Share

BAB 4 : Pertemuan Yang Menyesakkan Hati

Setelah panggilan ketiga kali terputus, untuk keempat kalinya Erlangga kembali menghubungi Elena. Dan Elena yang terlihat takut menjawab panggilan Erlangga memejamkan matanya dengan tangan masih memegang ponsel yang berdering.

Herlambang yang tidak tega dengan kondisi tertekannya Elena atas panggilan berulang kali dari Erlangga, meraih ponsel Elena dan mendengar suara Erlangga pada panggilan itu.

“Lenaa..! Kenapa sih elo itu susah sekali jawab telepon gue! Mau kasih alasan apa lagi? Emang elo silent lagi atau elo lagi sibuk? Elo kenapa sih kagak ngerti, kalau gue lagi pusing mikirin elo? Lena..., Jawab gue..!” umpat Erlangga yang terbiasa emosi bila panik. Apalagi sudah berulang kali dihubungi, Elena tidak menjawabnya.

“Er...! Ini Papi..! Begitu cara kamu bicara sama Elena selama ini?!” bentak Herlambang pada Erlangga kala didengar ia membentak Elena dengan kasar.

“Papiiiii...? Kok.., Uhm.., dimana ini Papi..? Di rumah Elena? Ya udah sekarang Er jalan kesana yaa, Pii..,” izin Erlangga terkejut mendengar suara Herlambang.

“Enggak usah..! Kami masih di rumah sakit!” geram Herlambang dengan membentak putranya.

“Maaf Pii.., tadi Er bingung dan pusing mikirin Elena.., dan kemarin waktu Er mau curhat ke Papi bilang lagi sibuk, disuruh tunggu dua minggu lagi baru dateng. Jadi Er itu bingung.., Maaf’in Er.., yang udah berlaku kasar sama Elena yaa.., Pii..,” ucap Erlangga, intonasi suara Erlangga begitu terdengar memelas.

“Hemm.., gini aja, Kalau Papi sudah di rumah Elena nanti Papi hubungi kamu. Kita harus bicara banyak hal... Ingat! Jangan sesekali kamu terbiasa membentak Elena atau siapa pun. Even kamu lagi stress..! Ngerti kamu?” tanya Herlambang dengan tegas.

“Yaa.., Pii..,” jawab Erlangga pelan.

Setelah itu hubungan telepon diantara mereka pun terputus, Herlambang mengembalikan ponsel Elena dan terlihat gadis itu menunduk seraya mengambil ponselnya.

Hanya berselang lima menit nama Elena dipanggil oleh staf dari apotek tersebut. Dan Herlambang mengambil obat-obatan yang diresepkan untuk Elena.

Setelah itu, Herlambang kembali meraih tangan Elena berjalan keluar dari ruangan itu menuju Lobby rumah sakit.

Pada bagian Lobby rumah sakit swasta itu, Elena diminta duduk menunggu taxi. Herlambang berjalan ke bagian informasi yang berjarak sekitar 12 meter dari tempat duduk Elena, saat memesan taxi yang biasanya telah mengantre pada sayap kiri bangunan rumah sakit tersebut.

“Order taxi ke mana Pak?” tanya seorang petugas di bagian informasi yang merangkap untuk order taxi dir rumah sakit itu.

Taxi yang masuk ke rumah sakit swasta itu, telah diatur sedemikian rupa, hingga mereka memakai antrean sesuai kedatangan dari taxi yang masuk ke rumah sakit itu dengan tujuan tidak terjadi saling gesek antara sopir taxi yang antre pada rumah sakit tersebut.

“Order taxi ke Kompleks Waringin Permai blok N 1 no.2 atas nama Herlambang,” pinta Herlambang pada seorang wanita bagian informasi.

“Baik silakan ditunggu, Pak. Nanti kami akan memanggil nama bapak,” ucap wanita bagian informasi tersebut dengan ramah. Kemudian Herlambang pun berjalan menuju tempat Elena menunggunya.

“Lena.., apa masih mual?” tanya Herlambang menatap gadis cantik itu.

“Nggak Om. Uhmm.. cuman, nanti gimana bicara sama mama? Elena takut sekali Om..,” ucap Elena memandang iris hitam Herlambang.

“Nanti Om akan bicara dulu dengan Erlangga. Dan Om juga harus berbicara di hadapan Tiara.., biar dia dengar keputusan Er dan keinginan maminya. Kami akan bicara bersama. Setelah itu.., Om akan ke rumah kamu dan bicara dengan mama kamu."

“Tapi.., Om nanti kalau Elena ditanya sakit apa sama mama.., harus jawab apa?” tanya Elena meremas-remas ujung kaos yang digunakannya.

Melihat Elena stress dengan meremas-remas ujung kaosnya. Herlambang pun meraih tangan nan indah itu. Dielusnya dengan kasih sayang lalu ia pun berucap, “Kita akan ke dokter lagi dua minggu. Jadi setelah bisa USG.., nanti Om yang akan ngomong ke mama kamu."

"Untuk sementata ini.., bilang aja, asam lambungnya kumat dan akan ke rumah sakit lagi kalau masih nggak membaik," tutur Herlambang selanjutnya.

“Lena.., cuman jalan kebohongan itu yang sementara ini bisa kita jalani. Memang berat.., tapi Om minta bersabar yaa.., dua minggu lagi. Ehmm..,” pinta Herlambang lanjut seraya mengelus kepala Elena.

Sebuah panggilan dari bagian informasi atas taxi yang di order Herlambang membawa mereka berdiri dari tempat duduk di depan Lobby sebagai tempat menunggu taxi bagi pasien dan pengunjung rumah sakit untuk menuju taxi yang akan membawa mereka pulang.

Di dalam taxi itu, Herlambang memilih duduk dibelakang sopir dengan Elena. Dan Herlambang yang merasa bahagia atas kehamilan Elena memaksa gadis itu untuk menyandarkan kepalanya pada bahunya.

“Sini.., dekat Om. Pasti capek dari tadi kamu duduk tanpa sandaran,” pinta Herlambang dengan merangkul Elena ke dalam dekapannya.

Elena yang bingung harus berlaku seperti apa pada Herlambang, hanya membiarkan Papi sambung Erlangga itu dengan membenamkan kepalanya di dalam dada bidang milik Herlambang yang terus mengelus kepalanya dan beberapa kali mencium rambutnya.

Sampai akhirnya, tangan Herlambang meraba bagian perut Elena seraya berkata lirih, “Sayang.., baik-baiklah di dalam.., jangan buat susah mama kamu yaa.”

Herlambang melirik ke arah Elena saat ia mengatakan hal itu pada Elena. Dan Elena yang mendengar ucapan Herlambang menatap lelaki itu dengan mata berkaca-kaca, ‘Om.., Lena takut mama.., takut tante Tiara marah. Dan takut melahirkan juga, kata orang banyak, melahirkan itu sakit...”

“Lena.., sekarang jamannya udah canggih. Ada baiknya kalau kamu sejak awal takut seperti ini.., nanti di plan-kan saja untuk dilakukan Caesar. Yang perlu kamu pikirkan saat ini, sehat dan sehat.., hemm..,” kecup Herlambang pada kening Elena yang kian membenamkan diri dalam dekapan Herlambang.

Taxi pun sampai di depan pintu pagar Elena. Dan saat Herlambang keluar dari taxi, ia pun masih erat menggenggam tangan Elena, hingga pada saat pintu pagar rumah itu dibuka oleh Erlangga, kedua tangan yang bergandengan itu pun terlepas.

“Elenaaa...!” panggilan Erlangga membuat Herlambang dan Elena terkejut dan melepaskan genggaman tangan mereka.

Dan Erlangga pun memeluk erat tubuh kekasih hatinya nan cantik itu, tepat di depan Herlambang, seketika tangan mereka pun terlepas.

Dan perintah Herlambang pada putra sambungnya agar Erlangga menunggu kabar darinya tidak digubris, dengan tetap mencari Elena di rumahnya.

Dengan penuh rasa sayang, Erlangga memeluk dan mengelus punggung Elena serta ditatapnya kekasih hatinya dengan penuh rasa bahagia, lalu diciumnya berulang kali pucuk kepala Elena.

“Lena.., maaf’in gue.., elo tau kan gue selalu cemas dan ingin hal ini terjadi,” ucap Erlangga seraya mencium perut Elena di hadapan Herlambang.

Herlambang yang menyaksikan mereka berpelukan dan putra sambungnya mencium pucuk kepala dan perut Elena, membuatnya memalingkan muka kearah lain.

Terasa gemuruh di dalam dadanya begitu keras sampai tak terasa buliran hangat telah siap meluncur dari sudut netranya.

Dalam hati Herlambang pun menangis menyaksikan kedua orang yang dikasihinya saling berpelukan dan itu sangat membuat hatinya tersiksa.

'Lena.., apa yang harus aku lakukan.. , bagaimana mungkin kejadian yang membahagiakan hatiku juga membuat luka yang begitu dalam? Erlangga.., maafkan Papi.., bila kini kita mencintai wanita yang sama.'

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Yang udah sampai Bab ini... Dilanjutkan yaa kakak sayang(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠... di jamin seru(⁠つ⁠✧⁠ω⁠✧⁠)⁠つ makasih sudah mampir(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
iyaa kak Andriani...️.. waiting kelanjutannya...️ makasih udh hadir......️...
goodnovel comment avatar
Parikesit70
kasar sayang.. atau lembut plin plan......️......️ makasih dah hadir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status