Home / Romansa / Antara Misi Dan Hati / Bab 73 Ini Belum Selesai

Share

Bab 73 Ini Belum Selesai

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-06-02 22:59:30

Langkah kaki Reina cepat dan sunyi menyusuri koridor batu. Di tangan kirinya, nampan makanan khas Malaka, daging panggang, bubur rempah, dan semangkuk anggur. Di tangan kanannya, belati kecil terselip di balik lengan panjangnya.

Dua penjaga berjaga di depan pintu kamar Ardian.

Reina menunduk rendah.

“Makanan untuk Pangeran.”

Penjaga menatapnya curiga. “Baru kali ini kulihat wajahmu.”

“Aku anak baru. Dikirim dari dapur blok selatan.”

Mereka pun saling pandang dan menatap Reina dengan mata jelalatan. Lalu salah satu membuka pintu. “Masuk cepat. Dan jangan lama-lama.”

Reina menyelinap masuk menjadi seorang wanita.

Kamar itu luas dan remang. Di dalamnya, Pangeran Ardian duduk bersila menghadap meja bundar, bersama dua orang pejabat militer Malaka. Mereka belum menyadari kehadiran Reina.

---

Senja belum benar-benar padam ketika Reina, masih dalam penyamarannya sebagai pelayan baru—melangkah membawa teko arak dan nampan makanan ke ruangan pribadi Pangeran Ardian. Ia sudah tiga kali masuk k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 75

    Malam gelap. Reina berjongkok di balik rimbun dedaunan, napasnya tertahan. Pengintai Ghana—yang akhirnya mengaku bernama Letnan Nayaka—mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya: sebuah tabung besi kecil, tua, dan nyaris tak terlihat. “Apa itu?” bisik Reina. “Sinyal optik. Hanya bisa diterima dari jarak tiga kilometer ke arah barat. Kami punya stasiun pengawas tersembunyi di sana.” Letnan Nayaka membuka tutup tabung itu. Di dalamnya ada kristal kecil berwarna merah. “Satu kedipan, permintaan dukungan. Dua kedipan, bahaya. Tiga kedipan…” dia menoleh pada Reina, “…ada sesuatu yang lebih penting dari perang.” Reina menahan napas. Saat Nayaka menyalakan kristal itu dan mengarahkannya ke langit gelap, tak terdengar suara apa pun. Hanya kedipan cahaya merah kecil… satu… dua… tiga… Tiga kali. Sementara itu – Barak Militer Ghana, 3 KM dari Perbatasan Seorang perwira jaga, Mayor Arta, sedang mengecek peta ketika seorang teknisi berlari masuk. “Pak! Cahaya tiga kedipan dari utar

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 74 Pinggir Perbatasan

    MARKAS PEMBERONTAKAN – MALAM HARI Udara dingin menggantung di sela-sela dinding batu markas. Reina dengan penampilan sederhana sebagai pelayan istana Ardian membawa nampan kayu berisi makanan ke kamar pangeran. Tapi bukan makanan yang menjadi tujuannya malam ini. Pangeran Ardian sedang berdiri di balkon, wajahnya diterpa cahaya remang obor. Saat Reina mengetuk, ia hanya berkata tanpa menoleh, “Masuk.” Reina menaruh nampan di meja kecil. Detik itu, Ardian berbalik. "Kau bukan hanya pelayan biasa, ya?" Reina tak menjawab. Ardian ini maju, matanya menyipit. “Kau cerdik. Tenang. Bahkan tak takut saat aku bicara tentang darah dan perang.” Reina menunduk, berpura-pura malu. "Saya hanya... ingin berguna bagi Yang Mulia." Ardian tertawa kecil, tapi sorot matanya tetap tajam. “Lalu... apa yang kau inginkan dariku?” Reina angkat wajah. Wajahnya tampak tulus, suaranya lirih tapi menusuk. "Saya ingin melihat para tahanan. Yang di Blok D." Seketika, ruangan hening. Ardian menatapnya

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 73 Ini Belum Selesai

    Langkah kaki Reina cepat dan sunyi menyusuri koridor batu. Di tangan kirinya, nampan makanan khas Malaka, daging panggang, bubur rempah, dan semangkuk anggur. Di tangan kanannya, belati kecil terselip di balik lengan panjangnya.Dua penjaga berjaga di depan pintu kamar Ardian.Reina menunduk rendah.“Makanan untuk Pangeran.”Penjaga menatapnya curiga. “Baru kali ini kulihat wajahmu.”“Aku anak baru. Dikirim dari dapur blok selatan.”Mereka pun saling pandang dan menatap Reina dengan mata jelalatan. Lalu salah satu membuka pintu. “Masuk cepat. Dan jangan lama-lama.”Reina menyelinap masuk menjadi seorang wanita. Kamar itu luas dan remang. Di dalamnya, Pangeran Ardian duduk bersila menghadap meja bundar, bersama dua orang pejabat militer Malaka. Mereka belum menyadari kehadiran Reina.---Senja belum benar-benar padam ketika Reina, masih dalam penyamarannya sebagai pelayan baru—melangkah membawa teko arak dan nampan makanan ke ruangan pribadi Pangeran Ardian. Ia sudah tiga kali masuk k

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 72 Bayangan Di balik Perbatasan

    Senja membakar langit saat Reina mengenakan kembali pakaian tentara lama miliknya yang lusuh, penuh tambalan, dan bau tanah. Ia mencoret wajah dengan arang, menyembunyikan identitas bangsawannya. Di balik tenda logistik militer yang ditinggalkan, ia mengintip celah pagar kawat berduri yang dijaga dua serdadu kerajaan.Satu… dua…Tepat ketika salah satu penjaga meludah dan menoleh ke arah lain, Reina meluncur ke tanah. Tubuhnya merayap melewati lumpur, melewati parit, dan masuk ke celah pagar yang ia gunting sebelumnya."Reina, cepat!" bisik seorang anak muda dari desa perbatasan, namanya Karim, informan bayaran yang setia pada siapapun yang memberi makan.Mereka berlari ke arah bukit. Dari atas sana, Reina melihat api unggun pasukan Ardian berkobar. Suara sorak sorai, tawa, dan denting pedang terdengar. Dia menarik napas dalam, mengikat rambutnya, dan mengenakan helm usang.“Kau yakin mereka akan menerimaku?” tanya Reina cepat.“Kau akan jadi prajurit baru. Tak ada yang peduli di bari

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 71 Laki laki Yang kupilih dalam diam

    Mentari baru saja menyelusup malu-malu di balik tirai kain tipis, mewarnai langit barak dengan semburat jingga pucat. Satya membuka mata perlahan, lengannya masih terulur ke sisi ranjang yang biasanya hangat… tapi kini kosong.“Rei?” gumamnya parau, mencari kehangatan itu yang seharusnya masih bersandar di dadanya.Ia bangkit duduk. Selimut terjatuh ke bawah, dingin menyergap kulitnya, tapi jauh lebih dingin adalah kenyataan bahwa ranjang itu terlalu rapi untuk seseorang yang baru saja tidur bersamanya semalaman.“Rei…” suaranya lebih lantang, kini disertai langkah cepat menuju pintu.Tak ada jejak. Tak ada suara air di kamar mandi. Tak ada piring sarapan di meja. Hanya keheningan yang memekakkan.Dan di atas meja kerja—tepat di bawah cahaya matahari pagi—terletak sepucuk surat, dilipat rapi, dengan lipstik samar yang menandai tepi kertasnya. Satya menatapnya sejenak. Ada sesuatu dalam dada yang mengeras seketika. Tangannya gemetar saat mengambilnya.Ia buka perlahan. Matanya membaca

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 70

    Raja Mahesa menatap Reina dari balik tirai emas, sosoknya berdiri dengan kekuasaan yang tak terbantahkan. Di tangannya, selembar surat perjanjian telah ditandatangani oleh Reina—berisi janji bahwa ia akan meninggalkan Satya dan memutus pernikahan mereka secara diam-diam. “Keluar sekarang,” ucap Raja kepada ajudannya. Reina masih berdiri mematung di hadapan sang raja, hingga akhirnya Raja Mahesa berkata tanpa menoleh, “Mereka akan bebas… mulai besok pagi.” Reina menunduk dalam-dalam. “Terima kasih, Yang Mulia.” Tapi saat ia hendak pergi… Pintu terbuka cepat. Salima melangkah masuk, dengan ponsel di tangannya dan wajah yang gelisah. “Yang Mulia,” katanya sambil melirik sekilas ke arah Reina, “Saya baru saja mendapat pesan dari Ardian.” Raja mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?” Salima mendekat, menaruh ponsel di meja, dan memutar layar ke arah raja. "Tawanan ini... keluarganya punya hubungan dengan seseorang yang kalian lindungi. Jika Ghana ingin mereka kembali hidup, kir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status