Share

Bab 2 : Mahasiswa

Baju batik bewarna maroon cukup manis berpadu di tubuhku. Setelah memastikan tidak ada yang kurang dan tertinggal, ku lirik jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA. Dosen yang baik itu harus datang lebih cepat dari mahasiswa.

Supaya bisa jadi contoh tapi kayaknya biar aku disiplin ngga bakal juga aku dicontoh sama mahasiswa. Orang mereka aja menempatkan ku di posisi dosen killer tertinggi di kampus Politeknik Negeri tempatku mengajar.

"Kak Dyan pamit dulu ya. Assalamu'alaikum,"ucapku. "Yoi hati-hati ya Yan jangan ngebut di jalanan,"ucap Tiara. Tiara ini aneh-aneh lagi. Sejak kapan aku ngebut di jalanan sedangkan bagi ku patuh pada peraturan dan perundang-undangan sudah segala-galanya.

Membelah kota Samarinda yang memiliki kesibukan masing-masing di jam segini. Di tepi kanan sungai Mahakam membentang indah membelah dua bagian membuat ku harus melewati jembatan yang dahulu pernah runtuh.

"Selamat pagi Bu Dyan. Selamat beraktivitas,"ucap penjaga gerbang.

"Pagi Pak. Selamat beraktivitas juga,"ucapku tersenyum tipis sebelum melajukan mobil ku ke gedung jurusan yang ku bidangi.

Menghirup nafas sejenak sebelum mengambil tas berjalan menuju ruangan dosen di dalam lab jurusan.

"Pagi Bu,"

"Pagi Bu,"

Sapaan yang sudah jadi makanan sehari-hari ku menggelora sepanjang jalan menuju ruangan ku. Absen kedatangan diri dengan sidik jari dan kembali ke meja. "Bu Dyandra aduh kok kali ini beda loh yang numpuk di atas meja,"ucap Augitra membuat ku mengernyit heran.

"Bunga??,"ucapku mengangkat buket mawar merah yang ditaruh di atas meja tanpa nama. "Aduh adakah mahasiswa yang mulai jatuh hati dengan pesona Bu Dyandra Androdiaz Zhafira Rajasa,"tanya Keyla membuat ku menggeleng.

"Nyasar lagi kali,"ucapku berjalan keluar. Niatnya mau buang tapi liat ada sepasang mahasiswa yang tengah asyik belajar di lorong. Kalo begini ngga masalah karena bukan di dalam lab posisinya. "Dek ini kasih pacarnya,"ucapku memberikan buket bunga tadi.

"Terimakasih Bu,"ucapnya ku tanggapi dengan senyum tipis sebelum berlalu. "Bu Dyan join Bu,"ucap Angela mengajak ku bergabung. "Aduh bu Dyan sudah tau belum minggu ini ada nikahan di kampus loh,"ucap Keyla. "Pak Rafka?,"tebak ku.

Tapi nggak mungkin juga ya. Ngapain pak Rafka ngadakan nikahan di kampus kalo memang dia sudah punya hotel bintang lima. "Bukan lah Bu. Itu mahasiswa yang terlibat skandal dari jurusan sebelah,"ucap Augitra membuat ku tercengang.

"Hah married by accident kisahnya,"tanyaku. "Iya Bu. Aduh anak jaman sekarang kenapa ngga nikah aja dulu sih kalo memang sudah ngebet,"ucap Angela memijat pelipisnya. "Harusnya kalo memang milih kuliah ya kuliah aja dulu yang fokus.

Pacaran ya pacaran tapi ingat Tuhan juga lah. Atau kenapa ngga contoh dosen dosen muda yang belum nikah itu keren loh bener-bener fokus kayak Bu Melinda,"ucap Keyla. "Nggak usah ke jurusan orang. Kan kita punya juga loh. Bu Dyan paling awet jomblo paling disiplin juga,"ucap Augitra menyenggol lengan ku.

"Saya bukannya fokus atau gimana. Kalo pacaran memang anti tapi kalo nikah masih belum ada minat,"ucapku. "Aduh padahal yakin aja banyak tuh yang antri tapi susah betul acc nya,"ucap Angela membuat seisi ruangan tergelak. Selesai dengan obrolan santai pagi hari, Ku langkahkan kaki ku ke gedung kelas untuk memberi materi.

---

"Yang termasuk dari senyawa aromatik adalah senyawa benzena dan senyawa yang memiliki sifat seperti benzena. Ciri-ciri senyawa benzena digambarkan sebagai cincin enam dengan resonansi di dalamnya. Aturan Huckel mengatakan bah

"Hehehe iya nah masa kemarin pengantar teknik kimia kita malah diceramahi. Sumpah ngga enak banget kalo kayak gitu,"ucap seorang mahasiswa tidak memperhatikan pelajaran. Dengan tatapan nyalang disertai alis menukik tajam, ku tatap mahasiswa yang asyik bercengkerama.

"SAYA TIDAK AKAN LANJUTKAN MATERI SENYAWA AROMATIK. MINGGU DEPAN KITA ULANGAN SENYAWA AROMATIK. TIDAK ADA ALASAN NILAI JELEK KARENA ITU JUGA YANG SAYA AKUMULASI KAN,"ucapku sebelum membawa buku dan modul kembali ke ruangan dosen.

Siapa bilang jadi dosen enak daripada guru? Koreksi lagi kata-kata Anda ya kalo ada yang bilang gitu. Guru masih mendapat penghargaan karena yang diajari masih berusia dibawah 17 tahun yang masih patuh patuhnya sebagai anak dan masih dalam pengawasan penuh orang tua.

Kami jadi dosen yang diajari sudah melewati masa itu dengan artian mereka semakin bebas berpendapat. Jadi gini nih akhirnya. Nggak ada ceritanya seorang dosen marah ke mahasiswa ngga ada alasan. Ngapain juga kita marah-marah nggak ada alasan bikin banyak dosa aja.

Masuk ke dalam ruangan dengan perasaan masih berkecamuk. Bahkan pendingin ruangan masih belum bisa mendinginkan emosi ku. "Loh Bu Dyan kok disini?,"tanya Angela yang baru datang. "Biasa Bu,"ucapku tersenyum tipis.

"Hmm kenapa nggak lapor ke ketua jurusan aja Bu. Kalo saya langsung lapor biar mereka tau meskipun kami dosen ini meminta mereka mandiri bukan berati seenak jidatnya aja,"ucap Angela. Nah sebenarnya selain aku, Angela jauh lebih killer kalo menurut ku.

Karena dia sekali buat kesalahan kayak tadi langsung lapor ke ketua jurusan jadi selama satu semester ngga masuk tau-tau ujian semua soalnya sengaja dibuat sulit. "Nggak papa Bu. Biar mereka paham pelan-pelan,"ucapku.

"Permisi Bu ada Gojek yang ngantar map buat Bu Dyan,"ucap penjaga gerbang mendatangi ku.

"Map??,"ucapku menerima map yang diberikan dengan rasa penasaran berkecamuk. "Apa tuh? Kiriman dari ortu kah?,"tanya Keyla.

Malas bergelung dengan rasa penasaran, ku buka map yang isinya sebuah baju brukat lengkap dengan jilbab nya bewarna merah maroon. "Lah kayaknya ini salah server nih,"ucapku mengangkat isi map. Di dalamnya ada selembar surat yang ditulis menggunakan kertas lipat kecil.

Saya tadi tuh mau kasih bunga buat kejutan Dyan, malah kamu kasih mahasiswa. Ya sudah ini aja pakai untuk datang ke resepsi. Semalam lupa alamat mu dan ngga bisa hubungi nomor mu. Jadi kirim begini. Niatnya kasih bunga buat titip kasih ke calon istri malah di kasih mahasiswa.

Saya sudah mulai cuti makanya ngga bisa datang. Ingat kali ini jangan kasih mahasiswa ya. Ini buat dresscode acara bukan buat surprise calon istri dan bukan buat mahasiswa.

~Rafka Almaden Inggrid~

"Loh itu kan baju buat datang ke nikahan Pak Rafka,"ucap Augitra. "Iya bu semalam saya ngga ada buka HP jadi ngga tau kalo Pak Rafka tanya alamat. Bunga tadi pagi juga niatnya buat calon istri dititipkan malah berakhir di mahasiswa,"ucapku mengundang gelak tawa.

"Lagian Bu Dyan ini loh. Semuanya aja dikasih mahasiswa,"ucap Angela. "Cinta mahasiswa Bu,"ucapku asal. "Bu Dyan bisa minta tolong mengawasi hidrolisis asam semester 3. Saya ada urusan dengan rektorat,"ucap Ganesha, dosen senior.

"Bisa pak,"ucapku segera memakai jas lab dan perlengkapan sebelum pergi menggantikan Pak Ganesha. "Bu Dyan mau konsul laporan,"ucap mahasiswa menahan ku. Mau ngga mau aku berhenti dulu untuk melihat laporan sementara mereka.

Meninjau ke belakang banyak sudah sempurna namun mata ku malah menangkap kejanggalan fatal di awal laporan. "Dek nama siapa ini,"tanya ku menunjuk nama dosen pembimbing. "Nama Ibu,"ucap mereka ragu-ragu. "Masuk ke ruangan dosen tanya dosen disana.

Siapa nama lengkap saya. Habis itu ganti kalo mau saya acc sekarang. Nanti kalo sudah cari saya di lab kimia semester 3. Saya di sana,"ucapku berlalu pergi. Yang benar saja, nama ku yang sangat riwet karya orang tua ku diganti.

Dyandra Adriaz Raharja

Bayangin woy siapa pula itu Raharja. Nama keluarga itu ngga masalah ngga usah ditulis karena ngga mau juga aku merepoti mahasiswa. Tapi nama ku weh kok tinggal Dyandra mana Adriaz pula. Parah sih parah wahai mahasiswa...

---

"Bu sudah selesai tinggal tulis laporan,"ucap Ulya. "Baik berarti saya tinggal ya,"ucapku berlalu pergi kembali ke ruangan sembari melepas masker carbon yang pengapnya nauzubillah dari hidungku. "Bu sudah diganti. Mohon maaf atas keteledoran kami,"ucap mereka.

"Lain kali diingat nama lengkap dosennya ya Dek. Nanti itu pengaruh kecil kalo diteruskan bisa fatal. Bayangkan masa kalian mau ikut tender, presentasi bagus tapi kalah karena salah tulis nama lengkap terkait,"ucapku memberi nasihat sambil menandatangani laporan sementara.

Prank

Tanpa menunggu lama, aku segera bergegas ke lab terdekat untuk mencuci dengan aquadest dan air mengalir. Ini kecerobohan mahasiswa part berapa lagi gusti. "Ma Maaf bu,"ucap mereka dengan wajah penuh ketakutan.

"Cairan apa ini,"tanyaku sambil mendesis kesakitan. "Itu cairan aquadest biasa bu,"ucap mereka membuat ku sedikit lega. Tapi masalahnya alat kimia yang kena ini bikin tangan kiri ku robek sekitar 6 cm dengan dalam sekitar 4 cm. Luka nya parah karena ada pecahan kaca yang menancap.

"Mari kami antar ke dokter Bu. Ini perlu dijahit,"ucap mereka dengan wajah panik. Tanpa menunggu jawaban lagi, aku segera berlari kencang ke ruang dosen untuk mengambil kunci mobil sebelum berlari ke parkiran.

Melupakan teriakan para dosen yang terkejut melihat luka besar dan darah yang mengucur deras darinya. "Bu biar saya yang nyetir,"ucap mahasiswa tadi. Mau ngga mau yowes lah, lagian terlalu nyeri buat nyetir.

---

"Assalamualaikum,"ucapku berjalan memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam kamu sudah pulang Yan. ASTAGFIRULLAH ITU TANGAN MU KENAPA DI PERBAN,"ucap Tiara panik. "Kak katanya dokter tapi liat luka kayak liat apa aja. Its Okey,"ucapku duduk di ruang tamu.

"Sebelumnya kami minta maaf Bu atas kecerobohan kami tidak melihat Ibu. Kami terlalu panik karena larutan dalam kondisi eksplosif dan harus segera netral,"ucap salah satunya mewakili. "Hmm asal ngga kalian ulangi lagi,"ucapku santai.

"Oiya ini buat ganti alat lab kalian yang pecah,"ucapku menyodorkan 4 lembar uang bergambar Soekarno Hatta. "Nggak usah Bu,"ucap mereka menolak pemberian ku. "Mau ambil atau saya bocorkan nama kalian di ruangan dosen,"ucapku dingin membuat mereka langsung mengambil uang yang ku berikan.

"Ganti baju dulu sana Yan. Darah mu bikin mual aja,"ucap Tiara. "Ternyata hormon kehamilan juga bisa membuat dokter lupa jati diri,"ucapku. "Heh emang kamu ngga mau punya anak Yan,"ucap Tiara. "Kalo aku mau nikah,"ucapku singkat sebelum berlalu masuk ke dalam kamar.

Nggak banyak yang kena di baju banyaknya kena di jas lab jadi keliatan parahnya. Sambil mencari baju santai rumahan kaos bewarna baby pink dengan rok plisket berpadu dengan jilbab cukup simple. Kayaknya perban ini cuma bisa ngerepotin aja kerjaannya. Baru gerak sedikit nyeri lah ini lah itu lah.

"Bu Dyan punya adek ya,"ucapnya bertanya pada Tiara. "Hah adek? Oalah pasti kalian kira dosen killer kalian ini orang lain kan,"ucap Tiara menarik ku duduk bersebelahan dengannya. "Iya Bu. Kaget ternyata aslinya Bu Dyan mirip anak SMA. Cute nya,"ucap mereka.

"Ada-ada aja kalian. Saya selalu biasa cuma kalian yang anggap saya dosen killer nya jurusan,"ucapku. "Iya ngga cocok loh kalian panggil dia Bu. Doakan aja semoga dia mau nikah. Habis acc lamaran nikah jauh lebih susah dari acc laporan nya.

Kalo acc laporan kan sudah detail benar kan. Kalo ini baru liat judul langsung dibuang ke tempat sampah,"ucap Tiara. "Kak ngga perlu publikasi juga,"ucapku sebal. "Ya sudah kami mohon undur diri. Terimakasih Bu Tiara sama Bu Dyan,"ucap mereka berpamitan.

Sepeninggal mereka, Tiara ngga ada habisnya berceramah panjang lebar tentang Kak Deva yang lagi di LA bakal segera pulang. "Begitu kah ribetnya orang kalo sudah jatuh ke lubang yang namanya pernikahan. Kangen mulu mana tersiksa pula,"ucapku.

"Bukan gitu Yan. Gini nah nikah itu ngga seburuk pikiran mu. Kan sebagai manusia kita diberkahi perasaan tuh. Nah cara menyalurkan perasaan itu ya dengan menikah Dyandra,"ucap Tiara berusaha sabara meladeni ku.

"Lah kan kalo gitu kenapa ngga dengan tanam pohon kah apakah gitu selain pernikahan,"ucapku. "Aish gimana sih kamu Yan. Begini nah Dyandra sayang yang paling cantik. Nikah itu ngga seburuk itu. Coba deh kamu nikah pasti ngerasakan sendiri,"ucap Tiara dengan gigi bergemeletuk.

"Kak nikah tuh bukan ajang testimoni. Cukup sekali kalo itu ngga ada lagi sudah namanya gagal gara-gara ngga minat,"ucapku. "Lah kamu sendiri yang ngga mau kenal sama cowok karena bilang nya ngga guna,"ucap Tiara.

"iya kak. Cuma buah manis tapi berulat itu sudah omongan manis yang bikin eww mau muntah dengernya. Lebih baik buat riset teknologi jauh lebih bermanfaat daripada itu Dokter Tiara Ayuni Rajasa,"ucapku.

"Tapi tidak semua hal harus bermanfaat kan ada hal yang membahagiakan juga untuk mengurangi stress dengan menyalurkan perasaan pada pasangan,"ucap Tiara. "Nah itu namanya membuang waktu Kak. Stress ya berendam bentar sambil putar musik. Hilangkan sudah stress,"ucapku.

"Sabar ya Allah sabar. Begini ya tahap dimana seorang sains pada tahap saintifik mendarah daging. Gini aja deh gampangnya. Ada pernah ngga kamu ngerasakan momen dimana kamu bergejolak atau sejenisnya lah di kampus?,"tanya Tiara.

"Ada. Tiap hari lagi apalagi kalo mahasiswa sudah bertingkah itu rasanya berasap sudah kepala ku. Karena fokus ku ya mahasiswa dan memastikan mereka lulus dengan ilmu yang membawa kesuksesan kelak itu passion ku selama menjadi dosen,"ucapku jujur.

"DYANDRA ANDRODIAZ RAJASA"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status