Selagi menunggu kedatangan Juan, Mulan memilih mengamati ruang kerja pria itu. Mumpung pemiliknya sedang rapat di luar dan dengan tega meninggalkannya di sini, sendirian. Catat, bahkan Juan menguncinya dari luar. Seakan tidak membiarkannya kabur atau membuat masalah di luar sana.
Mulan tentu protes. Berkali-kali berteriak minta tolong dari orang di luar sana. Namun perlu diingatkan, semua ruangan di kantor ini kedap suara. Mau sekencang apa pun dia berteriak, mereka di luar tidak akan mendengar. Lebih-lebih tak ada yang mau ikut campur masalah atasan mereka yang cukup disegani. Bisa saja mereka langsung dipecat bila membuka pintu ruangan dan membebaskan tahanan di dalamnya.
“Sialan!” umpat Mulan kesal. Dia menendang pintu dengan keras, yang malah membuat ujung kakinya sakit. “double shit! Sakit,” rintihnya.
Sedikit tertatih menuju meja kerja pria itu. Daripada duduk di sofa, Mulan memilih meja kerja yang tampak sangat rapi
Mobil itu terus melaju dengan kecepatan konstan. Tidak terlalu kencang ataupun pelan. Pengemudi di dalamnya juga tampak santai. Tidak diburu waktu. Sesekali dia melirik seseorang di sampingnya. Masih sama seperti lima belas menit yang lalu, tertidur. Beberapa helaian rambut, menutupi sebagian wajahnya. Namun anehnya, dia masih bisa menangkap pesona kecantikan perempuan itu.“Stop, Juan. Dia adikmu,” makinya pada diri sendiri. Juan memukul setirnya berkali-kali, melampiaskan perasaan yang entah apa bersarang di dalam hati.Juan kembali berusaha fokus pada kemudinya. Hingga membelokkan mobil ke arah kanan, tibalah mereka di sebuah resto. Dia beralih membuka seltbelt, menoleh pada perempuan yang masih terlelap dalam tidurnya. Ada helaan napas panjang yang terdengar.“Bangun, Maya!”Juan menggoyangkan sedikit lengan Mulan yang tak berefek apa pun. Perempuan itu malah membenarkan letak posisinya senyaman mungkin. Dengk
Di meja makan semua penghuni rumah berkumpul dengan formasi lengkap. Ini makan malam kesekian kalinya yang Mulan ikuti setelah keberadaan Kriss. Dia masih menjaga jarak pada lelaki paruh baya itu. Bahkan saat Kriss memintanya berbicara untuk melepas rindu, dengan langsung Mulan menolak. Alasannya jelas masih sama, dia tidak menyukai Kriss. Lebih tepatnya benci.“Maya, akhir-akhir ini sepertinya kamu sering bersama Juan.” Joe melirik kakak pertama yang sepertinya tidak terganggu dengan pertanyaannya. Joe memang sering menangkap kebersamaan Juan dan sang adik dengan sangat intens dari sebelumnya. Bahkan perubahan sikap Juan pun tak luput dari pengamatannya. Joe jelas merasa lega dengan kedekatan mereka.Mulan mendongak, melirik Juan yang berada di sampingnya sebelum mengangguk sebagai jawaban. Memang akhir-akhir ini dirinya sering bersama Juan. Bukan hanya mengikuti ke kantor, tapi juga di rumah. Dia dengan gencar mendekati pria itu dalam rangka meluluhkan ke
Maya gusar. Dilihat dari berkali-kali dia menatap ponsel, dengan jari-jari tangan yang tak berhenti mengetuk layar. Dia sudah berusaha menghubungi Mulan, tapi tak ada satupun yang dijawab. Dia perlu sebuah penjelasan. Apa yang dilihatnya di depan mata, tidak bisa ditampik begitu saja. Itu bukan perkara sederhana.Perihal kedekatan Mulan dan Juan waktu itu jelas bukan hal yang lumrah. Dari sudut pandangnya, sang kakak tampak tertarik pada Mulan. Dan Mulan pun demikian. Maya tidak terima. Bukan ini tujuan mereka bertukar tempat.Maya jelas tidak ingin Juan jatuh pada Mulan. Dalam hati, masih besar harapannya untuk bersatu dengan pria itu. Namun bila Mulan menjadi orang ketiga di antara mereka, maka Maya harus segera ambil tindakan. Dia harus memikirkan cara baru. Jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya. Namun sebelum itu, dia perlu penjelasan Mulan. Perempuan itu seperti kurang tahu diri, lupa daratan. Maya mengeram marah.“May, kamu anter pesanan ini, y
Seperti dugaannya, beberapa jam setelahnya Maya dipanggil oleh manager bar. Dia segera menuju lantai atas di mana ruangan sang manager berada. Setiap langkahnya terasa sangat berat. Maya berdoa dalam hati agar tidak dipecat malam ini. Tidak apa bila dirinya harus mengganti rugi. Meski uang simpanannya jelas akan berkurang banyak karena hal ini.Setelah tiba di depan pintu berwarna cokelat, Maya mengetuk terlebih dahulu dan membukanya dengan sangat pelan. Dia mengintip ke dalam, sampai lelaki paruh baya di dalam sana menyuruhnya masuk. Maya mengangguk, meremas ujung bajunya dan masuk ke dalam. Kali ini setiap langkah seperti tengah berhadapan dengan malaikat maut. Wajah lelaki itu berubah menyeramkan, tidak seperti pertama kali mereka bertegur sapa.“Duduk, Maya!” suruh sang manager dengan suara datar.Maya semakin berkeringat dingin. Padahal ruangan ini cukup dingin dengan dua AC yang terpasang. Dia menatap takut-takut pada sang manager yang tampak k
Mulan menguatkan tekad. Dia menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan. Dia memutar handel pintu dan mendorongnya perlahan. Saat itulah tatapannya menangkap Kriss yang fokus pada layar kerjanya. Lelaki paruh baya itu sepertinya belum menyadari keberadaannya.“Dad?”Kriss yang merasa terpanggil langsung mengalihkan perhatiannya. Senyumnya langsung merekah melihat siapa yang datang mengunjunginya. Dia segera menyudahi pekerjaannya, menyingkirkan berkas yang menumpuk dan mengalihkan perhatiannya sejenak dari layar computer.“Maya, kemari.”Mulan menurut. Dia segera menghampiri Kriss yang sudah mengambil posisi duduk di sofa panjangnya. Dia duduk di samping Kriss yang langsung merangkulnya hangat. Bahkan mati-matian Mulan menahan diri untuk tak menghindar. Karena kali ini dia memiliki misi yang penting dengan lelaki itu.“Ada apa, Sayang?” tanya Kriss dengan suara lembutnya. Dia memandang perempuan
Mulan mengendap-endap masuk ke dalam kamar Juan. Jam sudah menunjukkan tengah malam di mana semua orang mungkin sudah terlelap. Namun tidak dengan Juan.Beberapa menit yang lalu Mulan memergoki pria itu baru saja tiba di rumah dengan keadaan yang cukup berantakan. Jalannya sedikit sempoyongan dengan rancauan yang tak mau berhenti. Dia penasaran dengan apa yang terjadi pada pria itu. Tidak biasanya Juan pulang dalam keadaan kacau. Dan setahunya, pria itu cukup kuat dalam alkohol.Setelah membuka pintu, Mulan melongokkan kepalanya ke dalam, mengamati keadaan kamar sebelum memutuskan masuk.Di atas ranjang dia menangkap pemandangan Juan yang terbaring dengan posisi sembarangan. Kaki menjuntai, dan kepala yang tak sampai di bantal. Semakin didekati, aroma alkohol semakin kental masuk ke dalam indera penciumannya.Mulan sedikit menutupi hidungnya sebentar, tidak suka dengan aroma tersebut. Dia mengamati keadaan Juan dengan gelengan pelan.“Ternyat
Juan menurini tangga satu persatu. Sebelah tangannya menutup mulutnya yang menguap. Rasa kantuk masih melekat, hingga matanya terasa sayu. Dia memang sedikit lembur tadi malam. Belum lagi harus menghadiri acara perjamuan salah satu rekan bisnis yang berakhir dengan minum-minum. Beruntung sepulangnya di rumah, semua penghuni sudah terlelap. Tidak ada yang tahu dengan kondisinya yang mabuk berat. Pikirannya terlalu kalut, perasaannya terasa sangat membingungkan. Mungkin hal itu pula yang membuatnya mudah mabuk.Juan kembali melihat sekitar, tatapannya memindai dengan cermat. Tampak dari gelagatnya, dia sedang mencari seseorang. Tumben. Itu kata hatinyaTiba langkahnya di ruang tengah, hanya ada sang ayah dan Julian yang sedang bermain catur. Juan mendekat dan duduk di sebelah sang adik.“Lembur?” sapa Kriss pertama kali. Sekilas melirik Juan, sebelum kembali fokus pada biduk caturnya. Tampaknya pria paruh baya itu tengah memikirkan cara untuk jalan. Ju
Setelah berbincang sedikit, Mulan akhirnya pulang dengan Joe. Pria itu mengajaknya pulang setelah mendapat banyak panggilan dari keluarganya. Apalagi jika bukan mengkhawatirkan sang adik bungsu.Alfa yang ingin mengantar langsung mendapatkan penolakan halus dari Mulan. Mulan memilih bersama Joe yang langsung dipahami oleh pria itu. Beruntung Alfa bukan tipe pria yang pemaksa.“Kalian bicara apa saja?” tanya Joe yang membuka percakapan di sela menyetirnya. Dia menatap Mulan yang sejak tadi banyak menarik napas panjang. Tampaknya banyak beban pikiran pada gadis itu.“Tidak banyak. Hanya menanyakan kabar dan lain hal,” jawab Mulan seadanya.“Aku senang kamu tidak menolak Alfa secara terang-terangan.”“Hah?”“Biasanya kamu akan kabur atau mengusir Alfa jika dia datang. Tapi tadi, aku cukup kagum kamu bisa menahan diri meski wajahmu menyiratkan kebosanan.” Joe terkekeh di akhir kalimatny