Share

Tak Terduga

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-03-25 22:37:49

“Biar aku yang bawa,” suara Satya dingin dan tak terbantahkan. Sersan Hendra terkejut ketika Satya tiba-tiba mengulurkan tangan, mencegahnya membopong Reina.

Hendra mengerutkan kening, ragu sejenak, tapi ia tak berani membantah. Dengan cekatan, Satya mengangkat Reina ke dalam gendongannya dan berjalan cepat menuju mobilnya.

Perjalanan berlangsung dalam diam. Satya mengemudi tanpa ekspresi, sementara Reina yang masih setengah sadar hanya bisa menggeliat lemah.

Namun, saat kesadarannya perlahan kembali, Reina merasakan sesuatu yang aneh. Bau antiseptik rumah sakit yang seharusnya tercium, tidak ada. Sebaliknya, ia merasakan aroma bunga dan udara yang lebih hangat.

Matanya terbuka perlahan, dan yang pertama kali dilihatnya adalah langit-langit kayu berukir serta lampu gantung klasik.

Ini… bukan rumah sakit.

Dengan cepat, Reina mencoba bangkit, tapi tubuhnya masih terlalu lemah. Ia menoleh ke samping dan langsung terkejut melihat sosok Satya duduk di kursi, membaca dokumen dengan ekspresi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 69 Nyala Yang Tersembunyi

    Putri Naila masih berdiri di ambang lorong, angkuh dan penuh ejekan. Kedua pengawalnya mempersempit ruang gerak Reina. Lorong marmer istana berubah jadi arena tekanan. Tapi Reina... sudah cukup menahan. “Aku bertanya, apa kau yakin bisa berdiri di sisi Satya tanpa membuka semuanya?” ulang Naila dengan suara menekan. Reina menunduk sejenak. Napasnya berat. Tapi ketika ia angkat kepala, matanya bukan lagi mata seorang putri penyamar, melainkan mata prajurit. Mata yang dulu menembus kabut hutan, mata yang bertahan di bawah tembakan musuh. Satu tarikan napas. Satu langkah cepat. BRAK! Tangan Reina menyambar ke depan dan mendorong salah satu pengawal ke dinding, keras, membuat tubuhnya terpelanting dan terengah. Satu lagi mencoba menarik lengannya, tapi Reina berputar, menekuk siku lawannya dan menjatuhkannya dengan gerakan cepat, khas pasukan elite. Putri Naila mundur dua langkah dengan kaget. “Apa... kau—?!” Reina maju satu langkah, rambutnya berantakan, napasnya memburu. “Aku tid

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 68 Diam Yang Menggores

    Lorong istana terasa lebih panjang dari biasanya. Satya berjalan cepat di belakang Reina yang terus melangkah tanpa menoleh, gaunnya menyapu lantai dengan gerakan terburu. Para pelayan yang mereka lewati langsung membungkuk, namun keheningan tajam menyelimuti mereka. “Reina, tunggu dulu,” Satya akhirnya bersuara, menyentuh lengan istrinya dengan lembut. Tapi Reina hanya diam. Ia menepis tangan Satya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Satya menyusul, namun pintu dibanting tepat di depan wajahnya dan Satya hanya bisa menggertakkan gigi. Tak menyerah, ia memutar kenop pintu dan masuk begitu saja. Reina berdiri di dekat jendela, membelakangi suaminya. Bahunya naik-turun. Entah karena marah, atau karena menahan tangis. “Kenapa kamu diam? Katakan sesuatu,” desak Satya. “Aku tidak ingin bicara sekarang,” suaranya lirih, namun tajam seperti pisau. Satya melangkah mendekat. “Apa ini karena Salima?” Reina menoleh cepat, matanya merah. “Bukan hanya karena Salima! Tapi karena semua in

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 67 Bisik Yang Mengiris

    Matahari belum sepenuhnya naik ketika suara derit pintu kamar itu memecah kesunyian lorong utama sayap timur istana. Seorang pria bertubuh tegap keluar dengan langkah pasti, rambutnya masih sedikit acak, dan seragam militernya belum sepenuhnya rapi. Tapi siapa pun bisa mengenalinya—Mayor Satya, adik Pangeran Arvid. Atau, bagi sebagian kecil dari mereka yang tahu, satu-satunya pangeran yang masih memiliki hak pewaris yang sah.Tiga pelayan wanita yang baru saja membawa nampan sarapan untuk tamu-tamu bangsawan sontak menghentikan langkah. Mata mereka membelalak. Satu di antaranya terperangah melihat dari kamar mana sang Mayor keluar. Bukan dari ruang dinas. Bukan dari ruang sidang militer. Tapi dari kamar... Putri Aliya.“Y-Yang Mulia Satya... keluar dari kamar itu?” bisik salah satu pelayan dengan napas tercekat.“Dia menginap di situ? Atau… jangan-jangan…?” gumam yang lain, menatap dua temannya dengan mata penuh spekulasi.Satya melirik sekilas ke arah mereka, namun tak berkata apa-ap

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 66 Racun Dalam Cinta

    Istana terasa sunyi malam itu. Jamuan makan malam yang digelar secara pribadi oleh Putri Salima untuk Satya tampak mewah. Anggur merah dalam gelas kristal, lilin beraroma rempah menyala lembut, dan musik klasik mengalun pelan. “Terima kasih sudah datang,” kata Salima lembut, mengenakan gaun merah anggun yang menonjolkan lekuk tubuhnya. “Aku hanya ingin kita bicara… sebagai dua calon pasangan masa depan Ghana.” Satya diam. Tatapannya dingin. Tapi ia tetap duduk, menjaga sopan di hadapan utusan kerajaan asing. Salima menuangkan minuman untuknya, matanya penuh rencana. “Cobalah ini. Anggur spesial dari tanah Malaka. Konon bisa meredakan beban dan luka,” katanya. Satya menyesap sedikit. Rasanya manis, lebih manis dari biasanya. Tapi ia terlalu lelah untuk curiga… hingga kepalanya mulai berat. Napasnya melambat. Dunia berputar pelan. Ia sadar, ada yang tidak beres. “Apa yang kau—” gumamnya, setengah bangkit dari duduk. Salima mendekat. Tangannya menyentuh dada Satya. “Tenang saja...

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 65

    Aula pertemuan pribadi itu dibuka paksa. Satya baru saja melangkah masuk ketika suara sepatu hak tinggi menghantam lantai marmer. “Bagus. Akhirnya kau datang juga.” Putri Salima berdiri di tengah ruangan, tubuhnya tegang. Gaun resmi diplomatiknya yang penuh lencana kebangsawanan Malaka berkilau saat ia berputar cepat menatap Satya. Satya menghentikan langkah, berdiri lurus. Raja Mahesa ada di belakangnya, duduk di kursi pengamat. Tidak bicara, tidak memberi aba-aba. Ini jelas ujian. “Kau mempermalukan kerajaanku,” ucap Salima tanpa basa-basi. Suara tamparannya menyusul satu detik setelah kata-katanya habis. Satya tidak bergerak. Tidak melawan. Tidak mundur. “Kau pikir aku boneka politik yang bisa disingkirkan hanya karena kau tergila-gila pada wanita berkasta rendah itu?” Salima maju dua langkah, tangan kanannya kembali terangkat. Satya menangkap pergelangan tangannya kali ini. Cengkramannya dingin. “Cukup.” “Seluruh Malaka sudah tau, Foto kita terpajang di med

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 64 Sumpah Darah

    Gerbang istana terbuka perlahan di bawah cahaya lampu sorot yang menusuk malam. Hujan masih turun gerimis, menetes dari ujung helm para penjaga yang berdiri berjajar. Setiap langkah kendaraan lapis baja yang mengangkut Reina dan Satya diiringi tatapan tajam para petinggi, bangsawan, dan pasukan elit istana yang berkumpul di halaman utama.Pintu belakang terbuka.“Turun!” bentak seorang penjaga, menarik borgol di pergelangan Reina.Ia terhuyung turun, mengenakan pakaian sederhana berlumur lumpur, wajahnya basah dan kusut. Namun di balik kelelahan itu, matanya tetap tegak, menyimpan harga diri yang tak bisa dipatahkan oleh borgol logam.Di sisi lain, Satya turun dari kendaraan kedua. Tubuh tegapnya sedikit tertunduk. Bajunya basah kuyup, rambutnya menempel di dahi. Tapi matanya, tajam seperti elang yang enggan tunduk.Tatapan mereka bertemu.Tak ada kata.Hanya diam yang panjang... dan dalam.Beberapa bangsawan mulai berbisik-bisik. Nama Satya disebut pelan di antara mulut-mulut yang ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status