"Siapkan baju tidurku!"
"Baik Tuan," Tidak ada yang bisa Arabella lakukan selain pasrah melaksanakan semua perintah Stanley. Meskipun dia sangat ingin sekali pergi dan mencari jenazah ayahnya tetapi untuk saat ini menurut pada Stanley adalah hal yang harus dia lakukan. "Ini Tuan," Diberikannya satu set pakaian tidur pada Stanley, berbeda dengan banyak wanita yang sudah dia temui entah kenapa melihat wajah sendu Arabella membuat Stanley betah berlama-lama memandangi wajahnya. Meskipun Arabella adalah putri dari pengkhianat group Limson yang hampir saja membuat para anggota group Limson dalam bahaya, tetapi Arabella begitu polos dan tidak tau apa-apa. Diraihnya pakaian tidur itu dari tangan Arabella, langsung saja Arabella berbalik badan. "Kenapa kau berbalik badan?" "Karena kau mau memakai pakaian mu kan, Tuan?" "Kau tidak mau melihat?" "Dasar gila," Gadis lugu itu sungguh membuat Stanley selalu ingin menggoda kepolosannya. Malam harinya Stanley merebahkan tubuhnya diatas ranjang sementara Arabella masih betah duduk di sofa. "Hei kau, kemari!" Dengan menghela nafas panjang, Arabella pun menghampiri Stanley. "Pijat aku," "Aku tidak bisa memijat," "Harus bisa atau aku lempar tubuhmu keluar jendela!" Rasanya ingin sekali Arabella menyumpal mulut pedas Stanley, tapi dia tidak akan mungkin bisa melakukan hal itu mau tidak mau Arabella pun menuruti perintah Stanley. Stanley membalikkan tubuhnya tidur dengan posisi tengkurap, perlahan tangan Arabella pun mulai memijat pindah Stanley dengan pelan-pelan, saking pelannya tubuh kekar Stanley merasa jika Arabella bukan sedang memijatnya melainkan sedang mencolek-colek tubuhnya. "Kau sedang apa? Aku menyuruhmu memijit bukan mencolek," "A-aku memijit sesuai perintah mu Tuan," "Ini tidak terasa yang benar kencangkan lagi!" Bibir Arabella mengerucut saking kesalnya dia pada Stanley karena sepanjang Arabella memijit, Stanley terus melayangkan protes padahal Arabella sudah berusaha keras untuk bisa memijat dengan kencang sesuai dengan apa yang Stanley perintahkan. Semakin larut kedua mata Arabella semakin merasa ngantuk, ada banyak hal yang malam ini dia alami tetapi hingga larut malam begini dia masih belum bisa beristirahat karena harus memijit Stanley. "Tuan aku ngantuk dan lelah," "Jangan mengeluh dan tetap memijat!" "Baik Tuan!" Hingga akhirnya Arabella pun tidak dapat lagi mempertahankan rasa kantuknya sampai-sampai dia pun tertidur dengan kepala yang bersandar diatas punggung Stanley. "Hei kau tidur?" Tidak kunjung mendapat jawaban sementara punggungnya dijadikan bantal oleh Arabella, Stanley pun perlahan bangun sambil memegangi kepala Arabella. "Sit, gadis ini tidak ada takut-takutnya padaku bisa-bisanya dia tidur!" Diangkatnya tubuh Arabella kemudian direbahkannya diatas ranjang. Karena sudah sangat ngantuk Stanley pun ikut merebahkan tubuhnya disamping Arabella. Hingga malam harinya Arabella memeluk tubuh Stanley disela-sela tidur nyenyak nya, membuat Stanley terbangun dari tidurnya saat merasakan tubuhnya dipeluk bagaikan bantal guling oleh Arabella. "Hei kau pikir aku guling?" Tetapi Arabella tetap tertidur pulas tetapi melihat wajah lelah dan letih Arabella yang sedang tertidur lelap begini, Stanley pun membalas pelukan Arabella dengan melingkarkan satu tangannya dipinggang Arabella. Pagi menjelang, Arabella terusik ketika mentari pagi menyapa dirinya dengan masuk melewati celah jendela kamar mewah itu. Saat terbangun hal pertama yang Arabella lihat adalah wajah tampan Stanley yang saat ini tepat berada didepan wajahnya. Arabella melirik semakin bawah dan semakin bawah mendapati Stanley yang melingkarkan tangannya pada pinggangnya. "Dasar laki-laki kurang ajar!" Didorongnya tubuh Stanley oleh Arabella hingga Stanley pun terbangun. "Kau, berani sekali kau mengganggu tidur ku!" Pagi-pagi begini hanya Arabella yang bisa membuat Stanley terusik dari tidurnya hingga Stanley pun sangat marah. "Kau laki-laki kurang ajar kau memelukku, dan kenapa kau tidur satu ranjang denganku?" "Hei gadis gila ranjang ini milikku dan kau tawanan kamar ku, apapun yang aku lakukan itu adalah hak ku," "Tapi tidak dengan menyentuh tubuhku, aku tidak akan pernah rela," Ditariknya tubuh Arabella hingga tubuh mungil kini bisa dengan mudahnya berada dibawah tubuh Stanley. "Dengar, cepat atau lambat tubuhmu ini akan menjadi milikku jadi berhentilah protes," "Kau jahat! Kau adalah manusia paling menjijikkan, kau pembunuh," "Lebih baik kau mandi sekarang jika kau masih ingin melihat jenazah ayahmu sebelum dia dikebumikan!" "Apa? Jenazah ayahku?" Stanley segera berdiri dari sana lalu pergi menuju kamar mandi sementara Arabella terus menangis mendengar jenazah ayahnya akan segera dikebumikan. Seperti mimpi kini dia tidak memiliki siapapun lagi dihidup nya, Arabella sangat mengutuk Stanley karena dialah ayahnya sampai tewas. Separah apapun kesalahan ayahnya, tidak ada yang berhak membunuh ayahnya dengan keji seperti ini. Hiks. Hiks. Hiks. Arabella terus menangis sampai Stanley selesai mandi. "Kau tidak mau melihat jenazah ayahmu?" Arabella langsung bangkit dan memukul-mukul dada bidang Stanley. Rasanya ingin sekali Arabella bunuh laki-laki kejam yang berada dihadapannya ini. "Aku benci kau, aku benci kau!" Disingkirkannya tangan Arabella dengan kasar oleh Stanley. "Mandilah aku tunggu dibawah!" Setelah mengatakan itu Stanley pun pergi meninggalkan kamar sementara Arabella mau tidak mau dia harus mandi untuk bisa pergi melihat jenazah ayahnya. Saat selesai mandi beberapa pelayan datang sambil membawa banyak pakaian wanita untuk Arabella. "Nona silahkan anda pilih pakaian mana yang akan anda pakai hari ini!" "Ini pakaian untukku?" "Benar," "Apa ini yang menyuruh kalian itu Tuan jahat yang tinggi dan seram itu?" "Maksud anda Tuan Stanley?" "Iya Stanley atau Stan up pokoknya itulah," "Benar nona kami diperintahkan oleh Tuan untuk membawakan pakaian ini," "Katakan padanya aku akan pakai pakaian ku yang ini lagi!" "Maaf nona tapi Tuan berpesan jika anda menolak, maka anda tidak akan diizinkan untuk ikut ke pemakaman," "Dasar laki-laki jahat, bisanya hanya mengancam saja!" Akhirnya Arabella memilih salah satu pakaian bagus dan mahal itu untuk dia kenakan, pilihannya jatuh pada dress berwarna hitam yang membuat wajah Arabella terlihat lebih cerah dan cantik lagi memakai gaun itu. Arabella turun ke lantai bawah untuk menemui Stanley, saat sedang menikmati sebatang rokok sambil duduk santai di sofa ruang tamunya! Stanley melihat Arabella datang menghampirinya. Hampir saja Stanley lupa caranya berkedip saat menyaksikan betapa cantiknya Arabella mengenakan dress berwarna hitam itu. "Kau sudah siap?" Arabella hanya diam saja dan tidak mau menatap wajah Stanley. Akhirnya Stanley, Arabella dan beberapa anggota group Limson masuk kedalam mobil untuk pergi menyaksikan jenazah ayahnya Arabella dikebumikan. Tangisan Arabella tak terbendung lagi ketika melihat ayahnya didalam peti jenazah, rasanya hancur seperti tidak ingin hidup lagi ketika harus melihat ayahnya terbujur kaku didalam peti. Arabella menangis histeris dan memeluk peti jenazah. Melihat Arabella menangis histeris membuat Stanley merasakan sesuatu dalam hatinya, biasanya dia tidak pernah memiliki rasa kasihan atau iba tetapi melihat Arabella menangis seperti itu, Stanley merasakan sesuatu yang lain dalam dirinya.Karena terlalu merindukan Damnatio membuat Lexie menjadi liar tidak terkendali seperti saat ini, leher Damnatio telah habis dihisapnya hingga meninggalkan jejak-jejak merah dileher Damnatio, pintu lift terbuka keduanya kemudian melangkah keluar dari dalam lift dengan Lexie yang terus menciumi dada bidang Damnatio!Jas serta kemeja milik Damnatio yang telah berhasil dilepaskan oleh Lexie itu pun dilempar begitu saja, kini keduanya berada dilantai sembilan hotel tersebut! Sebenarnya ada banyak kamar hotel disamping kanan dan kiri Lexie juga Damnatio, tapi entah kenapa keduanya justru memilih untuk tetap melanjutkan aksinya dilorong-lorong hotel.Lexie menjulurkan lidahnya untuk menjilati bagian atas tubuh Damnatio, puting Damnatio pun tak lepas dari incaran lidah Lexie yang meliuk-liuk disana!"Oughttt Lexie kau sangat liar, ah aku menyukai tingkah liarmu ini sayang!"Lidah Lexie terus menjilati tubuh Damnatio hingga turun kearea bawah, secepat kilat Lexie berjongkok kemudian meloloskan
Setelah semuanya siap, Stanley menggandeng Lexie untuk bertemu dengan Damnatio diatas altar yang telah disediakan, rasanya seperti baru kemarin mendengar tangisan kecil saat Lexie masih menjadi bayi tapi kini Stanley sudah harus mengantarkan putri angkatnya itu untuk dinikahi oleh Damnatio.Setidaknya Stanley dan Arabella merasa bersyukur karena Lexie dinikahi oleh putra kandung mereka, dengan begitu mereka yakin jika Damnatio tidak akan mungkin menyakiti Lexie! Damnatio adalah laki-laki terbaik Nyang dipilih Tuhan untuk mencintai Lexie selamanya.Langkah kaki Lexie dan Stanley semakin dekat dengan tempat dimana Damnatio berdiri menunggu kehadiran mereka, wajah cantik dan bersinar Lexie pun mulai semakin terlihat jelas dihadapan Damnatio! Gadis itu tersenyum malu ketika berjalan dengan seluruh pasang mata para tamu undangan yang tertuju melihat kecantikan wajah Lexie dan keindahan gaun super mahal miliknya.Damnatio terlihat menyelipkan senyum tipis dibibirnya, meskipun masih kesal ka
Setelah ditenangkan oleh Mommy Arabella akhirnya Lexie pun berhenti menangis."Hari ini kau ada syuting iklan, sebaiknya kau sarapan dulu agar ada tenaga!""Aku tidak nafsu makan mom, melihat sikap kak Dam seperti itu aku jadi malas makan dan syuting,""Dam itu hanya sedang marah sedikit padamu, nanti beberapa hari lagi juga marahnya hilang! Kau harus tau Dam meminta Mommy mempersiapkan pernikahan kalian secepatnya, dia meminta dengan konsep outdoor dipinggir pantai!" kata Mommy Arabella."Benarkah? Mommy tidak bohong kan?""Untuk apa Mommy bohong, Dam menginap disini untuk membicarakan hal itu dengan Mommy,"Lexie pun sampai senyum-senyum sendiri mendengar hal itu, ternyata dibalik sikap cuek Damnatio saat ini dia tidak goyah sedikitpun untuk segera menikahi Lexie, bahkan diam-diam meminta kedua orangtuanya untuk mempersiapkan pesta yang begitu menarik. Pikiran Lexie pun langsung melayang-layang sudah membayangkan bagaimana rasanya nanti ketika mengucap janji suci bersama Damnatio di
Dengan wajah yang ditekuk, bibir mengerucut dan kedua tangan yang bertolak pinggang! Lexie terlihat kesal dan gemas karena Damnatio tidak pernah mengangkat teleponnya setelah meninggalkan rumah begitu saja kemarin. Rasanya ingin sekali Lexie menerkam ketua mafia itu, akan tetapi Damnatio masih berlagak cuek dan malah melanjutkan sarapannya."Aku tidak mau ikut-ikutan, sayang aku berangkat ke markas sekarang ya!" kata Stanley."Aku antar kedepan Dad," kata mommy Arabella.Keduanya kemudian berdiri dari kursi lalu menghampiri Lexie, dikecupnya pipi Lexie kanan dan kirinya oleh Stanley dan Arabella."Putri Daddy yang malang, jika ada yang menjual stok kesabaran beli lah agar kau kuat menghadapinya!" kata Stanley."Dad, jangan seperti kompor cepat kedepan!" kata Arabella.Stanley dan Arabella pun pergi, hanya tinggal Lexie yang masih berdiri namun belum berkata-kata, Damnatio pun mengandalkan sudut matanya untuk melihat apakah Lexie sudah bergerak dari tempat dia berdiri, sampai dua menit
Damnatio mabuk cukup parah sehingga untuk berjalan saja dia sempoyongan padahal sudah dipapah oleh Daddy Stanley, mulut Damnatio pun terus berbicara aneh-aneh dan tidak mau diam sepanjang perjalanan didalam mobil."Kau tau kan Dad, aku sangat mencintai Lexie jadi aku tidak bisa marah padanya! Bagaimana jika kau saja yang aku marahi?""Apa kau ini Dam, memangnya aku salah apa sampai mau kau marahi? Ada-ada saja! Sudah tutup mulutmu!""Diam," teriak Damnatio.Membuat Stanley pun terkejut mendengar teriakan Damnatio."Kau harus aku marahi, kau itu kan laki-laki yang sering membuat mommyku merintih-merintih sepanjang malam, iya kan? Aku sering mendengarnya,""Iya, besok-besok mommymu bukan hanya aku buat merintih tapi menjerit-jerit,"Mendengar jawaban Stanley, Damnatio yang masih dalam pengaruh alkohol langsung menarik jaket Stanley, kedua tangannya itu mencengkram leher Stanley."Apa kau bilang? Kau benar-benar laki-laki jahat, aku akan menembakmu!""Anak ini benar-benar pemabuk yang pa
Disaat berusaha untuk mengejar Damnatio, saat hendak meminta pada salah satu supir pribadinya justru Lexie dihalangi oleh kedua anggota group Limson yang stay didepan pintu utama rumah tersebut."Apa ini?""Maaf nona, tapi Tuan Dam meminta kami agar menahan anda di rumah! ini sudah larut malam, sebaiknya anda kembali masuk kedalam dan beristirahat!""Tidak bisa, dia marah padaku! Bahkan sangat marah, aku harus menjelaskan padanya!""Percuma saja nona, Tuan Dam tidak ingin diganggu untuk saat ini!"Percuma saja melawan karena tenaga Lexie tidak mungkin kuat menerobos kedua anggota group Limson bertubuh besar itu! Akhirnya Lexie pun pasrah dan kembali masuk kedalam rumah.Didalam kamarnya, Lexie tidak ada henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri dan merasa sangat bersalah pada Damnatio!"Aku harus bagaimana? Kak Dam pasti sangat membenciku sekarang, mommy! Iya, aku harus menelpon mommy!"Lexie pun mengambil handphone miliknya kemudian menelpon mommy Arabella, mommy Arabella yang baru saj