anakku jangan lupa makan siang, ayah akan pulang malam nanti."

"Oke sampai ketemu nanti."

***

Hari berganti malam. Saat sang ayah pulang, Gevan langsung menyapanya dan mengajaknya makan malam. Lalu mereka pun duduk di meja makan yang sudah tertata rapih. begitulah Gevan, walau usianya sudah dewasa, dia tak lupa dengan sopan santun pada orang tua bahkan dia tak keberatan jika sang ayah memperlakukannya seperti anak kecil karna, dia tau bahwa sikap sang ayah yang seperti itu adalah bukti kasih sayangnya.

"Baiklah katakan ada perlu apa kamu di panti asuhan itu hingga ingin ikut kesana?" tanya sang Ayah.

"Begini, ayah ingat gadis kecil yang pingsan karna batuk darah dan sesak nafas?"

"Yang mana?"

"Yang ayah gendong dari halaman belakang, namanya Alea, setelah hari itu dia tak sadarkan diri bahkan hingga di rawat." jelas Gevan.

"ohh iya gadis yang tak sadarkan diri itu, tentu saja ingat ,kamu menangis sampai berhari-hari di Australia karna khawatir sama gadis itu." sahut sang ayah.

"Benarkah ayah ingat? apa ayah bertemu dia saat kepanti asuhan kemarin?"

"Entahlah, dia mungkin sudah dewasa, bisa saja wajahnya sudah berubah."

"Eihh seseorang gak akan berubah sebanyak itu hingga ayah tak bisa mengenalinya lagi. walaupun berubah, pasti ada kesamaan walaupun sedikit." ujar Gevan.

"Entahlah, nanti ayah tanyakan pada kepala panti."

"A..ahh tidak usah, aku akan ikut bersama ayah kesana oke."

"Ciihh kamu ini, akhir pekan bukannya main sama temen-temen kamu, malah mau ikut sama ayah."

"Emang kenapa? ikut ayah juga kan mau menemui temanku. Ahh sudah 8 tahun aku tak melihatnya aku harap dia baik-baik saja," ujar Gevan dengan begitu putus asa.

"Tenang saja, dia pasti baik-baik saja."

"Hmmm." Gevan hanya mengangguk dan tersenyum.

"Sebentar lagi Alea, bertahanlah sebentar lagi. Kak Gevan akan segera menemuimu dan memelukmu dengan seerat mungkin," batin Gevan.

~Bersambung~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Another day   Hidupku yang terlanjur hina

    "Oh iya bukannya sekarang waktunya Alea minum obat?" ucap Gevan."Iya kak.""Sebentar ya kakak ambilkan obat dulu di dalem," ujar Gevan dan langsung masuk ke rumah sakit dan meninggalkan Alea si taman sambil duduk di atas kursi roda.Dengan tenang Alea menunggu Gevan datang membawakannya obat lalu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Alea yang ketakukan berusaha untuk pergi dari sana namun.."Ternyata benar kau Alea rupanya," ucap seorang pria yang baru saja turun dari mobil.Alea yang tak bisa berlari itu hanya berusaha menjalankan kursi rodanya untuk menjauh dari sana namun pria itu berjalan dengan begitu cepat hingga bisa menggenggam kursi roda Alea."Mau kemana kamu? Diam dulu lah, kita ngobrol dulu," ucap pria itu sambil tersenyum jahat.*Alea melirik."Kamu? Mau apa

  • Another day   Akhirnya aku bisa memeluknya

    Arga dan Seila tercengang saat orang pertama yang Alea sebut saat sadar adalah nama Gevan. "Apa ku bilang, dia terus menyebut nama Gevan, Aughh sebenarnya pelet apa yang pria itu berikan pada Alea," ketus Seila. "Seila, bukankah seharusnya kita beritahu Gevan tentang ini?" ujar Arga. "Apa maksudmu? Dia tidak ada urusannya dengan ini." "Bagaimana tidak, bukankah kamu juga mendengarnya bahwa Alea terus memanggil nama Gevan?" Seilapun terdiam dan meninggalkan ruangan. "Seila kamu mau kemana?" "Jangan ikuti aku, kamu jaga Alea." teriak Seila dan langsung lari menuju keluar. •••• Dengan tergesa-gesa Seila berjalan untuk mencari taxi sambil terus menelpon Gevan tapi tak kunjung mendapatkan jawaban juga. Tak menyerah, diapun mengirim pesan pada Ralia.

  • Another day   Tersiksa dalam rindu sendirian

    Sementara itu."Alea kemana si? Apa yang membuatnya begitu lama seperti itu?" gumam Agatha sambil berusaha untuk menelpon Alea.*Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau berada di luar jangkauan*"Mana telpon nya tidak aktip lagi."Karna merasa khawatir, Agatha pun pergi ke toilet untuk menyusul Alea tapi, dia tidak ada disana."Apa ini? Apa dia pulang tanpa memberitahuku? Tapi tas nya masih bersamaku, tidak terjadi hal buruk padanya kan?" gumam Agatha yang semakin khawatir.Lalu dia melihat keramaian di jalan saat berdiri di dekat jendela belakang."Apa itu? Kenapa rame sekali?" tany Agatha dan langsung menghampiri keramaian itu.Agatha pun berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi."Astaga malang sekali lihat darahnya, apakah dia akan selamat setelah kehilangan darah sebanyak itu?" teriak seorang wanita pa

  • Another day   Hancur

    "Alea, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya Gevan."Apa maksud kakak?""Ini aku kak Gevan Alea, kak Gevan yang kamu tunggu."Arga dan Alea terdiam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melodrama cinta segitiga. Dengan sayu Alea terus menatap Gevan, sementara Arga menatap dengan penuh amarah dengan tangan yang mengepal."iya nama kakak emang Gevan kan, tapi apa istimewanya dengan itu?" tanya Alea yang bertingkah seolah tak tau apa-apa."Kamu tidak mengingatku?" Tanya Gevan."Ingat apa? Sebenarnya apa yang kakak maksud?""Alea, jawab aku dengan benar, kau benar-benar tak mengingatku?" tanya Gevan sekali lagi."Hentikan Gevan, apa yang kau lakukan? Kau membuat dia tidak nyaman. Ayo Alea aku akan mengantarmu ke kelas," ketus Arga serta menarik tangan Alea."8 tahun l

  • Another day   Situasi yang jelas tak bisa di tebak

    Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.

  • Another day   Aku yakin itu dirimu

    📞Gevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status