Aranjo tidak sadar, dirinya merasa sedih untuk Sang Raja. Raja terlihat begitu terpukul dan menyentuh putranya yang tidak lagi bernyawa dengan tangan gemetar hebat. Pria yang selalu tampil percaya diri dan perkasa tidak ada lagi. Saat ini, Aranjo melihat pria yang terlihat sakit dan terluka.
Aranjo menyentuh dadanya, terasa sangat sakit dan dirinya kesulitan bernapas. Tidak lagi tahan dengan semua itu, Aranjo berlari keluar dan kembali ke Paviliun Selatan.
Tidak tahu berapa lama, Aranjo duduk menatap keluar jendela. Menatap ke arah bulan yang begitu bulat dan terang. Dirinya memilah apa yang terjadi padanya? Apakah ini yang disebut dengan cinta? Dirinya akan merasakan sakit yang sama dengan pria yang dicintainya?
"Kaisar! Apakah ini kehendakmu? Apakah ini yang memang kamu inginkan?" gumam Aranjo masih menatap ke langit malam yang indah.
Di Alam Langit, tepatnya di aula istana.
Kaisar yang sedang berbicara dengan Kaisar Langit dan para Jenderal, terdiam.
Namun, takdir yang paling kejam dan buruk akan melekat pada pria yang dimiliki oleh Aranjo.Seperti Raja dan Jenderal Kerajaan Qiyang.Raja, tidak akan pernah mempunyai ahli waris. Sedangkan takdir Jenderal Ming Hao tidak kalah mengenaskan dari Sang Raja.Di saat Sang Jenderal dan Aranjo bermesraan, seluruh kota gempar akan penemuan tiga mayat yang terapung di sungai. Benar, Yu Pei melompat ke dalam sungai bersama kedua anaknya. Wanita itu bahkan meninggalkan sepucuk surat di atas meja makan.Seluruh istana gempar dan tidak dapat menemukan Sang Jenderal. Tentu saja, bukankah pria itu sedang berada di ruang mandi Paviliun Selatan, menyalurkan hasrat gilanya.Setelah puas bermesraan dengan Aranjo, Jenderal Ming Hao menyusup meninggalkan Paviliun Selatan.Namun, kabar duka langsung menyambut kehadirannya. Saat itulah, hatinya terasa hancur apalagi setelah melihat jasad istri dan anak-anaknya. Kali pertama bagi Sang Jenderal menangis meraung, menyesal
Erangan keluar dari bibir Aranjo. Dirinya ingin memohon agar siksaan itu dihentikan, tetapi ada sisi lain tubuhnya yang menikmati permainan kasar itu. Jadi, Aranjo hanya mengerang dan sesekali memekik saat rasa sakit menjadi tidak tertahankan.Jenderal Ming Hao melepaskan kewanitaannya dan itu membuat Aranjo merasa lega sekaligus kehilangan. Tangan Jenderal yang basah di selipkan ke bagian atas gaunnya. Kali ini, payudaranya yang diperlakukan dengan kasar. Tangan yang mencekik lehernya juga semakin kencang membuat Aranjo kesulitan bernapas.Jenderal meremas kuat dan kasar payudara yang begitu disukainya itu. Daging lembut yang memenuhi telapak tangannya di remas dengan kuat. Puting yang diketahui jelas oleh Sang Jenderal berwarna merah muda, juga tidak terhindar dari perlakuan kasarnya. Cubitan dan tarikan kuat membuat Aranjo merintih kesakitan.Wajah Aranjo mulai memerah karena kehabisan napas. Saat itulah Jenderal melepaskan leher Aranjo dan meluma
Sosok pemuda muncul di balik cahaya terang itu dan menyebutkan namanya."Aranjo!"Aranjo menatap sosok itu dan untuk sesaat tidak mengenal siapa itu. Namun, saat tatapan mereka bertemu mata hitam keemasan milik pemuda itu membuatnya teringat akan Griffin."Griffin?" tanya Aranjo dan melompat turun dari ranjang.Griffin tersenyum dan itu menjawab pertanyaan Aranjo."Bagaimana kabarmu?" tanya Griffin.Aranjo menyentuh dadanya, tempat di mana bulu Griffin menyatu dengan tubuhnya."Apakah kamu datang untuk mengambil milikmu?" tanya Aranjo.Griffin menggeleng dan berkata, "Aku ingin menemani dirimu, sahabat!"Aranjo tersenyum simpul. Benar, dirinya butuh sahabat. Akan menyenangkan ada seseorang berada di sisinya untuk membantu maupun mendengar keluh kesahnya."Apa yang kamu lakukan di dunia fana?" tanya Aranjo dan duduk di salah satu kursi bulat di dekat meja."Begini, karena kamu akan lama tinggal di dunia ini
Keesokan harinya, Paviliun Selatan didatangi begitu banyak tabib. Hal itu tentu menarik perhatian penghuni istana, mulai dari para pelayan sampai mereka yang berkedudukan tinggi.Ratu, setelah kepergian putranya selalu berdiam di dalam kediamannya. Bahkan, menurut rumor yang disampaikan oleh pelayannya, Ratu depresi dan sering berbicara sendiri. Raja sudah tidak pernah mengunjungi kediaman Ratu, begitu juga kediaman para selir. Para selir membenci Aranjo dan Aranjo disebut sebagai pembawa sial Kerajaan Qiyang.Hari ini, kembali ada tontonan dan bahan untuk digunjingkan terkait dirinya. Aranjo marah, tetapi dirinya tidak mampu menolak perintah Raja.Satu persatu tabib memeriksa kondisi Aranjo dengan menyentuh titik nadi di tangannya. Para tabib tidak berbicara, karena mereka diperintahkan melapor langsung kepada kepala kasim. Ada sekitar 30 orang tabib yang memeriksa dirinya dan Aranjo hanya diam seribu bahasa. Para pelayan menemani dirinya selama pemeriksaan
Satu gumpalan energi Qi elemen api, dilemparkan ke arah Kaisar. Setelah melepaskan bola api itu, Aranjo berteleportasi ke belakang Kaisar.Aranjo mengeluarkan pedang spiritual dari ruang dimensi miliknya. Pedang peninggalan ibunya, pedang ini diberikan oleh Ara saat Aranjo beranjak dewasa.Tangan Aranjo menggenggam pedang itu dengan kuat. Satu tebasan tidak akan membuat Kaisar mati, bukan? Aranjo dapat merasakan kekuatannya yang meningkat pesat. Setidaknya hal itu memabuat Aranjo merasa senang.Kaisar hanya bergeser sedikit untuk menghindari serangan bola api itu. Kehadiran Aranjo di belakang Kaisar, dirasakan dengan jelas. Begitu juga dengan pedang yang sedang melayang menuju tubuhnya. Kaisar berteleportasi ke belakang Aranjo dan menangkap lengan Aranjo yang bersemangat hendak menghunuskan pedang padanya. Satu tangan Kaisar menangkap tangan Aranjo yang lain.Lalu, Kaisar mengunci tubuh Aranjo dengan kedua tangan. Aranjo yang berada tepat di depan K
Keesokan harinya. Saat Aranjo bangun, Yun sudah menunggunya dengan sehelai hanfu berwarna merah.Pelayan itu lalu berkata, "Nona, Raja berpesan Nona harus mengenakan hanfu berwarna merah saat pergi ke kuil. Kereta kuda sudah menunggu, begitu juga dengan persembahan sudah disiapkan. Nona, hanya perlu mandi dan berganti pakaian, lalu pergi ke kuil."Aranjo turun dari ranjang dan mengikuti apa yang dikatakan Yun. Setelah mandi dan sarapan sedikit, Aranjo berdandan begitu cantik serta penampilannya disempurnakan dengan hanfu berwana merah dari kain sutera. Suasana hatinya buruk, tetapi ada baiknya jika Aranjo keluar dari istana ini.Aranjo menaiki kereta kuda dengan tirai tertutup. Kata Yun, perjalanan menuju kuil butuh waktu sekitar 2 jam dan akan sangat membosankan duduk diam di dalam kereta kuda ini.Jadi, Aranjo menyentuh tanda helai inti Griffin di dadanya dan memanggil nama mahluk itu.Seketika, Griffin muncul di hadapannya. Tepatnya duduk di seb
Griffin mengabaikan siluman itu. Tentu dirinya memliki hubungan istimewa dengan Aranjo. Jiwa mereka terikat dan Griffin terjebak di tengah-tengah hukuman Aranjo."Dan kau..., Dewi kesayangan Kaisar aku tahu alasanmu ke kuil ini! Ah.... dan dilihat dari persembahan yang kamu bawa kemari, aku yakin permintaanmu sangat penting!" ujar Mo Za, sambil berjalan mengelilingi Aranjo."Aku ingin hamil! Apakah itu bisa?" tanya Aranjo langsung.Ha ha ha!"Dewi bodoh yang ingin mengandung anak manusia! Ini lelucon yang paling menggelikan!" ujar Mo Za sambil tertawa mengejek."Ah, itu artinya semua persembahan harus aku bawa pulang bukan?" tanya Aranjo santai."Oh, tidak tentu tidak! Aku dapat mewujudkan semua permintaan, jika aku ingin!" bisik Mo Za tepat di telinga Aranjo.Aranjo mundur dan menjauhi siluman itu."Bukankah aku sudah katakan, siluman itu hanya akan membuatmu melahirkan bayi ular
NnnJenderal Ming Hao yang melompat masuk dari jendela, langsung menghampiri Aranjo. Tiba di hadapannya, sang Jenderal langsung membalikkan tubuh Aranjo dan mengangkat gaunnya. Namun, kali ini Aranjo mendorong dada pria itu kuat. Tubuh sang Jenderal terhuyung beberapa langkah ke belakang."Jika kamu ingin bercinta, maka kali ini dan berikutnya aku yang akan memegang kendali!" ujar Aranjo dingin. Dirinya sendiri tidak yakin apa yang mereka lakukan, pantas disebut bercinta atau tidak.Jenderal Ming Hao tertawa kecil dan kembali melangkah mendekati Aranjo. Tanpa basa-basi, kembali sang Jenderal membalikkan tubuh Aranjo, hanya saja kali ini begitu kasar.Aranjo tidak akan tinggal diam. Cukup bertingkah seperti wanita lemah. Aranjo menangkap salah satu lengan sang Jenderal, lalu berjalan ke belakang sambil memelintir lengan itu."Arghhh!"Aranjo mengunci tangan pria itu tepat di belakang punggung. Aranjo berbisik, "Jadi, a