Hari berganti malam, saat aku sedang terlelap tidur karna kelelahan mamah datang ke kamarku dan menyiramiku dengan satu ember air.
Byurrr ..
"dingin mah," isak ku kedinginan.
"dingin ya, makanya kalo di panggil itu cepet datang ini malah enak-enakan tidur," bentak mamah sambil melempar ember.
"A..ada apa mah?" tanyaku dengan gugup.
"ikut mamah." mamah menarik tanganku dengan secara paksa.
"sakit mah pelan-pelan," lirih ku.
"diam jangan manja."
Tanpa di sangka mamah membawaku ke kamarnya dan mendandaniku dengan sangat menor.
"Mah,mamah ngapain?" tanyaku sambil terisak.
"Diam, kamu harus cari uang. kalo kamu terus enak-enakan rebahan di rumah, kamu mau makan apa?" jawab mamah sambil terus mendandaniku.
"Tapi kerja apa malam-malam begini?"
"Banyak tanya banget si, tinggal diam dan turuti saja apa susahnya?," ketus mamah.
"Mah, mamah tidak berniat menjual ku pada om-om kan?" tanyaku lagi sambil berlinang air mata.
"Ashhh.. ngapain nangis si? susah make-up in nya. tenang saja mamah tidak akan menjualmu, mamah hanya memintamu menemani temen mamah aja kok gak lebih."
"MAMAH PIKIR AKU WANITA APA?TERAKHIR KALI MAMAH BILANG HANYA MENEMANI SAJA, TAPI UJUNGNYA? MAHKOTAKU MALAH HILANG DI RENGGUT PRIA PARUH BAYA TAK DI KENAL," bentakku sambil menangis tersedu.
"DIAM! KAU MENYALAHKANKU? ITU TERJADI KARNA KAU MEMANG TAK BISA MENJAGA HARGA DIRIMU DENGAN BENAR." mamah balik membentak.
Akupun hanya bisa diam tanpa bisa berkutik sedikitpun dan tidak lama kemudian mamah memberikanku baju dengan ukuran yang sangat kecil lalu akupun bertanya.
"Apakah mamah tidak salah memberikanku ukuran?""Salah apanya? cepat pakai jangan banyak protes ini baju mahal," ketus mamah.
Aku yang tak berdaya hanya bisa pasrah menuruti ucapan mamah. setelah selesai bersiap mamahpun mengantarkan ku ke luar dan disana sudah ada sebuah Lamborghini merah dengan seseroang yang tengah duduk di kursi depan.
"Hallo,, maaf terlambat," sapa mamahku dengan senyum yang begitu lebar.
"Tidak apa-apa, anakmu cantik juga ya."
"Tentu dong, tolong jaga dia baik-baik ya ."
"Baiklah,"
Lalu tanpa bicara apapun mamah mendorongku masuk ke dalam mobil mewah itu. Rasanya aku ingin mati saja, seketika aku berpikir apakah benar bahwa dia adalah mamah kandungku? aku bahkan tak pernah bisa merasakan kehangatan jiwa seorang ibu darinya.
****
Mobilpun melaju entah kemana tujuannya. Aku hanya bisa duduk diam sambil meneteskan air mata. Apa yang salah dengan hidupku? aku hanyalah seorang gadis yang baru saja berusia 16 tahun. Harunya sekarang aku sedang sibuk mengerjakan PR,atau kerja kelompok dengan teman-teman seusiaku bukan malah duduk menemani om-om yang usianya lebih pantas menjadi ayahku.
Di tengah perjalanan, tangan pria paruh baya itu mulai menggerayap ke atas pahaku dan dengan refleks tangan kananku mendorongnya dan menampar wajahnya.
"Apa yang om lakukan?" tanyaku dengan nafas yang terengah-engah.
Mobilpun berhenti.
"SIAL DASAR GADIS TAK BERGUNA," bentak pria paruh baya itu lalu dia memukulku dengan tangan kerasnya.
"BERANI-BERANINYA KAU MEMUKULKU," bentaknya lagi.
Dan pertengkaranpun terjadi di dalam mobil yang begitu sempit itu. Pria itu memukulku berkali-kali dan menarik rambutku dengan begitu keras. Aku berusaha melawan, namun tak bisa bahkan dahi serta bibirku sudah di penuhi darah karna pukulan keras yang ku terima. Aku terus memberontak dan berusaha membuka pintu mobil.
"Mau kemana kamu?" tanya pria paruh baya itu sambil menarik rambutku.
"Sakit om sakit," jeritku.
"Sakit ya, suruh siapa melawan? Seandainya kamu diam dan menikmati saja aku tak mungkin seperti ini mengerti?" bisik pria paruh baya itu.
"Aku mohon lepaskan aku om."
"Tidak semudah itu gadis manis, aku sudah membayar banyak pada ibumu jadi, biarkan aku....." pria paruh baya itu tersenyum jahat sambil berniat membuka kancing bajuku.
Aku yang tak tau lagi harus bagaimana berusaha untuk memberontak. Tanganku terus menggerayap mencari benda tajam yang bisa ku jadikan senjata namun tak ada satupun yang bisa ku temukan.
"Aku mohon jangan lakukan ini om," isakku terus memohon.
Pria paruh baya itu terus menyosor hingga ku lihat bahwa telinganya begitu dekat dengan wajahku. Tanpa berpikir lagi akupun menggigit telinganya hingga berdarah. Pria paruh baya itu berteriak kesakitan lalu akupun memanfaatkan kelengahannya untuk melawan lebih kuat lagi. Ku lepas sepatu hak ku dan memukulkannya ke wajah pria paruh baya itu. Pada akhirnya pria itu benar-benar lengah dan akupun berhasil keluar dari mobilnya lalu berlari mencari pertolongan dengan telanjang kaki.
"TOLOOOONGGGG AKUUUU... AKU MOHON SIAPAPUN TOLONG AKUUUUU..." teriakku sambil menangis.
Berkali-kali aku terjatuh dan bangun kembali hingga kakiku di penuhi oleh luka dan berdarah. Pria itu terus mengejar ku namun disisi lain aku sudah tak sanggup berlari lagi.
Ibarat sebuah drama, seseorang memelukku dengan tiba-tiba agar aku tak terlihat oleh pria paruh baya itu. Kutatap wajahnya yang tertutup topi hitam, dia menatapku dengan tajam sambil berbisik
"Bersikap biasa saja agar dia tak curiga."Akupun terdiam dan menunduk dalam pelukannya sambil menangis. Dan setelah pria paruh baya itu pergi, pria tampan itu membawaku ke tempat duduk terdekat.
"Tidak bisa begini, kamu harus pergi ke rumah sakit," ucapnya sambil terus melihat luka-luka di tubuhku.
"Tidak apa-apa kok aku baik-baik saja," jawabku.
"Kalo begitu, kamu tunggu disini aku akan beli salep dan Sandal dulu untukmu," ujar pria tampan itu sambil bergegas pergi.
"Tidak," tahanku.
Pria tampan itu kembali menatapku.
"Aku tau aku hanyalah wanita tak di kenal olehmu, tapi mohon jangan tinggalkan aku aku takut pria itu akan menemukanku jika aku sendiri," ujarku.
"Hmmmm... kalau begitu naiklah," ucap pria tampan itu sambil memberikan pundaknya.
Tanpa rasa malu akupun di gendong olehnya.
Di jalan menuju apotek.
"Terimakasih sudah mu menolongku," ucapku.
"Tidak apa-apa."
****
Singkat cerita, pria tampan itu mengobati lukaku dan memasangkan sendal jepit.
"kenapa gadis muda sepertimu berkeliaran sendiri hingga di kejar pria tak di kenal?" tanya pria tamban itu.
"Benar sekali hehe, kenapa gadis muda sepertiku bisa seperti ini?"
"kau baik saja-saja sekarang?"
"iya aku baik-baik saja kok, makasih sudah mau menolongku dan sebaiknya kamu pulang saja ini sudah malam."
"biar ku antar kamu pulang dulu."
"ah tidak apa-apa aku akan mampir ke rumah temenku deket sini kok," ujarku menolak untuk di antar pulang.
"Benarkah?"
"Hmmm." Aku mengangguk.
"Baiklah kalau begitu hati-hati ya," ucap pria tampan itu dan langsung berdiri.
"Makasih,jika kita bertemu lagi aku akan segera membalas kebaikanmu," ujarku sambil tersenyum.
"Aku akan menunggunya." Pria tampan itu menyeringai padaku.
Dan tidak lama kemudian,Diapun berlalu dari hadapanku. akupun langsung bergegas untuk kembali pulang.
****
Setibanya di rumah.
plakkkkkk ... mamah memukul kepalaku dari belakang dengan sapu lidi yang dia pegang.
"AWWW sakittt mah," teriak ku.
"Dasar anak tak berguna, sini kamu. sepertinya kamu harus di beri hukuman yang setimpal agar bisa sadar," ketus mamah sambil menarik rambutku dan membawaku ke gudang.
"Mah, mamah mau membawaku kemana?"
"DIAM!!"
"Mah, mamah taukan aku takut gelap?" aku terus memberontak.
"DIAM!! MALAM INI KAMU TIDUR DI GUDANG INI KAMU MENGERTI?"
Lalu mamahpun mengunci pintu gudang dan membiarkanku berada dalam kegelapan sepanjang malam.
Menangis pun tak ada gunanya, karna aku tau tak akan ada belas kasihan dari mamah. Tanpa memberontak lagi, akupun tertidur di lantai tak ber alas itu.
~Bersambung~
"Oh iya bukannya sekarang waktunya Alea minum obat?" ucap Gevan."Iya kak.""Sebentar ya kakak ambilkan obat dulu di dalem," ujar Gevan dan langsung masuk ke rumah sakit dan meninggalkan Alea si taman sambil duduk di atas kursi roda.Dengan tenang Alea menunggu Gevan datang membawakannya obat lalu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Alea yang ketakukan berusaha untuk pergi dari sana namun.."Ternyata benar kau Alea rupanya," ucap seorang pria yang baru saja turun dari mobil.Alea yang tak bisa berlari itu hanya berusaha menjalankan kursi rodanya untuk menjauh dari sana namun pria itu berjalan dengan begitu cepat hingga bisa menggenggam kursi roda Alea."Mau kemana kamu? Diam dulu lah, kita ngobrol dulu," ucap pria itu sambil tersenyum jahat.*Alea melirik."Kamu? Mau apa
Arga dan Seila tercengang saat orang pertama yang Alea sebut saat sadar adalah nama Gevan. "Apa ku bilang, dia terus menyebut nama Gevan, Aughh sebenarnya pelet apa yang pria itu berikan pada Alea," ketus Seila. "Seila, bukankah seharusnya kita beritahu Gevan tentang ini?" ujar Arga. "Apa maksudmu? Dia tidak ada urusannya dengan ini." "Bagaimana tidak, bukankah kamu juga mendengarnya bahwa Alea terus memanggil nama Gevan?" Seilapun terdiam dan meninggalkan ruangan. "Seila kamu mau kemana?" "Jangan ikuti aku, kamu jaga Alea." teriak Seila dan langsung lari menuju keluar. •••• Dengan tergesa-gesa Seila berjalan untuk mencari taxi sambil terus menelpon Gevan tapi tak kunjung mendapatkan jawaban juga. Tak menyerah, diapun mengirim pesan pada Ralia.
Sementara itu."Alea kemana si? Apa yang membuatnya begitu lama seperti itu?" gumam Agatha sambil berusaha untuk menelpon Alea.*Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau berada di luar jangkauan*"Mana telpon nya tidak aktip lagi."Karna merasa khawatir, Agatha pun pergi ke toilet untuk menyusul Alea tapi, dia tidak ada disana."Apa ini? Apa dia pulang tanpa memberitahuku? Tapi tas nya masih bersamaku, tidak terjadi hal buruk padanya kan?" gumam Agatha yang semakin khawatir.Lalu dia melihat keramaian di jalan saat berdiri di dekat jendela belakang."Apa itu? Kenapa rame sekali?" tany Agatha dan langsung menghampiri keramaian itu.Agatha pun berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi."Astaga malang sekali lihat darahnya, apakah dia akan selamat setelah kehilangan darah sebanyak itu?" teriak seorang wanita pa
"Alea, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya Gevan."Apa maksud kakak?""Ini aku kak Gevan Alea, kak Gevan yang kamu tunggu."Arga dan Alea terdiam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melodrama cinta segitiga. Dengan sayu Alea terus menatap Gevan, sementara Arga menatap dengan penuh amarah dengan tangan yang mengepal."iya nama kakak emang Gevan kan, tapi apa istimewanya dengan itu?" tanya Alea yang bertingkah seolah tak tau apa-apa."Kamu tidak mengingatku?" Tanya Gevan."Ingat apa? Sebenarnya apa yang kakak maksud?""Alea, jawab aku dengan benar, kau benar-benar tak mengingatku?" tanya Gevan sekali lagi."Hentikan Gevan, apa yang kau lakukan? Kau membuat dia tidak nyaman. Ayo Alea aku akan mengantarmu ke kelas," ketus Arga serta menarik tangan Alea."8 tahun l
Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.
📞Gevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan