Share

Rumah Baru?

Aya cukup kaget melihat rumah yang tak sesuai ekspetasinya, lebih tepatnya ekspetasinya yang terlalu rendah tentang rumah didepannya ini, rumah ini jauh lebih besar dari yang Aya bayangkan, rumah dua tingkat dengan nuansa itally dan cat berwarna putih itu mampu membuat nilai estetika tersendiri. 

Dari rumah rumah yang ada dikomplek mawar, rumah bernuansa itally inilah yang paling mewah, apalagi rumah ini terdapat dipertengah komplek. 

Meskipun begitu, bukankah akan terasa sepi jika hanya dihuni oleh dua orang?.

Aya masuk kerumah itu dengan Dipta didepannya, Ia menggiring dua koper besar berisi baju dan beberapa barang yang benar benar ia butuhkan saja, untuk piala dan sertifikat ia titipkan dibundanya saja. 

"Sini non saya bantu bawa" 

Mang Ujang, laki laki yang sudah bekerja dirumah bernuansa itally ini sejak setahun yang lalu, lebih tepatnya ia orang pertama yang bekerja disini. 

"ngga usah pak ngga papa aku bisa kok" ucap Aya dengan tidak enak

"aduh neng udah ngga papa lagian teh ini udah tugas mamang"

"gausah mang gapapa" Aya kembali menolak sebab memang dua koper ini tidak terlalu berat. 

Mang Ujang akhirnya mempersilakan Aya dan Dipta masuk, lagi pula ini juga sudah malam mungkin pasangan didepannya ini sudah sangat lelah pastinya.

"Kamar kamu diatas" ucap Dipta

Aya lantas menoleh dan mengangguk, gadis itu menaiki tangga dengan menenteng dua kopernya, meskipun anak tangganya cukup banyak dan energi nya cukup terkuras. 

dengan santainya ia membuka pintu  yang jelas jelas memiliki pin didepan pintu tersebut.

"Itu kamar saya, kamar kamu disebelah" 

Aya terdiam lalu meringis, hampir saja ia masuk kamar dipta begitu saja, ia juga tak sadar tadi kalau kamar ini paling berbeda dari kamar lain, terlihat jelas dari pintunya. 

Bukannya menunggu Aya masuk kekamar nya, Dipta malah masuk kamarnya dan mengunci kamar itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. 

Namun hal tersebut tidak membuat Aya sedih atau kecewa sama sekali, bahkan ia mengangkat bahunya acuh, karna yang ia butuhkan sekarang adalah kasur, tubuhnya rasanya sudah remuk karna acaran seharian ini. 

Saat masuk kamar Aya cukup tercengangang, bagaimana tidak kamarnya dulu yang hanya berukuran 3x3 saja menurutnya sudah cukup luas apalagi kamar berukuran 8x8 didepannya ini. 

Kalau kamarnya dulu hanya memiliki single bed, lemari satu pintu, dan meja kursi belajar, sekarang kamar barunya ini memiliki bed berukuran king size, sofa tiga seater, meja belajar yang cukup luas, tv, clothes room bahkan kamar mandi pribadi. 

Sepertinya mengajak Karina kesini akan menyenangkan, mereka akan menonton drakor hingga lupa waktu, memakan banyak cemilan, bersantai santai, ah intinya pasti sangat menyenangkan. 

Aya meletakan kopernya begitu saja, sebenarnya ia sangat ingin membereskan semuanya langsung saja, namun masalahnya matanya sudah benar benar berat. 

Ia mengganti pakaian dress putihnya menjadi piama tsum tsum favoritnya, membaringkan tubuhnya dibed berukurang king size itu. 

Rasanya sangat nyaman, benar benar nyaman, kasur yang empuk dan besar hingga ia tidak akan terjatuh lagi karna kadang tidurnya yang tidak diam saja alias sering bergerak. 

......

02:00

Aya membuka matanya dengan malas dan mematikan alarm yang ia setel sebelum tidur semalam, ia sengaja bangun dini hari karna ingin membereskan pakaian yang ada dikoper. 

Kalau ia bereskan nanti pagi yang ada ia akan telat pergi ke kampus karena ia ada kelas.

Ia membereskan pakaian pakaiannya, dan menaruhnya ditempat berbeda beda, untuk pakaian tidur dan dirumah ia taruh di bawah sekali, untuk pakaian ke kampus dan pakaian untuk pergi ia taruh diatas, untuk dress ia taruh digantungan paling atas, dan bagian cardigan ia taruh di tengah. 

Sudah dua jam lebih ia akhirnya selesai membereskan semuanya, yang ia lakukan sekarang adalah menyusun buku yang harus ia bawa nanti pagi dan menaruhnya ditas.

Matanya benar benar sudah mengantuk,  namun gadis itu mencoba untuk terus membuka matanya.

Ia memutuskan untuk membuka ponsel nya agar rasa kantuknya hilang, rasanya ia sangat ingin menelpon Karina namun sudah pasti gadis itu masih tidur bahkan jam enam pagi saja gadis itu masih tertidur pulas. 

Ia memutuskan untuk membuka aplikasi i*******m, foto pertama diberanda yang ia lihat adalah Alara, foto Alara dengan ayahnya, ayah Aya juga.

Aya tersenyum tipis melihatnya, bahkan tiga hari yang lalu saat ia menelpon ayahnya, belum juga ia mengatakan semuanya tapi ayahnya langsung marah marah dan mematikan sambungan telpon tersebut, belum lagi bukan hanya aya yang mendengar kata kata serapah ayahnya, namun mama dan papa mertuanya juga mendengarnya. 

Terlihat ayahnya yang sangat bahagia, begitu juga Alara, postingan dengan like dan comment yang dibalas dan disukai oleh sepuluh ribu orang lebih, bahkan semuanya hampir mengeluarkan pujian. 

Sepertinya ia cukup menyesal untuk membuka ponselnya, bukannya kantuknya hilang ia malah merasakan sakit hati di dini hari. 

Jam sudah menunjukan pukul lima pagi,  benar benar tidak terasa, padahal tadi saat ia membersihkan semuanya tidak sampai satu jam, ia sepertinya terlalu asik  melamun. 

......

06:00

Aya sudah telihat rapi dengan jeans dan cardigannya yang sudah ia gosok tadi, jangan lupakan rambut cepol nya dan kaos kaki putihnya.

Ia langsung keluar dari kamar seraya menenteng tas nya, bahkan dari lantai dua saja bau nasi goreng sudah tercium. 

"kak Dipta?"

Aya cukup bingung karena ia belum tau dimana tempat dapur dirumah ini, terlalu besar sehingga Aya harus menoleh kanan kiri untuk memastikan dapurnya. 

Dan ya! ia menemukannya!

"halo non.. ini bibi bukan tuan Dipta"

karena sebuah suara... 

"E-eh bibi siapa?" Aya cukup bingung dengan wanita paruh baya yang sedang memegang sepiring nasi goreng. 

"Duduk dulu non" persilakannya. 

Aya duduk dikursi makan, kursi makan yang cukup luas bahkan bisa untuk keluarga besar menurutnya. 

"Bibi ini asisten disini, non bisa panggil bibi bi Siti" ucap bi Siti seraya menuangkan susu ke gelas. 

Aya hanya mengangguk karena mulutnya sekarang penuh dengan nasi goreng, tapi jujur dari semua nasi goreng yang pernah ia coba, nasi goreng bi siti paling terbaik walaupun hanya dengan toping telur dan sosis. 

"oh iya non tadi tuan Dipta nitipin sesuatu ke non, tadi ditaruh dimeja depan"

"titipan apa bi?"

"kurang tau non"

"ngga usah panggil aku 'non' panggil aja aku Aya bi" ucap Aya

"yasudah non Aya saja ya ndok? bibi ngga enak manggil nama aja" 

Aya tiba tiba diam, pikirannya tertuju tentang apa yang dititipkan Dipta, apakah itu surat cerai? astaga gila saja ia baru menikmati kamar rasa hotel ini, ia sudah lelah menyusun pakaian, tiba tiba ia harus menyusunnya ke koper lagi? tidak mungkin kan? iya pasti tidak mungkin sekarang ia harus berfikir lebih positif.

"bi Siti, Aya duluan ya" ucap Aya dengan buru buru tidak lupa menghabiskan segelas susu dan mencium tangan punggung bi Siti. 

Jantungnya berdetak tak keruan saat melihat sebuah amplop yang ada dimeja itu, perlahan ia membuka amplop tersebut. 

Namun saat melihat isi amplopnya jantungnya rasa ingin keluar dari tempat, bagaimana tidak, Aya si anak yang paling besar memegang uang hanya sekitar lima jutaan itupun uang tabungannya, sekarang malah melihat uang nyata dengan isi yang lebih banyak, belum lagi atm card yang ada diamplop itu. 

Aya membuka surat yang terselip diantara beberapa uang lembaran berwarna merah itu. 

"Uang bulanan, kalau kurang ada diatm" -pradipta

Sebentar, kurang apanya? bahkan uang dua lembar uang berwarna merah ini saja ia sudah bisa bertahan selama seminggu, namun bukankah ia sekarang bisa membayar buku bukunya yang belum lunas dan juga membeli buku buku lain?.

Aya menyimpan amplop tersebut ditasnya, gadis itu berlari menuju keluar rumah, karena ia tidak terlalu tau jalan dari komplek ini ke kampusnya, ia memutuskan membuka ponsel dan memesan ojek online. 

"Non Aya mau sekolah ya?"

Aya menoleh dan mengangguk, terlihat pak mamat yang sudah rapi dengan pakaian dinasnya. 

"Yaudah ayo"

"ayo kemana pak?" tanya Aya bingung

"ke kampus"

"tapi pak ngga usah aku udah mau pesen ojek online" ucap Aya

"aduh non kalau gitu jadi kerja saya apa? kan saya disini sopir" ucap pak Mamat. 

"tapi pak mamat ngga ada kerjaan lain kan? takutnya lagi sibuk" ucap Aya tak enak. 

"engga lah non orang saya jadi sopir pribadi non"

S-sebentar! apalagi ini? setelah uang saku yang terlalu berlebih, ia sekarang mempunyai sopir pribadi sendiri? apakah ia bermimpi?! kalau iya jangan bangunkan ia dulu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status