Share

wedding

Jujur, Aya masih tidak menyangka bahwa ia sudah sah menjadi seorang istri Pradipta, dan yang ia pikirkan sekarang, apakah ia bisa mempertahankan pernikahannya? bukankah menikah itu ketika pasangan satu sama lain memiliki rasa? namun salah satu mereka tak satupun. 

Begini saja, ia saja masih tidak beres mengurus dirinya, dan sekarang ia harus mengurus seorang Pradipta?!. 

"HAI BRADER! SELAMAT!" 

Samuel Dirgantara, sahabat Dipta sejak sma, Samuel belum bekerja, ia masih kuliah dan sibuk dengan skripsinya. 

"bro selamat ya! gue ngga nyangka lo nikah duluan."

Nah kalau yang ini Agam, lebih tepatnya Gibran Agam Samudra, Agam ini tipekal laki laki yang menghargai perempuan, buktinya semua mantannya pada gagal moveon sama dia, Agam ini pemilik muffintie cafe, cafe yang sering didatangi anak anak remaja sekarang. 

"KAK DIPTA! AYA! SELAMAT! tapi ya diinget inget waktu itu yang minta jodoh ke tuhan itu aku, tapi kenapa jadi kalian ya yang nikah!"

Kalau yang satu ini jangan ditanya, ah ayolah siapa lagi kalau bukan Karina alias si heboh, namun tanpa adanya Karina pasti semuanya akan terasa sepi. 

"waduh neng suara nya bisa dikecilin dikit ngga? telinga saya mau pecah" ucap Samuel

"aduh om maaf ya! tapi itu mungkin telinga omnya aja yang lemes!" sahut Karina

"sial bocah kurang ajar" ucap Samuel

"om Dipta selamat ya! makasih juga souvenir catokannnya! Aya selamat ya! mampus tuh si Alara dia cuma punya pacar cakep doang lah kamu? punya suami udah kaya ganteng juga" ucap Karina

Ingin rasanya aya membekap mulut Karina sekarang, bukan apa gadis ini dari tadi ceplas ceplos saja entah soal gaun yang ia pakai, makanan yang mau ia bawa, dan sekarang soal Alara. 

"eh om ganteng satu ini namanya siapa?" tanya Karina seraya menatap Agam

jangan lupakan kedipan mautnya. 

"gue Agam, karna lo udah bilang gue ganteng lo dapat voucher potongan belanja 50% persen dicafe gue" 

"OH MY GOD! BENERAN?! TANGGUNG TAU TAPI GAPAPA DEH! CAFE DIMANA OM?"

Tidak berteriak saja telinga Samuel rasanya ingin pecah, sekarang malah berteriak, entahlah Samuel sudah cukup pasrah jika besok pendenganrannya tidak cukup baik.

"rin... jangan teriak malu" ucap Aya

"ya maaf namanya seneng"

"muffintie cafe" ucap Agam

"MUFFINTIE?! WAH SERIUS?! OM PEMILIKNYA?!" tanya Karina dengan heboh. 

jika ditanyakan bagaimana keadaan telinga Samuel sekarang, yang pasti telinganya sudah tidak baik baik saja, sekarang saja telinganya berdengung.

"ni bocah kalau gue yang kawin udah gue kick dia dari sini" ucap Samuel. 

Karina menatap Samuel dengan sinis, gadis itu memang bisa berbaur dengan siapa saja, namun ia lebih memilih bersahabat hanya dengan aya, karna baginya bersahabat lebih dari dua orang pasti tidak akan tahan lama. 

"om Agam, ngga ada niatan cari jodoh gitu? aku siap lho om" 

"kuliah yang bener dulu bocah, lo udah wisuda baru gue nikahin" ucap Agam

"janji ya? aku beneran bakal rajin nih belajar" ucap Karina

"iya janji"

"kak Agam, Karina kalau soal janji ngga pernah bercanda" ucap Aya

"gue ngga pernah bercanda juga tentang janji, tenang aja ni bocah beneran gue nikahin kok" ucap Agam

Namun memang dari rautnya agam terlihat serius, Karina saja salah tingkah karna ucapan Agam, ayolah siapa yang tidak salah tingkah jika berhadapan dengan manusia seperti Agam. 

"heh bocah lo liat temen lo! dia manggil gue sama agam kakak lah lo?! manggil om" ucap Samuel. 

"aku mau panggil om Dipta sama om Agam kakak, tapi untuk manusia yang telinganya lemes aku tetap panggil om"

"heh bocah lo kena pelet Agam apa gimana?!"

"iya kena pelet kak Agam! pelet kak Agam kan premium, lah pelet om apaan pelet kw" ucap Karina

"rin... omongannya" ucap Aya seraya memperingati karina. 

"kw pala lo! lo ngga tau kalau gue dulu most wanted disekolah!" 

"dulu itu om sekarang mah beda"

"ini bukan tempat debat" ucap Dipta

Karina dan Samuel masih saling pandang, bukannya jatuh cinta yang ada mereka ingin baku hantam satu sama lain.

"udah udah diem! katanya mau foto" ucap Aya

Karina langsung mendekat kesebelah Aya disusul dengan Samuel, dan Agam yang berdiri disebelah dipta, kalau kalian mengira perdebatan Karina dan Samuel sudah berakhir, salah besar!. 

"heh om! mau modus ya sama aku?! aku masih kuliah lho om" ucap Karina

"bocah tengik! amit amit gue modus sama lo! cewe lain banyak, nih ya kalau Agam beneran nikah sama lo gue ngga yakin mentalnya bakal aman!" ucap Samuel. 

"idih bilang aja iri, kak Agam udah punya aku, kak Dipta udah punya Aya, lah om?! sama siapa? gaada kan? makanya pake pelet ori"

"udah diem! perpeletannya akhirin dulu! kasian sama fotografer nya!" ucap Aya

Karina dan Samuel terdiam, mereka memilih pose masing masing, ya meskipun percuma karna hasilnya yang bagus hanya Agam Dipta dan Aya saja, sedangkan hasil foto Karina dan Samuel ada yang memejamkan mata dan ada juga yang mulutnya terbuka lebar. 

"ini foto kalian doang yang bagus, ni gara gara bocah tengik satu ini foto gue jelek biasanya dari sisi mana aja gue ganteng" ucap Samuel

"heh om sadar diri dong, emang jelek dari sononya aja belagu" ucap Karina

"oh iya lupa ngenalin, gue Samuel" 

"boleh dipanggil apa aja kan?" tanya Karina

"boleh, sayang juga boleh"

"oke om Samsudin, aku Karina"

"oke rini, tidak senang bertemu denganmu" ucap Samuel

"apaansih Samsudin garing banget heran" 

"lo kata gorengan garing"

"udah Karina, mending kita makan" ucap Agam seraya mengacak rambut Karina

Karina diam, perutnya jadi mulas karna salah tingkah dengan perbuatan Agam, mimpi apa Ia semalam bisa bertemu cogan goodboy seperti Agam. 

"rin, kamu kentut ya?" bisik Aya

"kok kamu tau sih ya?" tanya Karina

"kentut kamu bau nya familliar rin"

Aya menatap Dipta yang tampak menahan nafas, sepertinya Dipta juga merasakan baunya namun ia malas untuk protes dan bertanya.

"kak Dipta pasti nyium bau kentut ya?" bisik Aya seraya berjinjit 

"hm" 

Karina yang merasa bau kentutnya sudah menyebar langsung berlari karena takut ketahuan, ya meskipun ia telat karna Samuel telah menyadarinya. 

"WOI BOCAH TENGIK LO KENTUT YA?!"

...

Aya memeluk bundanya dengan erat, ada rasa tidak rela karena ia harus berpisah dengan bundanya, ia hanya takut bundanya akan merasa kesepian, itu saja. 

"Bunda.. kalau Aya ngga ada bunda gimana?" 

"Aya ngga perlu khawatirin bunda, kan ada bi Ijah yang jagain bunda, lagian bunda bakal buka toko butik beberapa minggu lagi" ucap bunda

"beneran? nanti Aya pasti bakal bantu bunda"

"iya...anak bunda ini udah dewasa, udah pinter ngerti keadaan bunda, dan sekarang udah jadi istri orang"

"Dipta..bunda mohon ya? jagain aya bunda ngejaga dan ngerawat dia dari bayi sampe sekarang..masa dipta tega nyakitin anak bunda yang selalu bunda jaga biar dia selalu bahagia?" ucap bunda pada Dipta

"iya bunda, bunda nanti jaga kesehatan ya?" ucap Dipta seraya memeluk Jiana. 

Aya terdiam, dibalik sosok Pradipta yang cuek tapi ia memiliki sopan santun yang tinggi kepada orang yang lebih tua darinya. 

Sekarang giliran Imelda, ia memeluk Aya, ia sangat bersyukur memiliki menantu seperti Aya, dan ia harap Aya juga bisa mengembalikan Diptanya seperti dulu.

"Aya, sekarang jangan canggung ya nak sama mama? anggap aja mama ini ibu kedua kamu" 

"iya mama"

Dan sekarang giliran Danuar maheswara alias papa Dipta, ia tidak canggung untuk memeluk menantu pertamanya ini yang sudah ia anggap putrinya juga.

"Aya kalau ada apa apa bilang ke papa, anggap papa ini ayah kamu juga, kalau Dipta jahatin kamu bilang ke papa"

Aya terharu, baru kali ini ia mendapatkan perhatian dari sosok ayah, bahkan ayah kandungnya saja tidak mau datang ke pernikahannya. 

"iya pa"

Dan terakhir ada mamski alias Aina, yang sudah mellow dan jangan lupakan tisu ditangannya, mama Aina ini mudah mewek sedikit sedikit menangis, jangankan ini menonton suara hati suami saja dia menangis sesenggukan. 

"umumu anak mamski udah nikah" 

Mama Aina tidak mampu melanjutkan kata katanya, wanita itu sudah menangis tersedu sedu karena saking terharunya. 

"its okay mamski, makasih mamski udah selalu jagain aku ketika bunda lagi ngga ada"

Sekarang Aya mengerti, ia sebenarnya banyak mendapatkan kasih sayang, bukan hanya dari bunda namun dari mamski, Karina, papi Karina, mama, papa, Nara dan yang lainnya. 

namun waktu itu ia tidak terlalu menyadarinya. 

Aya menatap Dipta yang ternyata juga menatapnya, gadis itu tersenyum sumringan tak kala bisa memperegoki Dipta. 

"Kak Dipta bakal jagain aku kan?"

Dipta tersenyum tipis ya walaupun sangat tipis dan sebentar tetapi ia mengangguk, bukankah sekarang memang tanggung jawabnya untuk menjaga Aya? dan berusaha melupakan masa lalunya?. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status