Share

Bab 2

Author: Jyoti
"Lalu dikurangi biaya bulanan kita sepuluh juta. Nah, semua sisanya bisa kamu setorkan ke tabungan kita."

Seharusnya Candra tidak menyebutkan hal itu.

Sekarang setelah mendengar semua ucapannya, tiba-tiba saja aku sadar bahwa akulah yang membayar hampir semua biaya hidup kami setiap bulan!

Selain dua puluh juta yang dia setorkan ke rekening bersama setiap bulan, Candra hampir tidak mengeluarkan uang apa pun lagi.

Aku menatap bibirnya yang bergerak naik turun, dan langsung berkata padanya.

"Sayang, ayo kita menikah sekarang."

Suasana tiba-tiba menjadi hening.

Saking heningnya, aku bahkan bisa mendengar suaranya menelan ludah dengan panik.

Suara Candra seperti tersangkut di tenggorokan sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Sambil menyeka air mata yang jatuh di pipi, aku tersenyum.

"Uang yang kita tabung sudah cukup untuk membayar DP rumah, lagipula kita sudah tidak muda lagi, jadi kita harus menikah sesegera mungkin.”

"Dulu kamu pernah melamarku, kan? Aku setuju sekarang."

Dari matanya, aku tidak dapat melihat rasa antusias dan bahagia.

Bahkan sebaliknya, aku melihat rona keputusasaan di sana.

Setelah beberapa lama berpikir, akhirnya dia setengah berlutut di kakiku.

"Sayang, kita kan sudah sepakat menabung sampai terkumpul satu koma enam miliar dulu sebelum menikah. Kenapa kamu mendadak mau menikah?”

"Kalau kita menikah sekarang, rencana kita bisa kacau."

Dia menatapku dengan gugup, khawatir jika aku benar-benar serius ingin menikah.

Aku mengeluarkan dari laci cincin pertunangan yang dia berikan dulu dan memasangkannya di jari manisku.

Sikapku sangat tegas.

"Aku khawatir kalau kita tidak menikah sekarang, kamu akan menikah dengan orang lain."

Mendengar lelucon itu, Candra tampak kaget setengah mati.

Kakinya terasa lemas dan akhirnya dia terjatuh ke lantai.

"Sayang, pernikahan itu hal besar, kita harus pikirkan semuanya baik-baik.”

"Mamamu kemarin juga jatuh sakit, kan? Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk bicara tentang pernikahan kita."

Ketika Candra bicara, dia tidak berani menatap mataku dan terus menghindar.

Aku memegang bahunya dengan kuat-kuat seakan sedang mempercayakan tugas penting kepadanya dan berkata dengan serius:

"Karena Mamaku sakit, jadi aku ingin kita segera menikah dan membuatnya bahagia.”

"Ini semua demi Mamaku, kamu tidak mungkin tolak, ‘kan?"

Hanya dengan beberapa kalimat sederhana, aku bisa menjawab semua alasannya tadi.

Candra terdiam dan menggaruk rambutnya dengan cemas.

Dia bangkit dan berkata akan menelepon orang tuanya untuk memberitahu mereka.

Aku tidak menghentikannya dan membiarkan dia menyelinap ke ruang kerja.

Tidak sampai dua menit, suara Candra terdengar dari ruangan sebelah.

Tapi sayang, ruangan itu kedap suara.

Aku mengambil gelas kaca dan menempelkannya ke dinding lalu mendekatkan telingaku ke sana.

Suara yang tadinya samar-samar, tiba-tiba berubah menjadi lebih jelas.

Candra terdengar menekan pita suaranya, dan bicara dengan suara yang agak berbeda.

“Sayang, setelah kamu kembali kerja di sini, kita akan bisa bertemu setiap hari.”

"Kamu jaga dirimu di sana ya, kalau tidak aku akan merasa khawatir."

Mendengar hal itu, hatiku akhirnya mati.

Benih keraguan di hatiku akhirnya berakar dan tumbuh besar menjadi pohon yang menjulang tinggi.

Cabang-cabangnya kemudian menyusup ke dalam hatiku dan menggoresnya hingga berdarah.

Sementara di ruangan sebelah, Candra masih bicara dengan suara rendah.

"Sayangku, saat kamu kembali nanti, aku akan membelikanmu sebuah rumah besar.”

"Jangan khawatir, suamimu ini punya banyak uang!"

Aku tertawa terbahak-bahak dan tak dapat berkata apa-apa.

‘Dia punya banyak uang? Lucu sekali!’

‘Dari jumlah total uang tabungan bersama kami di bank, sembilan puluh persennya adalah uangku!’

Keesokan paginya, aku benar-benar mengajak Candra ke Kantor Catatan Sipil.

Kali ini, dia benar-benar sangat panik.

Dia tetap meringkuk di tempat tidurnya dan menolak untuk pergi dengan alasan apapun.

"Sayang, ini mendadak banget, aku jadi takut nikah.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 11

    Aku pergi meninggalkan rumah sakit tanpa menunggu lebih lama lagi.Seminggu kemudian, aku mendengar bahwa Ibunya Candra berhasil diselamatkan.Namun, sayang sekali dia menderita penyumbatan otak dan berakhir lumpuh di tempat tidur.Karena hal ini, Candra pergi ke kamar rawat Jessica dan memukulinya.Tubuh Jessica awalnya memang belum pulih, tapi setelah dipukul kondisinya menjadi lebih buruk.Dia akhirnya menelepon polisi untuk melaporkan Candra.Pada akhirnya, Candra ditangkap karena melakukan penganiayaan yang disengaja.Selama Candra ditahan, tidak ada seorang pun yang merawat ibunya.Aku punya kunci rumahnya dan pernah mengunjunginya secara diam-diam.Dia berbaring sendirian di tempat tidur, bahkan untuk minum pun dia tidak mampu.Ruangan yang tidak dibersihkan itu dipenuhi bau busuk yang membuat orang merasa mual.Ketika dia melihatku, mata suram penyihir tua itu langsung bersinar dipenuhi cahaya.Dia mengoceh dan mencoba berbicara, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.Aku bersan

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 10

    Semua orang mengira Jessica menjadi begini, karena dipukul Candra yang sedang marah.Jadi tidak ada seorang pun yang berani masuk karena takut ikut diserang oleh Candra.Akhirnya, seorang penjaga keamanan masuk dengan berani sambil memegang tongkat.Detik berikutnya, teriakan minta tolong terdengar dari dalam kamar."Dokter, dokter, cepat ke sini!”"Dia hampir mati, dia berlumuran darah."Ketika mendengar hal itu, aku merasa sangat lega.Akhir drama yang aku sutradarai dengan sangat cermat ini membuatku sangat puas.Aku menerobos masuk ke tengah kerumunan dan melihat Candra meringkuk di lantai di sudut kamar dengan berlumuran darah.Di sampingnya tergeletak tempat infus yang juga terdapat jejak darah.Jessica, wanita hamil super tangguh ini ternyata sangat kejam!Selama proses tersebut, aku hanya berdiri di tengah kerumunan dan menonton dengan dingin.Ketika Candra dibawa pergi oleh dokter dan perawat, darah masih mengalir dari belakang kepalanya.Pemandangan yang sangat mengerikan.Ak

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 9

    Aku mengalihkan arah pandanganku dan melihat sesosok tubuh bergegas jalan ke arahku dari ujung koridor.Jessica mengelus perutnya dengan lembut, langkahnya begitu cepat seakan mengejar sesuatu.Aku menghindar dan memakai maskerku, bersembunyi dari pandangannya.Jessica berjalan melewatiku dengan tergesa-gesa dan ujung roknya berkibar tertiup hembusan angin.Aku seperti bisa merasakan kemarahannya dengan jelas melalui ekspresi yang ditunjukkannya.Detik berikutnya, raungan Jessica yang menyayat hati terdengar di sepanjang koridor rumah sakit.“Candra, jangan kabur!”"Setelah berani ceraikan aku, sekarang kamu tidak berani menemuiku lagi?"Ketika Candra dan ibunya mendengar suara itu, mereka berbalik dan melihat Jessica berlari ke arah mereka dengan marah.Candra melepaskan diri dari tangan ibunya dengan panik dan mencoba masuk ke kamarnya.Ibunya mencoba menghentikan Jessica, tapi dia didorong dengan keras."Minggir, aku punya urusan dengan anakmu. Ini tidak ada hubungannya denganmu!"

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 8

    Tapi untungnya, aku cukup berbakat.Beberapa menit kemudian, Jessica meneleponku dalam keadaan emosi dan kacau.Mendengar kata-kata dingin dalam rekaman itu, ditambah lagi Jessica tidak dapat melihat ekspresi Candra, dia pasti akan memercayainya.Perpecahan antara mereka berdua hanya akan semakin besar.Aku tidak menjawab panggilannya dan memblokirnya demi kedamaian dan ketenangan.Jessica tidak dapat menghubungiku untuk melampiaskan emosinya, jadi dia pasti akan menghubungi Candra.Saat itu, mereka mungkin akan terlibat pertengkaran besar.Dua hari kemudian, aku mendengar kabar bahwa kepala Candra dipukul oleh seseorang.Ketika dia meneleponku, suaranya seperti orang menangis, "Sayang, aku terluka, apa kamu bisa datang mengunjungiku di rumah sakit?"Aku merasa risih dan langsung menutup telepon.Akhir-akhir ini, Candra dan Jessica, pasangan gila itu, selalu meneror dengan meneleponku.Mereka bahkan meneleponku dari nomor yang berbeda-beda.Aku telah memblokir sedikitnya dua puluh atau

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 7

    Beberapa hari kemudian, Candra muncul di kantorku sambil membawa buket bunga.Aku tidak menyambutnya seperti yang biasa kulakukan.Aku hanya bertanya dengan tenang, "Untuk apa kamu datang ke sini?"Candra menggaruk bagian belakang kepalanya dan tersenyum malu."Sayang, kita akan menikah bulan depan, apa aku tidak boleh datang ketemu calon istriku?"Aku mundur beberapa langkah dan menjaga jarak aman darinya."Tidak perlu. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Jangan hubungi aku kalau tidak ada hal penting."Melihat sikap dinginku, wajah Candra tampak muram.Namun dia tetap berusaha bicara."Walaupun kita belum menikah, aku kan masih pacarmu.”"Emang kenapa kalau kita bertemu?"Aku menahan rasa mualku dan tersenyum padanya."Hei, kamu bukan pacarku lagi."Wajah Candra berubah dan dia menggenggam bunga itu semakin erat."Apa maksudmu, Lian?"Aku mengeluarkan ponselku dan memperlihatkan obrolanku dengan Jessica."Kamu pasti kenal dengan perempuan ini, kan?"Wajah Candra tiba-tiba memucat dan b

  • Antara Cintanya dan Hartaku   Bab 6

    Dalam waktu kurang dari tiga detik, Candra sudah mentransfer sebesar dua puluh juta.Aku menerima notifikasi pembayaran dengan rasa puas dan tidak dapat menahan tawa.“Aku baru saja menelepon Mama, dia bilang dalam aturan keluarga kami, beberapa hari sebelum nikah, kita tidak boleh tinggal bersama.”"Dua hari ini, kamu carilah tempat lain dan pindah secepatnya."Selama lebih dari dua tahun, aku dan Candra telah tinggal bersama.Harga sewa rumah dengan dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu tidaklah murah.Candra sedikit ragu-ragu, tetapi dia tetap bersandar di pintu dan berdiskusi denganku tanpa malu-malu."Sayang, gimana kalau kamu kembali ke rumahmu dulu?”"Aku sudah lumayan nyaman di sini, mudah pergi ke kantor dari sini."‘Haha, lucu sekali.’Selama setengah tahun ini, akulah yang membayar biaya sewa rumah ini. Awal bulan ini pun aku baru membayar uang sewa untuk enam bulan ke depan.Dia sungguh tidak tahu malu, bisa-bisanya dia mengajukan permintaan seperti itu.Aku menjawabnya den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status