Dengan tatapan masih terpusat pada tubuh Aranjo, Raja perlahan melepaskan pakaian zirahnya yang begitu berat dan meletakkannya pelan di atas lantai. Lalu, Raja melepaskan seluruh pakaiannya. Telanjang, Raja bersujud di samping ranjang dengan tatapan yang lapar.
Tangan Raja diletakkan di sisi ranjang, tidak menyentuh tubuh Aranjo. Mulut Sang Raja mulai mengulum salah satu puncak payudara yang memang sudah mengeras. Awalnya, sentuhan pelan dengan ujung lidah, Raja tidak tega membangunkan kekasihnya itu.
Namun, hasrat sudah menguasai seluruh akal dan tubuh Raja. Jilatan pelan berubah menjadi isapan kuat yang bermain di puting Aranjo.
Dalam tidurnya, Aranjo bermimpi memiliki seorang bayi dan dirinya dengan senang hati menyusui bayinya itu. Bayi tampan, miliknya dengan Raja. Namun, isapan bayi itu begitu kuat dan membuatnya merasa sakit dan bergairah. Apakah ini benar?
"Uughhh...." lenguhan Aranjo dalam tidurnya.
Suara lenguhan Aranjo semakin membuat R
Keesokan paginya, Aranjo terbangun dengan berada di dalam pelukan Sang Raja. Dirinya tidak bangkit, tetapi tetap diam di dalam pelukan pria itu.Hal itu membuat Aranjo dapat mengamati wajah pria itu dari dekat. Siapa pria ini? Apakah pria itu adalah salah satu Dewa di Alam Langit yang juga menjalani penebusan? batinnya.Aranjo menggunakan jari jemarinya untuk menyentuh lembut wajah Sang Raja. Hatinya terasa hangat, sama hangatnya dengan tubuhnya yang melekat tepat di tubuh telanjang Sang Raja.Sentuhan kecil di wajahnya, membuat Raja membuka mata dan menoleh menatap penuh cinta kepada Aranjo yang berada di dalam pelukannya. Raja memeluk tubuh Aranjo lebih erat dan mulai melumat bibir mungil itu. Awalnya hanya ciuman lembut dan perlahan, tetapi keberadaan Aranjo kembali membuat Raja lepas kendali.Mereka kembali bercinta dengan penuh hasrat di pagi hari. Akhirnya setelah dua kali bercinta, Raja baru melepas tubuh Aranjo dan membiarkan wanita itu turun dari ranjan
Jenderal Ming Hao menyatukan tubuh mereka dalam satu hentakan kuat. Hasrat, membuat Sang Jenderal lupa akan kelembutan. Rasa hangat Aranjo yang menyelimuti kejantanannya membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat. Rasa yang selalu diimpikannya di malam dingin tanpa wanita ini.Tubuh mereka masih menyatu dan hentakan kasar menggoyangkan ranjang hingga berderit keras. Jenderal Ming Hao menyingkap hanfu bagian atas agar memperlihatkan lekuk indah payudara sempurna itu.Tangan dan mulut Sang Jenderal menjajah payudara sempurna itu. Dirinya seakan hendak meledak kapan saja karena kerinduan ini.Aranjo sendiri menggelinjang di bawah tubuh kokoh Sang Jenderal. Hentakan kasar pria itu, semakin membuat Aranjo bergairah. Di sela desahan dan erangan, Aranjo terus menyebutkan nama pria itu. Hal itu, membuat Jenderal Ming Hao semakin kehilangan kendali dan semakin mempercepat gerakan primitifnya.Aranjo memejamkan mata dan membiarkan pria itu menggerayangi seluruh tubuhnya, k
Istana begitu ramai pada saat hari perjamuan. Begitu banyak perwakilan dari Kerajaan dan pejabat tinggi, yang datang untuk mengucapkan selamat dengan membawa begitu banyak bingkisan.Aranjo berada di kamar Raja dan membantu Raja berganti pakaian. Raja sangat tampan saat terbalut jubah merah dengan sulaman benang emas berbentuk naga. Aranjo merapikan dan mengikat jubah itu. Raja sangat tampan dan perkasa, ada rasa bangga dalam hati Aranjo dapat menjadi wanita pria berpengaruh seperti ini."Selamat Raja."Aranjo memberi selamat kepada pria di hadapannya ini. Raja merengkuh tubuh Aranjo dan menciumnya mesra."Beri aku anak, maka posisi di samping diriku akan menjadi milikmu! Menjadi Ratuku!" ujar Raja di sela ciumannya.Aranjo hanya tersenyum, ucapan Sang Raja seakan memadamkan hasratnya. Aranjo bersedia melakukan apapun untuk pria ini, tetapi pria itu meminta hal yang tidak dapat diberikan olehnya. Walaupun mengancamnya dengan pedang tajam, tidak ak
Aranjo tidak sadar, dirinya merasa sedih untuk Sang Raja. Raja terlihat begitu terpukul dan menyentuh putranya yang tidak lagi bernyawa dengan tangan gemetar hebat. Pria yang selalu tampil percaya diri dan perkasa tidak ada lagi. Saat ini, Aranjo melihat pria yang terlihat sakit dan terluka.Aranjo menyentuh dadanya, terasa sangat sakit dan dirinya kesulitan bernapas. Tidak lagi tahan dengan semua itu, Aranjo berlari keluar dan kembali ke Paviliun Selatan.Tidak tahu berapa lama, Aranjo duduk menatap keluar jendela. Menatap ke arah bulan yang begitu bulat dan terang. Dirinya memilah apa yang terjadi padanya? Apakah ini yang disebut dengan cinta? Dirinya akan merasakan sakit yang sama dengan pria yang dicintainya?"Kaisar! Apakah ini kehendakmu? Apakah ini yang memang kamu inginkan?" gumam Aranjo masih menatap ke langit malam yang indah.Di Alam Langit, tepatnya di aula istana.Kaisar yang sedang berbicara dengan Kaisar Langit dan para Jenderal, terdiam.
Namun, takdir yang paling kejam dan buruk akan melekat pada pria yang dimiliki oleh Aranjo.Seperti Raja dan Jenderal Kerajaan Qiyang.Raja, tidak akan pernah mempunyai ahli waris. Sedangkan takdir Jenderal Ming Hao tidak kalah mengenaskan dari Sang Raja.Di saat Sang Jenderal dan Aranjo bermesraan, seluruh kota gempar akan penemuan tiga mayat yang terapung di sungai. Benar, Yu Pei melompat ke dalam sungai bersama kedua anaknya. Wanita itu bahkan meninggalkan sepucuk surat di atas meja makan.Seluruh istana gempar dan tidak dapat menemukan Sang Jenderal. Tentu saja, bukankah pria itu sedang berada di ruang mandi Paviliun Selatan, menyalurkan hasrat gilanya.Setelah puas bermesraan dengan Aranjo, Jenderal Ming Hao menyusup meninggalkan Paviliun Selatan.Namun, kabar duka langsung menyambut kehadirannya. Saat itulah, hatinya terasa hancur apalagi setelah melihat jasad istri dan anak-anaknya. Kali pertama bagi Sang Jenderal menangis meraung, menyesal
Erangan keluar dari bibir Aranjo. Dirinya ingin memohon agar siksaan itu dihentikan, tetapi ada sisi lain tubuhnya yang menikmati permainan kasar itu. Jadi, Aranjo hanya mengerang dan sesekali memekik saat rasa sakit menjadi tidak tertahankan.Jenderal Ming Hao melepaskan kewanitaannya dan itu membuat Aranjo merasa lega sekaligus kehilangan. Tangan Jenderal yang basah di selipkan ke bagian atas gaunnya. Kali ini, payudaranya yang diperlakukan dengan kasar. Tangan yang mencekik lehernya juga semakin kencang membuat Aranjo kesulitan bernapas.Jenderal meremas kuat dan kasar payudara yang begitu disukainya itu. Daging lembut yang memenuhi telapak tangannya di remas dengan kuat. Puting yang diketahui jelas oleh Sang Jenderal berwarna merah muda, juga tidak terhindar dari perlakuan kasarnya. Cubitan dan tarikan kuat membuat Aranjo merintih kesakitan.Wajah Aranjo mulai memerah karena kehabisan napas. Saat itulah Jenderal melepaskan leher Aranjo dan meluma
Sosok pemuda muncul di balik cahaya terang itu dan menyebutkan namanya."Aranjo!"Aranjo menatap sosok itu dan untuk sesaat tidak mengenal siapa itu. Namun, saat tatapan mereka bertemu mata hitam keemasan milik pemuda itu membuatnya teringat akan Griffin."Griffin?" tanya Aranjo dan melompat turun dari ranjang.Griffin tersenyum dan itu menjawab pertanyaan Aranjo."Bagaimana kabarmu?" tanya Griffin.Aranjo menyentuh dadanya, tempat di mana bulu Griffin menyatu dengan tubuhnya."Apakah kamu datang untuk mengambil milikmu?" tanya Aranjo.Griffin menggeleng dan berkata, "Aku ingin menemani dirimu, sahabat!"Aranjo tersenyum simpul. Benar, dirinya butuh sahabat. Akan menyenangkan ada seseorang berada di sisinya untuk membantu maupun mendengar keluh kesahnya."Apa yang kamu lakukan di dunia fana?" tanya Aranjo dan duduk di salah satu kursi bulat di dekat meja."Begini, karena kamu akan lama tinggal di dunia ini
Keesokan harinya, Paviliun Selatan didatangi begitu banyak tabib. Hal itu tentu menarik perhatian penghuni istana, mulai dari para pelayan sampai mereka yang berkedudukan tinggi.Ratu, setelah kepergian putranya selalu berdiam di dalam kediamannya. Bahkan, menurut rumor yang disampaikan oleh pelayannya, Ratu depresi dan sering berbicara sendiri. Raja sudah tidak pernah mengunjungi kediaman Ratu, begitu juga kediaman para selir. Para selir membenci Aranjo dan Aranjo disebut sebagai pembawa sial Kerajaan Qiyang.Hari ini, kembali ada tontonan dan bahan untuk digunjingkan terkait dirinya. Aranjo marah, tetapi dirinya tidak mampu menolak perintah Raja.Satu persatu tabib memeriksa kondisi Aranjo dengan menyentuh titik nadi di tangannya. Para tabib tidak berbicara, karena mereka diperintahkan melapor langsung kepada kepala kasim. Ada sekitar 30 orang tabib yang memeriksa dirinya dan Aranjo hanya diam seribu bahasa. Para pelayan menemani dirinya selama pemeriksaan