Armaya Dvyendu Paksha

Armaya Dvyendu Paksha

last updateLast Updated : 2022-08-26
By:Ā  AlvydradirgantaraOngoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings. 13 reviews
35Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:Ā Ā 

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Gila,"ucap Dyandra singkat padat dan jelas. "Ayolah Dy. Kamu sekarang sudah jadi Nyonya Chandra Aklarta Maurya,"ucap Chandra. "Oh,"balas gadis itu. "Es berapa truk kamu makan Dek. Atau kamu lagi sariawan?,"tanya Chandra. "So?,"ucapnya santai. "Dek kamu ngomong singkat sekali lagi, ku cium di depan semua mahasiswa mu,"ucap Chandra tak membuatnya gentar dengan ancaman belaka. "Dek kalo kamu sengaja dingin untuk membuat ku menyesal. Kamu sudah berhasil Dek. Malam itu setelah putus dengan Divyan, setiap ada kesempatan, selalu ke bandara Adisutjipto berharap kedatangan mu di tahun saat aku juga sudah siap meminangmu. Sampai akhirnya pindah tugas ke Skuadron 21 masih saja tetap menunggu kedatangan mu. Ujungnya tanpa terduga malam itu kita bertemu lagi. That's more than a chance,"ucap Chandra tersenyum lebar. "Jadi maksudnya aku pelampiasan?,"tanyanya tersenyum miring. Dyandra, gadis cerdas tanpa sejengkal niat dipaksa menikah dengan pria yang menghancurkan masa muda bewarnanya saat rinai hujan turun. Membekukan semua senyum dan tawa riang menjadi gunung es abadi.

View More

Chapter 1

Bab 1 : My World

Ditemani dengan teh melati tanpa rasa, ku pandangi tugas mahasiswa yang menumpuk di meja ku. Nggak usah Anda sekalian tanya pasti tahu kan profesi yang saya bidangi. Ku pakai jas lab yang tergantung di meja lengkap peralatan yang lain.Jujur mungkin sosok seperti ku yang kalian benci saat menjadi mahasiswa.

Yang jelas tugas ku membimbing bukan ingin menghancurkan. Karena kalimat pedas itu selalu diingat daripada kalimat lemah lembut. Intinya itu bukan yang lain jadi mohon maaf dan saya ingatkan jika memang kalian kurang berkenan dengan sifat ku bisa meninggalkan cerita ku.

"Pagi Bu,"sapa sebagian mahasiswa hanya ku angguki. Namun tak jarang juga yang berpura-pura tidak mengenal. Heh dasar mahasiswa. Nggak pernah tau diri siapa yang membimbing mereka. Meninggalkan perasaan kesal dengan berdiri menjulang di depan lab kimia dasar.

"Kelompok satu,"ucapku tegas dengan suara memecah keheningan. Kegiatan seperti ini adalah kebiasaan atau tradisi untuk mahasiswa jurusan ku. Memeriksa satu persatu perlengkapan mereka sebelum masuk untuk praktikum.

"Dek tissue nya mana,"tanya ku.

"Maaf Bu ketinggalan,"ucapnya. Ku lirik nama yang tersemat di jas lab nya sejenak.

"Marleo saya nggak mau tau. Ketinggalan ya? Ya sudah selamat tertinggal praktikum,"ucapku dingin.

"Baik bu saya akan lengkapi,"ucapnya bergegas turun mencari tissue.

"Perhatikan yang lain. Saya tidak akan mentolerir jika ada kekurangan sedikit pun,"ucapku tegas. "Siap bu,"ucap mahasiswa serempak ku angguki dan kembali melanjutkan kegiatan berikutnya. Karena tugas ku di laboratorium dasar hari ini hanya memeriksa kelengkapan bukan membimbing praktikum.

"Selamat pagi. Silahkan ditutup modulnya sebelum memulai pre test,"ucapku tegas. Sembari menunggu, aku melihat mahasiswa yang tengah praktikum tanpa di awasi dospem nya.

"Dek praktikum apa,"tanya ku mendekati mereka.

"Uji kandungan Asam Lemak Bebas,"ucap seorang mahasiswa bernama Laskita. Ku perhatikan kondisi buret yang digunakan untuk titrasi. "Salah ini Dek. Ulang lagi titrasinya. Nggak ada namanya titrasi masih ada gelembung udara begini,"ucapku tegas. "Baik bu,"ucap mereka segera mengganti larutan.

Kembali duduk menatap mahasiswa yang akan praktikum bersama ku hari ini. "Kalian sudah tau kan aturan lab. Jika mahasiswa tidak memenuhi respon maka kita usai kan sampai disini,"ucapku sebelum memulai sambil membawa papan scanner yang di atasnya ada lembar penilaian.

Cukup sederhana sebenarnya. Karena mana mungkin kami mengizinkan praktikum kalo nggak paham tujuan dan apa yang akan dilakukan bersama bahan kimia. Juga meminimalisir kecelakaan kerja di dalam lab. Lagipun yang ditanyakan nggak pernah keluar dari modul.

-&-

"Silahkan dimulai dan harap berhati-hati. Saya tidak menerima kecerobohan sedikit pun. Buat dulu larutan sesuai perintah di modul nanti saya kembali untuk evaporasi,"ucapku tegas sebelum berlalu meninggalkan mereka menuju ruangan dosen sembari melepas masker karbon.

"Bu Dyan,"

"Iya saya. Ada apa Bu?,"tanya ku pada Angela, dosen senior yang lebih lama menjadi dosen di tempat ku berada. "Santai Bu. Kemarin ada anak-anak semester 5 kumpul tugas. Ada yang nyasar kayaknya,"ucap Angela membuat teringat tumpukan tugas mahasiswa di meja ku.

"Oh iya Bu. Sebentar,"ucapku mengangkat tumpukan tugas nyasar menuju meja Angela. "Memang mahasiswa sekarang nggak pernah liat dulu. Padahal sudah jelas tertulis nama disana masih saja salah taruh,"ucapku sebal.

"Iya namanya mahasiswa Bu. Kadang jengkel kalo banyak alasan buat kerjakan tugas yang ujungnya copy paste tugas temen nya. Masa satu kelas isinya tentang kajian larutan sama semua,"ucap Angela mengeluarkan uneg-uneg nya.

"Hmm iya Bu. Memang harus benar-benar tegas menghadapi mahasiswa biar suatu saat nanti kalo sudah kerja ngga ceroboh lagi,"ucapku berpendapat. "Waduh kayaknya Bu Dyan ini emosi ada tugas nyasar sampai full di mejanya,"ucap Keyla, rekan sesama dosen.

"Heh besok lagi tulis nama di meja pakai spidol merah Bu. Biar makin jelas,"ucapku tersenyum kecil sambil berlalu pergi kembali ke lab memeriksa praktikum mahasiswa jelas dengan perlengkapan sudah siap. "Bu ini gimana caranya evaporasi nya,"tanya Nadia takut-takut.

"Ikut saya,"ucapku mengambil hasil campuran mereka menuju mesin untuk penyulingan. "Ini Dek di liat cara kerjanya,"ucapku memeragakan cara menguapkan campuran sampel untuk memeroleh hasil dengan cermat dan teliti.

"Setelah ini silahkan dikerjakan laporan sementara. Saya tunggu hasilnya di ruangan saya dan jangan lupa dibersihkan alat-alat yang sudah dipakai,"ucapku berlalu pergi. Belum juga berlalu mata ku malah menangkap sepasang mahasiswa yang sedang asyik bermesraan di ujung lab.

"LABORATORIUM BUKAN TEMPAT PACARAN,"ucapku tanpa tedeng aling-aling. Membuat banyak mahasiswa melihat sejenak kemudian kembali melanjutkan pekerjaan mereka. "Ikut saya,"ucapku dengan alis menukik tajam ke ruangan ketua jurusan.

"Permisi Pak,"ucapku sopan nan ramah. Bukan pencitraan tapi sebagai sesama dosen wajib menghormati. "Iya Bu Dyandra ada yang bisa saya bantu,"ucap Rafka. "Hmm saya rasa ada yang rindu kalimat cinta bapak,"ucapku implisit.

"Ada apa Bu?,"tanya Rafka mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya baru kali ini aku datang untuk melaporkan hal semacam ini. "Saya rasa lab bisa jadu tempat romantis Pak,"ucapku tersenyum samar di balik masker karbon yang lupa ku lepas.

"Mana mahasiswa nya Bu Dyan,"ucap Rafka naik pitam. "Ada diluar sebelumnya saya juga pamit undur diri. Mohon maaf pak,"ucapku. "Tidak papa Bu. Justru saya senang ibu mengambil tindakan tegas,"ucap Rafka.

"Kalian segera masuk ditunggu ketua jurusan,"ucapku dingin sebelum berlalu turun menuju ruangan ku. Belum juga masuk, kenapa lagi ini di pintu kayak ada antrian sembako. "Dek kalo mau masuk silahkan masuk. Jangan suka tunggu di depan pintu.

Etika nya diperhatikan,"ucapku. "Baik Bu,"ucap mereka memberi jalan untuk masuk. Nah kan lagi-lagi tugas seabrek di meja ku. "Ehem aduh salah taruh lagi ya Bu Dyan,"ucap Augitra. "Harus sabar tapi kok keterlaluan. Mahasiswa yang disini di beri tahu teman nya ya.

Sebelum mengumpul tugas diliat dulu namanya. Sudah mahasiswa kok masih ceroboh kayak anak SMA. Bisa dilaksanakan mahasiswa?,"tanyaku. "Siap bisa Bu,"ucap mahasiswa yang berkonsultasi secara serempak. Ku tepikan tugas nyasar tadi sebelum menikmati bekal salad buah yang ku bawa.

Baru saja mau makan, ponsel bergetar pertanda panggilan masuk. Ku urungkan kegiatan makan dan bergegas keluar ruangan untuk mengangkat panggilan.

"Assalamu'alaikum,"ucapku mengangkat telfon.

"Waalaikumussalam. Yan nanti di rumah berdua sama kakak ipar nggak papa kan. Ibu sama bapak ada seminar di Semarang dua hari,"ucap Maheswari, ibuku tersayang. "Iya nggak papa bu. Hati-hati di jalan ya,"ucapku menutup panggilan. Apa karena aku anak terakhir mereka memperlakukan ku seolah bayi yang harus dijaga 24 jam.

Tapi mungkin itu bentuk kepedulian mereka pada ku juga dengan melarang ku pergi jauh jauh. Baru mau ke ruangan dosen ambil jas lab, sepasang yang tadi kepergok malah menghadap sekarang. "Bu mohon maafkan kami. Kami ngga mau skors,"ucap mereka. "Saya sudah maafkan kalian tapi tentang hukuman itu diluar wewenang saya.

Jadi mohon maaf,"ucapku berlalu pergi.

"Apa ibu nggak punya hati ya? Seenaknya sendiri? Semua di anggap sama rata apalagi menindas mahasiswa. Makanya sampai sekarang ngga dikasih jodoh,"ucap salah satunya menghentikan langkah ku.

Aku berbalik dengan menampilkan wajah datar. "Terima kasih doanya semoga terkabul,"ucapku sebelum berlalu pergi. Bukan sekali dua kali aku di sumpahi mahasiswa. Tapi gimana sih mereka? Disuruh ambil larutan dari lemari asam nggak pakai masker? Dan kecerobohan fatal mereka. Hah...

Ku sampirkan kembali jas lab beserta perlengkapan safety sebelum masuk lab untuk melihat praktikum yang dilakukan tanpa dospem. "Dek titrasi ngga ada yang pakai gelas beker. Ganti gelas erlenmyer,"ucapku mengoreksi.

"Ini kenapa malah main HP di lab? Sudah selesai parktikum silahkan kerjakan laporan dan jangan main HP kalo ngga mau saya sita,"ucapku tegas sebelum keluar lagi berpindah lab. "Bu Dyan,"aku berhenti melihat mahasiswa yang praktikum dengan ku menghadap.

"Ini laporan kami Bu,"ucap salah satu diantaranya. Mana mungkin banyaknya jumlah mahasiswa ku hafal semua. Hafal sih hafal tapi nggak mau malu gara-gara salah sebut nama. Jadi mending ngga usah panggil nama kan. "Ikut saya,"ucapku masuk ke ruangan.

Sembari membaca laporan, ku perhatikan setiap detailnya untuk memastikan tidak ada kesalahan. Begitu merasa sudah benar ku keluarkan tanda tangan untuk acc laporan menjadi laporan akhir. "Setelah ini segera kalian kumpulkan laporan akhir. Deadline dua hari dari sekarang,"ucapku menyerahkan kembali.

"Baik terimakasih bu,"ucap mereka. Hmm sungguh ucapan paling epik kalo menurut ku di setiap pertemuan atau pelajaran kalimat itu pasti senantiasa muncul.

---

Jam menujukkan pukul 4 sore, aku berkeliling memastikan mahasiswa telah pulang dan usai praktikum. Karena pasti banyak orang tua mereka yang mencari anaknya jika belum pulang di jam segini. "Bu Dyan,"aku menoleh mendapati Rafka yang jalan ke arahku.

"Iya saya Pak,"ucapku. "Ini undangan pernikahan saya untuk minggu depan. Jangan lupa datang ya. Saya cari di ruangan ngga ada makanya keliling lab,"ucap Rafka menyodorkan undangan berpita biru muda berpadu dengan putih. "Oalah iya Pak.

Hmm jadi bener ya yang sama dosen akuntansi itu,"ucapku melihat nama yang tertera. "Itu karena kamu sendiri Yan,"ucap Rafka mulai santai. "Kok saya pak,"ucapku heran. "Saya rasa masih terlalu buruk untuk standard Dyandra Andradiaz Zhafira Rajasa,"ucap Rafka membuat ku tersenyum tipis.

"Saya hanya tidak ingin menjalin hubungan dengan lawan jenis Pak,"ucapku ramah. "Tidak bukan berarti tidak mungkin. Semoga cepet nyusul ya. Oiya saya duluan,"ucap Rafka hanya ku angguki. Nggak bohong kalo masalah ngga mau connected dengan cowok dan begini jauh lebih nyaman untuk ku.

Kembali melanjutkan langkah dengan berlalu mengambil kunci mobil beserta tas yang berisi perlengkapan safety dan beberapa artikel untuk penelitian. Melewati jembatan Mahakam di kala senja yang mulai bewarna oranye.

Aku terlalu saintifik jadi mohon maaf kalo ngga berminat dan bukan penikmat senja yang katanya indah. Justru aku lebih suka dengan malam serta kesunyian nya daripada senja atau pun sejenisnya. Sebelum pulang, karena tau kakak ipar tersayang lagi galau ditinggal Kak Deva ke LA.

Ku hentikan mobilku untuk membeli 2 porsi bakso di tempat favoritnya. "Bu Dyan,"sapa mahasiswa yang lewat langsung ku balas senyuman tipis. "Lagi makan juga,"tanyaku. "Iya Bu,"ucapnya kaku.

Hueh reputasi ku sebagai dosen ya seperti kalian bilang jenis doskil alias dosen killer. Tapi kalo demi keselamatan ngga salah dong. Usai membeli bakso, langsung meluncur ke kawasan perumahan yang cukup ternama di kota ini hingga berhenti di sebuah rumah bewarna putih gading dua tingkat.

"Kak Tiara. Dyandra pulang,"ucapku masuk ke dalam rumah. "Dyan sayang. Wah baik banget belikan bakso,"ucap Tiara sumringah. "Sekedar tau aja yang lagi ngidam tapi ditinggal ke luar negeri,"ucapku terkekeh langsung mendapat cubitan kecil di pinggang.

"Akh ini katanya dokter? Menyakiti bukan mengobati. Nggak sesuai konsep kalo kayak gini,"ucapku berkomentar sembari berlalu. "Yan nanti malam ada kerjaan nggak,"tanya Tiara. "Free kenapa kak,"tanyaku dari atas sebelum masuk kamar.

"Nonton Aladin yuk,"ajak Tiara. "Okey,"ucapku singkat. Memasuki kamar suasana hijau dengan tanaman yang menambah kesan segar dan hidup di kamar. Aku kaku tapi bukan berrati hidup ku semuanya kaku banget. Sembari melepas jilbab ku nyalakan musik dari JOOX otomatis di kamar.

Merendam diri dengan aroma citrus terasa nikmat setelah pulang dari kampus. Memperbaiki mood yang buruk dan mengembalikan semangat seperti saat bangun pagi hari. Desain kamar mandi ku pun sengaja menyerupai telaga di sebuah hutan. Nggak tau kenapa tapi kalo liat suasana begini langsung adem hawanya. Kayak nyaman banget gitu.

"Yan kamu ngga cocok jadi dosen killer kalo gini,"ucap Tiara begitu aku turun dari kamar. "Siapa juga yang mau jadi dosen killer Kak,"ucapku. Memang sih dengan tampilan baju tidur bunga-bunga dusty pink dengan rambut lurus dan pendek khas mbak angkatan.

Tapi aku bukan fans mereka ya. Cuma kalo panjang ribet sendiri jadi ambil jalan tengah dengan potong rambut. "Mana bakso ku kak,"tanyaku. "Ini nah say sudah ku taruh disini tinggal tunggu kamu kita nonton film,"ucap Tiara ku angguki.

"Kak aku bukan syaiton,"ucapku duduk di sebelahnya sembari memasang kacamata radiasi. "Huweh susah ya ngomong sama batu batangkup,"ucap Tiara. "Bagus banget ini Yan,"ucap Tiara bersemangat sekali menjelaskan deskripsi yang belum tentu terekam di otak ku.

"Alay nya Kak. Mohon maaf beda frekuensi,"ucapku singkat langsung dihadiahi kalimat cinta kak Tiara. "Iya deh Yan. Kayaknya bener saran Ibu mau jodoh kan kamu biar ngga belok jadi lesbian,"ucap Tiara membuat ku menatap datar wajahnya.

"Skip ntar aja kalo lagi pengen,"ucapku asal. "Sampai kapan Yan? Dosen ketua jurusan aja kamu skip, temen dokter ku kamu juga skip, teman dokter Ibu juga kamu skip, lah kamu ini cari yang gimana sih Yan,"ucap Tiara.

"Lah kalo lagi ngga pengen mau gimana. Kalo pengen kak biar nemu di jalan langsung ku gas,"ucapku makin asal sambil memakan bakso. "Atau jangan-jangan kamu cari yang angkatan?,"tanya Tiara makin membuat ku mengeluarkan kalimat asal ku.

"Tunggu aja aku minat Kak. Selagi ngga minat semuanya ngga ada yang acc,"ucapku. "Duh Gusti iki jane piye yo. Umur 18 tahunan aja banyak yang sudah ngebet nikah ini itu. Ini sudah matang tinggal cus nggak mau,"ucap Tiara mematikan lampu dan memulai film nya.

"Itu mereka,"ucapku. "Iya justru karena itu Dyan. Umur mu sudah cocok Dyandra. Kapan mau nikah kalo gitu,"tanya Tiara. "Nanti,"ucap ku santai. "Ya Allah amit amit punya anak model kek kamu Yan,"ucap Tiara mengusap perut buncit nya.

"Omo Yan ya ampun kenapa Aladin nya ngga sadar sih kalo itu putri Jasmine nya,"ucap Tiara berkomentar. "Lah kalo tau yang habis gitu aja Kak. Alurnya kan emang gitu mau ekspektasi gimana pun juga tetep ngga ngerubah bentuk aslinya,"ucapku.

Aku suka nonton hanya sebagai hiburan karena kayak wah sekali orang menggambarkan betapa indahnya sesuatu yang berhubungan dengan kebucinan. Padahal nyatanya ngga seindah itu. Ups ralat minus manusia kaku kayak aku kayaknya.

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Giovanna Bee
Ampun Bu Dosen killer ^^ jadi ingat masa kuliah hehe
2021-10-13 13:41:59
2
user avatar
Eeng chan
Dyandra semamgat
2021-07-23 20:14:13
1
user avatar
the lost doremi
Ceritanya bikin penasaran. Semangat terus up nya thorrr
2021-07-04 22:05:07
1
user avatar
amathiaston
diksinya ringan bikin betah baca, iya kan
2021-07-04 20:13:13
1
user avatar
th
Suka sama gaya penulisannya, bacanya asikk.
2021-07-04 18:59:12
1
user avatar
Oyenart
Kereeenn šŸ˜ jarang2 nemu yang pake pov 1 dan set-nya di kampus šŸ˜ aku gudangin yaaaa, semangat update ā¤ļø
2021-07-04 17:52:23
1
user avatar
ICETEA
Wah, kita nggak beda server Dy. Aku malah cinta banget sama hujan malem2 😭 ntar kalo ujan deres gluduk2 malem2 gitu km nya benci aku nya hepi hueheheheh
2021-07-04 17:33:15
1
user avatar
Scarlet Crown
Seru nih kak! Apalagi dari judul ceritanya aja udh menarik bgt. Langsung aku masukin ke perpus hehehe
2021-07-04 16:16:18
1
user avatar
Melda Fitri
Baper aku, keren, lanjut Thor šŸ’ŖšŸ„°šŸ‘Œ
2021-07-04 16:16:16
1
user avatar
miss.possan
kisah ttg strong woman nih
2021-07-04 14:35:54
1
user avatar
Scaty
Keren banget alurnya <3 sukak
2021-07-04 14:34:45
1
user avatar
Ryeonae
Dari dialognya aja udah ketebak kalau buk Dyandra tegas banget orangnya. Ceritanya bagus. Semangat nulis Thor.
2021-07-04 14:27:26
1
user avatar
PuteriSenja
Narasinya bikin hanyut!! Bagus kak🌻
2021-07-04 14:08:45
1
35 Chapters
Bab 1 : My World
Ditemani dengan teh melati tanpa rasa, ku pandangi tugas mahasiswa yang menumpuk di meja ku. Nggak usah Anda sekalian tanya pasti tahu kan profesi yang saya bidangi. Ku pakai jas lab yang tergantung di meja lengkap peralatan yang lain.Jujur mungkin sosok seperti ku yang kalian benci saat menjadi mahasiswa. Yang jelas tugas ku membimbing bukan ingin menghancurkan. Karena kalimat pedas itu selalu diingat daripada kalimat lemah lembut. Intinya itu bukan yang lain jadi mohon maaf dan saya ingatkan jika memang kalian kurang berkenan dengan sifat ku bisa meninggalkan cerita ku. "Pagi Bu,"sapa sebagian mahasiswa hanya ku angguki. Namun tak jarang juga yang berpura-pura tidak mengenal. Heh dasar mahasiswa. Nggak pernah tau diri siapa yang membimbing mereka. Meninggalkan perasaan kesal dengan berdiri menjulang di depan lab kimia dasar. "Kelompok satu,"ucapku tegas dengan suara memecah keheningan. Kegiatan seperti ini adalah kebi
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
Bab 2 : Mahasiswa
Baju batik bewarna maroon cukup manis berpadu di tubuhku. Setelah memastikan tidak ada yang kurang dan tertinggal, ku lirik jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA. Dosen yang baik itu harus datang lebih cepat dari mahasiswa.Supaya bisa jadi contoh tapi kayaknya biar aku disiplin ngga bakal juga aku dicontoh sama mahasiswa. Orang mereka aja menempatkan ku di posisi dosen killer tertinggi di kampus Politeknik Negeri tempatku mengajar."Kak Dyan pamit dulu ya. Assalamu'alaikum,"ucapku. "Yoi hati-hati ya Yan jangan ngebut di jalanan,"ucap Tiara. Tiara ini aneh-aneh lagi. Sejak kapan aku ngebut di jalanan sedangkan bagi ku patuh pada peraturan dan perundang-undangan sudah segala-galanya.Membelah kota Samarinda yang memiliki kesibukan masing-masing di jam segini. Di tepi kanan sungai Mahakam membentang indah membelah dua bagian membuat ku harus melewati jembatan yang dahulu pernah runtuh."Selamat pagi Bu Dyan
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
Bab 3 : Problematika
ā€œAduh gimana ini Bu,ā€ucap Angela masuk ke dalam ruangan dosen dengan wajah kacau. ā€œSiapa yang gantikan Bu Nata nyanyi untuk pagelaran nanti malam,ā€ucap Angela membuat ku terhenyak. What’s kenapa harus Nata yang ngga datang??? Bau-bau jadi tumbal ini. Bukannya gimana masalahnya kalo gantikan dadakan gini siapa sih yang ngga sebel. ā€œBu Dyan,ā€ucap Augitra mengangguk. Ini juga karena tangan yang ngga bisa banyak gerak. Mana mungkin penari bawa kipas gerakannya bukan luwes malah patah-patah kayak paskibraka. ā€œSaya bisa menggantikan Bu,ā€ucapku berdiri. ā€œAlhamdulilah makasih banyak Bu Dyan. Ini nih teks nya ya, audio nya saya kirim lewat WA,ā€ucap Angela memberiku selembar kertas. ā€œBahasa Bugis ya Bu,ā€ucapku. ā€œIyalah. Kan Pak Rafka orang Bugis apalagi calonnya juga orang Bugis,ā€ucap Keyla. Kan masalah lagi, mana aksen Bugis jelas beda dengan aksen Jawa. Ayolah pasti bisa Yan pasti bisa. Katanya lagu ini bu
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
Bab 4 : Muak
Dengan langkah yakin ku lalui lorong lab dengan perasaan lebih baik karena akhirnya perban kurang asem itu dilepas dari tangan ku. Dengan membawa map berisi lembar penilaian, aku masuk ke dalam lab proses untuk membimbing praktikum."Pagi Bu Dyan,"Oiya lupa semenjak malam itu, mahasiswa jadi lebih sering menyapa ku namun dibalas dengan anggukan. Capek balasi satu persatu dan ngga efektif. Banyak yang berubah dari orang di sekitar ku. Seperti Pak Rafka yang jadi sumringah tiap hari. Angela, Keyla dan Augitra yang makin mendekat kan ku dengan banyak jenis laki-laki.Tapi kembali pada prinsip. Gimana mau suka sedangkan aku sendiri aja ngga ada minat dan kepikiran. Cuma aku yang masih tetap sama dengan kemarin. Karena mau jadi apapun aku nggak ada bedanya. Jadi untuk apa repot-repot berubah.PrankSuara pecahan alat kimia membuat ku tersentak. "Kenapa Dek,"tanyaku kaget. "Labu ukur n
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
Bab 5 : Kabur
Deretan alat kimia berjajar di depan mata ku dengan berbagai jenis. Setelah dengan sedikit problema akhirnya aku bisa datang ke sini. Maheswari tak henti membuat ku harus duduk berjam-jam untuk mendengarkan laki-laki yang kata mereka orang baik. Mau gimana udah terlanjur acc, muak ngga muak udah kejadian juga. Bahkan sengaja meminta ke instansi ku untuk memulangkan sebelum jam setengah 3 sore. Nggak juga kalo aku pulang kayak biasa merubah keinginan mereka pada intinya. "Bu Dyan," "Iya saya. Kenapa Bu?,"tanyaku menoleh melihat Angela mendatangi ku. "Nggak papa. Kok tumben hari ini agak beda ada masalah apa,"tanya Angela menutup pintu lab menyisakan kita berdua. "Nggak papa Bu,"ucapku tersenyum tipis di balik masker karbon yang ku pakai. "Nggak papa cerita aja biar lega. Masa dari pagi datang itu hawa nya beda loh Bu. Mungkin ada masalah mahasiswa yang kurang enak Bu,"ucap Angela membuat ku beralih dudu
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more
Bab 6 : Remahan yang tertinggal
"Dyan mau kemana pagi begini,"tanya Harsa yang tengah membaca koran di ruang tamu. Wah enak sekali dosen senior bersantai sembari menikmati kopi. Sedangkan aku seperti tertimpa tangga saja karena kesiangan. "Mau ke kampus Pak. Dyan pamit ya. Udah telat. Assalamu'alaikum,"ucapku buru-buru berlari keluar. "Ini gara-gara tentara sok puitis makanya telat 5 menit dari jam biasanya aku berangkat kan,"ucapku bergegas mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata membelah kota Samarinda dengan perasaan panik. Baru aja sampai di depan gedung jurusan, langsung ku ambil tas berjalan seolah normal memasuki lab yang sudah ramai. Iyalah biasanya aku datang itu sepi sekali karena masih pagi buta. Ini termasuk terlambat bagi ku dan aku ngga suka itu. "Bu Dyan," aku menoleh melihat Keyla yang memanggil ku dari belakang. "Iya kenapa Bu,"tanya ku. "Hmm pantas agak siangan, ini kah penyebab nya. Oiya sama tentara y
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more
Bab 7 :Mareo
"Dyandra ya ampun ngga nyangka. Senengnya ketemu kamu lagi Yan. Nggak sabar jadikan mantu Bunda,"ucap Nafisa dengan wajah berbinar. Ya akhirnya dua bersaudara itu membawa ku kemari. "Hehe iya Bun. Mau kemana kok ada koper di depan,"tanya ku penasaran."Loh kan kita mau ke Malang buat pengajuan nikah kalian,"ucap Alagra makin membuatku seperti terjebak tanpa tau apa-apa. "Loh Dra kamu nggak kasih tau Dyan,"tanya Nafisa. "Biar surprise Yah. Habis kena semprot Dyan bikin pangling sampai lupa.Bisa gitu Dyan jadi lain waktu di kampus. Apalagi ketemu mahasiswa bermasalah,"ucap Chandra. "Kakak ini memang loh. Nggak papa kak Dyan, sama aku aja ya duduknya jangan sama Kak Chandra,"ucap Dhita membuatku tersenyum tipis.Asli manusia seenak jidatnya, aku di bawa kesini terus Bapak sama Ibu gimana. "Yan,"ucap Harsa datang dengan penampilan rapi bersama Maheswari tanpa couple tersayang. "Loh Bapak sama Ibu sudah tau juga,"tanyaku bingu
last updateLast Updated : 2021-07-25
Read more
Bab 8 : Armaya
Tumpukan berkas dan tugas mahasiswa akhirnya usai ku selesaikan. 3 hari setelah kejadian di culik waktu itu, sekarang pun sudah tiba saatnya pingitan. Jadi mau nggak mau aku harus diem di rumah. Paling kalo ada mahasiswa mau konsul baru aku turun. Rumah ku dihias sebegitu menariknya dengan berbagai jenis bunga. Apalagi kamar ku paling parah sampai rasa tidur di kuburan. Padahal nikah masih lusa, banyak sekali juga upacaranya. Ingin rasanya aku salto udara dan pergi dari rentetan acara ngga ada habisnya. Putri, Anita dan Grace juga datang kali ini. "Ish cantiknya kayak Dewi turun dari kahyangan,"ucap Putri. "Kayangan mbahmu, orang kayak ketiban baju setengah kilo gini kalian bilang turun dari kayangan,"ucapku."Ya nggak gitu Yan. Please ngerti lah maksudku,"ucap Grace. "Terserah kalian. Oiya aku ketemu dengan Divyan kemarin waktu di Lamongan,"ucapku santai namun menimbulkan reaksi berlebihan. "Ngapain dia,"tanya Anita
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Bab 9 : Dvyendu
Baju putih abu abu dengan selempang wakil ketua OSIS melekat di tubuh seorang gadis yang tengah merapikan topi yang di pakainya. Hari ini akan ada acara serah terima jabatan ketua dan wakil ketua OSIS untuk periode berikutnya."Sudah cantik itu Yan,"ucap Divyan dari pintu kamar mandi. "Bukan itu. Nggak cocok kalo Chandra nya baju aja rapi baru aku amburadul,"ucapku. "Nggak gitu juga. Ehh Chandra,"ucap Divyan. Merasa sudah rapi, aku keluar dari kamar mandi."Ibu ketua OSIS cantik banget bikin pangling,"ucap Chandra. "Ngomong lagi ku pukul pakai sepatu pdh kamu Dra,"ucapku kesal. "Iya dah. Ayo,"ucap Chandra menarik lengan ku mengikuti langkah panjang nya menuju lapangan upacara. Acara ini sekaligus momentum pelepasan, jadi wajar kalo semua siswa turut andil."Dyandra,"aku menoleh mendapati Nafisa dan Alagra yang melambai ta
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more
Bab 10 : Adios Soltero
Divyan masih saja berlalu lalang di depan mata ku membuat jengah. Hari ini hari dimana tiba keluarga ku menyerahkan diri ku pada Chandra. Masih muak dan berharap ada keajaiban lain. Namun nyatanya itu hanya ilusi. Karena hingga saat ini tak ada keinginan sedikit pun untuk menjalin hubungan dengan nya.Riasan menawan juga tak membuat ku tersenyum sedikit pun. "Nduk. Ayo,"ucap Nafisa dan Maheswari membuka pintu dengan wajah berbinar. Di saat begini terpaksa harus menyunggingkan seutas senyum palsu. Pahit yang di usahakan manis.Tambah lagi tanggungan hidup dengan adanya suami tanpa kehendak ku. Acara akad pada pagi ini hanya di hadiri teman dekat dan keluarga saja. Kecuali pergelaran resepsi nanti malam. Menuruni anak tangga sambil memasang wajah palsu yang tampak seolah-olah bahagia.Hingga di duduk kan bersama dengan Chandra. Aku harus memanggil nya apa? Suami? Cih, baru memikirkan nya saja sudah membuat ku mual. Apalagi memperagakan langsung. "Ayo Nduk. Di paka
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status