Share

Bab 4

Sekitar satu jam, kelas selesai. Syaffira, tidak seperti biasanya. Ia lebih rajin dari sebelumnya. Entah itu karena ancaman Alter yang membuatnya berubah atau yang lainnya. Yang terpenting, Syaffira sudah memperbaiki kebiasaan buruknya, yang sering tertidur saat jam pelajaran. 

Syaffira berjalan menelusuri koridor, sambil menatap layar handphone. Gadis itu, sedari tadi memesan taksi online. Namun, belum dapat. Sedangkan Syaffira harus cepat-cepat menjenguk Rezvan. 

"Mau saya antar?" tawaran dari seorang laki-laki, membuat Syaffira menoleh. 

Syaffira memandang cowok di hadapannya dengan perasaan jengah. "Gak perlu," jawab Syaffira berbalik. 

"Bukankah kamu sedang buru-buru ke rumah pacar kamu?" tanya Alter, mensejajarkan langkahnya dengan Syaffira. 

Syaffira menghentikan langkahnya, lalu menghadap Alter. "Kok lo bisa tau, gue mau ke rumah Rezvan. Jangan-jangan lo cenayang ya?" 

Alter mengerutkan keningnya. "Saya akan antar kamu, lagian gak baik buat perempuan seperti kamu, pergi ke rumah cowok sendirian." 

Syaffira memutar bola matanya malas." Itu bukan urusan lo."

Alter kemudian langsung menarik pergelangan tangan Syaffira, dan melanjutkan kembali langkahnya menuju parkiran kampus. Membuat Syaffira, mendengus pelan. Alter memang seenaknya saja. 

"Emang lo gak cemburu, anterin gue ke rumah Rezvan? Lo kan calon suami gue," tanya Syaffira sambil jalan. 

Alter menyunggingkan senyumnya. "Sudah mengakui bahwa saya, calon suami kamu, hm?" Pertanyaan balik itu membuat Syaffira salah tingkah. 

Setelah melewati kemacetan sekitar satu jam, akhirnya Alter dan Syaffira sampai di salah satu rumah, yang terbilang cukup besar. 

Syaffira turun dari mobil, disusul Alter. 

"Saya akan tunggu kamu di sini," ujar Alter memakai kacamata gayanya. 

"Terserah." ucap Syaffira, lalu masuk ke kediaman rumah Rezvan. 

Rezvan tinggal sendiri di rumah, yang lumayan cukup besar. Orang tua Rezvan sibuk bekerja keluar kota, sehingga jarang pulang ke rumah. Bahkan, selama satu tahun lamanya, Syaffira berpacaran dengan Rezvan, tidak pernah dikenalkan secara langsung kepada kedua orang tua Rezvan. 

Rezvan selalu mengatakan orang tuanya sibuk dan Syaffira memaklumi itu. Yang terpenting, bagi Syaffira, Rezvan selalu ada untuknya. 

Setelah menaiki anak tangga, sampailah Syaffira di depan pintu kamar Rezvan, dengan cepat Syaffira membuka pintu.

Rezvan sedang tertidur pulas, sehingga Syaffira tak tega membangunkannya. Syaffira berjalan mendekati Rezvan dengan langkah pelan. Kemudian, ia meletakkan buah-buahan yang sempat ia beli di jalan. Syaffira duduk di tepi kasur, samping Rezvan tertidur. Punggung tangannya ia letakan di kening Rezvan.

"Syukurlah, gak panas," gumamnya pelan.

Kemudian Syaffira membenarkan selimut yang merosot ke bawah, lalu ia tarik ke atas untuk menutupi tubuh Rezvan. 

"Aku pulang dulu ya, sayang. Cepet sembuh," ucap Syaffira, lalu berjalan keluar kamar. 

Alter mengerutkan kening, ketika melihat raut muka Syaffira yang menjadi murung. 

"Ada apa dengan wajah murung kamu?" tanya Alter. 

"Bukan urusan lo," ucap Syaffira, lalu memasuki mobil Alter. "Lo jangan bilangin gue sama keluarga kita, kalo gue habis ke rumah Rezvan."

Alter hanya diam. Lalu menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumah Rezvan. 

***

Freya memperhatikan seseorang yang baru saja keluar dari Cafe yang berada di mall. Sesekali Freya mengucek-ngucek matanya dengan tangan, memastikan bahwa yang ia lihat barusan itu kekasih Syaffira, Rezvan. Terlihat dari jauh, Rezvan dan perempuan itu terlihat sangat mesra. 

Dengan segera Freya mengambil handphonenya dan menghubungi nomor Syaffira. 

"Ada apa Frey?" tanya Syaffira dari sebrang sana. 

"Sapi, gawat. Ini benar-benar gawat," 

"Ada apa sih Frey? Jangan bikin gue penasaran deh," 

Freya menarik napasnya perlahan. "Gue liat Rezvan jalan sama cewek lain,"

Syaffira tertawa dari sebrang sana. "Halu kali lo, Frey. Jelas-jelas gue barusan dari rumah Rezvan. Dia lagi tidur pulas kok, mana mungkin dia jalan sama cewek," 

"Gue gak salah liat, Sya. Sumpah,"

"Kalo emang itu benar Rezvan, coba lo potoin, terus kirim ke gue," ucap Syaffira, lalu menutup sambungan teleponnya. 

"Jika dugaan teman kamu benar, bagaimana?" Kini Alter bersuara, sembari masih mengemudikan mobilnya. 

"Diem aja deh, lo," ucap Syaffira sedikit gelisah.

Sedangkan Freya, ketika ingin membuka kamera, tiba-tiba handphonenya mati, ia merutuki dirinya sendiri. 

"Sial, gue lupa lagi. Kalo handphone gue lobet, seharusnya gue foto dulu, baru telpon Sapi, bodoh lo, Frey," ucap Freya, lalu memasukkan handphone kembali ke dalam tas. 

"Mending gue tegur aja tuh, playboy," ucap Freya, lalu mencari keberadaan Rezvan, yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Saat mencari keseliling tempat yang di datangi Rezvan. Namun, Freya kehilangan jejak dan tak berhasil menemukan Rezvan. 

"Cepet banget tuh orang ngilangnya," gerutu Freya. "Gue gak mungkin salah liat, kan?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status