Share

BAB 104

Penulis: Cherry Whisper
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 23:17:46

Dengan jantung yang masih berdegup kencang, Elena memalingkan wajah dari Ren dan melangkah ke arah panggung. Kakinya terasa berat, seolah ia tengah melangkah melalui lapisan mimpi yang tebal. Tapi saat ia mencapai tangga kecil yang mengarah ke atas panggung, semua keraguan dalam dirinya perlahan disisihkan oleh satu hal yang masih bisa ia kendalikan: pekerjaannya.

Lampu sorot menyambutnya. Kilatan kamera menyala dari segala arah, dan suara para tamu perlahan mereda saat musik instrumental digantikan oleh denting mikrofon yang disentuh oleh MC acara.

“Saudara-saudara sekalian, izinkan saya memperkenalkan kepada Anda seorang wanita yang tidak hanya menjadi jantung dari proyek ini, tapi juga kekuatan yang tak tergantikan di balik wewangian yang akan Anda kenali malam ini. Silakan sambut—Elena Hadley.”

Tepuk tangan menggelegar saat Elena naik ke panggung. Ia berdiri di balik podium, menatap kerumunan wajah yang menunggunya. Tapi jauh di antara lautan orang-orang itu, matanya tetap b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 109

    Malam semakin pekat, desiran angin berbisik melalui celah-celah jendela tua seolah membawa pesan dari masa silam. Cahaya bulan purnama yang semula menggantung berat kini merayap perlahan, menyentuh lantai kayu vila, menciptakan kolam perak yang dingin. Waktunya semakin dekat. Elena dan Ren berdiri di tengah ruang utama, perapian dan lilin-lilin menjadi saksi bisu. Mereka telah menyapu lantai, menyingkirkan perabot, membuat ruang kosong di bawah jendela besar. Di lantai, mereka menggambar lingkaran besar dengan garam kasar, di dalamnya simbol-simbol aneh yang mereka salin ragu-ragu dari catatan tua Marylin yang terselip di balik rak buku, garis-garis berpotongan, setengah lingkaran, dan titik-titik yang menyerupai konstelasi. Di pusat lingkaran, di atas sehelai kain hitam, belati itu terbaring. Logamnya kini memancarkan cahaya biru pucat yang lebih terang, berdenyut lembut selaras dengan detak jantung Elena. “Siap?” tanya Ren, suaranya serak. Elena mengangguk, napasnya pendek. “K

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 108

    Matahari baru saja mulai terlihat, menebar cahaya lembut ke apartemen Elena yang masih berantakan setelah pergumulan semalam. Ren sudah berdiri di dekat jendela, mengenakan kaus hitam dan celana kargo yang baru saja di belinya, wajahnya serius saat dia mengemas ransel kecil dengan efisien. Jejak-jejak keintiman di lantai kayu. Elena muncul dari kamar mandi, rambutnya masih lembap, membungkus tubuhnya dengan jubah mandi. Matanya langsung tertuju pada Ren dan ranselnya. “Sudah siap?” tanyanya, suaranya sedikit serak. Ren mengangguk, tidak berhenti mengemas. “Sudah. Semakin jauh dari keramaian kota, semakin baik. Tempat yang sunyi... Aku telah menyewa sebuah vila di desa.” Dia melemparkan pandangannya ke belati kuno yang kini terbaring di atas meja kecil antik itu, terbungkus kembali dalam beludru pudar. Logamnya menyerap cahaya pagi, terlihat dingin dan penuh janji berbahaya. Elena berharap semuanya akan berjalan lancar, meski jauh di dalam hatinya, ada ketegangan yang tidak bisa

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 107

    “Di sini,” geram Ren tiba-tiba, tangannya yang besar menekan perut bawah Elena dan mengubah sudutnya sedikit. Dorongan berikutnya-“Ah! REN!” Elena menjerit, matanya membelalak. Ren telah menemukan titik itu, titik rahasia dalamnya yang langsung menyulut api liar. Setiap dorongan berikutnya dengan sengaja menghantam titik G-spotnya, mengikis akal sehatnya. “Lihatlah bagaimana bagian dalamnya mencengkeramku dengan erat,” bisik Ren dengan nafsu, matanya gelap menatap tempat mereka bersatu, menyaksikan bagaimana tubuh Elena menyambutnya, mencengkeram penisnya setiap kali dia menarik. “Sepertinya kau sangat merindukanku.” Tangannya merayap naik, mencubit puting Elena yang sudah keras dan sensitif. Sensasi ganda itu-dorongan dalam yang tepat dan cubitan yang menyengat, membuat Elena menggelepar tak karuan. Batang keras tersebut terus mengenai titik kenikmatannya, seperti kilat panas yang menyambar-nyambar di kegelapan, menghanguskan setiap sisa akal sehat yang masih bertahan. Setiap d

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 106

    Suasana kamar Elena disinari remang-remang lampu jalan Paris yang menyelinap lewat tirai. Ren menurunkannya perlahan di atas ranjang, tubuhnya membayangi Elena seperti perlindungan sekaligus penaklukan. Gaun sutra itu sudah tergelincir hingga pinggang, menyingkapkan bahu dan lekuk tulang selangka yang memikat. Napas Ren memburu saat jemarinya menyusuri garis bahu itu, panas dan gemetar. “Kau sempurna,” gumamnya, suara serak penuh kekaguman yang membuat Elena merinding. Bibirnya menyusuri kembali jejak yang baru saja disentuhnya dimulai dari puncak bahu, turun perlahan ke lekuk leher, lalu berhenti di titik nadi yang berdebar kencang. Setiap ciuman terasa seperti pengakuan, seperti doa. Elena mengerang lemah saat tangan Ren merambat ke punggungnya, menyelesaikan apa yang dimulai resleting itu. Gaun itu akhirnya menyerah, melorot sepenuhnya dan menumpuk di pinggangnya seperti kembang yang layu. Ren menarik napas tajam, memandangi tubuh yang tersingkap dalam cahaya temaram. Lekuk pa

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 105

    Tiga puluh menit kemudian, Elena dan Ren telah meninggalkan gedung acara dengan mobil pribadi yang disiapkannya. Malam di Paris sudah larut, lampu-lampu kota memantul di jendela saat mobil melaju melewati jalanan sempit menuju apartemen Elena, menciptakan siluet-siluet cahaya yang bergerak cepat seperti lukisan impresionis yang hidup. Tak ada yang bicara selama perjalanan. Hanya suara mesin yang berderum rendah dan detak jantung masing-masing yang bergema dalam keheningan, seolah waktu berjalan lebih lambat di antara mereka. Elena menatap keluar jendela, jari-jarinya bermain-main dengan ujung gaunnya, sementara Ren sesekali melirik ke arahnya, ingin mengatakan sesuatu tapi memilih untuk menahan kata-katanya. Saat tiba di apartemennya, Elena buru-buru membuka pintu dan masuk, seolah mencari perlindungan di balik dinding-dinding yang familiar. Ren mengikutinya dari belakang, matanya mengamati seluruh ruangan dengan cermat, mencatat setiap detail—foto-foto yang terpajang di dinding,

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 104

    Dengan jantung yang masih berdegup kencang, Elena memalingkan wajah dari Ren dan melangkah ke arah panggung. Kakinya terasa berat, seolah ia tengah melangkah melalui lapisan mimpi yang tebal. Tapi saat ia mencapai tangga kecil yang mengarah ke atas panggung, semua keraguan dalam dirinya perlahan disisihkan oleh satu hal yang masih bisa ia kendalikan: pekerjaannya. Lampu sorot menyambutnya. Kilatan kamera menyala dari segala arah, dan suara para tamu perlahan mereda saat musik instrumental digantikan oleh denting mikrofon yang disentuh oleh MC acara. “Saudara-saudara sekalian, izinkan saya memperkenalkan kepada Anda seorang wanita yang tidak hanya menjadi jantung dari proyek ini, tapi juga kekuatan yang tak tergantikan di balik wewangian yang akan Anda kenali malam ini. Silakan sambut—Elena Hadley.” Tepuk tangan menggelegar saat Elena naik ke panggung. Ia berdiri di balik podium, menatap kerumunan wajah yang menunggunya. Tapi jauh di antara lautan orang-orang itu, matanya tetap b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status