Share

Bab 3

Syaffira melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Asdos galak, yang akan menjadi suaminya. Pagi ini, ia ingin meminta keringanan untuk hukuman yang Alter berikan kepadanya. Syaffira mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Permisi," ucap Syaffira sembari mengetuk pintu. 

"Masuk!" ujar Alter dari balik pintu. 

Kemudian Syaffira memasuki ruangan Alter dan duduk di hadapannya yang terhalang oleh meja. 

"Ada perlu apa kamu ke sini?" tanya Alter sinis, tanpa melihat wajah Syaffira. 

Demi apa, Syaffira ingin mengutuk seseorang yang ada di hadapannya sekarang. Bisa-bisanya dia sinis ke Syaffira. Bukankah yang ada di hadapannya kini calon istrinya. 

Syaffira menghela napas. "Asdos yang terhormat, apakah boleh saya meminta anda untuk tidak mengeluarkan saya dari mata kuliah anda? Bukankah Bu Yuni saja tidak pernah mengeluarkan saya?" terang Syaffira baku. 

Lelaki itu hanya terdiam. Sibuk dengan laptopnya. Sedangkan Syaffira dibuat bingung, ia harus berkata apa lagi kepada Es kutub ini. 

Amarah dalam diri Syaffira memuncak, lalu tiba-tiba ia menggebrak meja Asdos tersebut membuat Alter melotot.

"Lo maunya apa sih, hah? Jangan mentang-mentang lo Asdos, lo bisa seenaknya sama gue. Gue hanya minta keringanan doang, tapi lo cuma diem aja. Heran gue kenapa Bu Yuni pilih lo buat jadi Asdosnya sih," ujar Syaffira kesal. Lalu ia berbalik hendak pergi dari ruangan itu. Namun, tangannya di cekal dari belakang oleh Alter. 

"Saya, akan kasih kamu keringanan. Saya tidak akan mengeluarkan kamu. Dengan syarat, kamu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan kamu lagi. Jika saja kamu mengulanginya lagi, saya tidak segan-segan untuk mengeluarkan kamu!" ucap Alter tegas. 

"Oke, deal." ujar Syaffira tanpa berbalik menghadap Alter. Ia melepaskan cekalan tangan Alter. Lalu keluar dari ruangan dan menutup pintu dengan kencang. 

Sedangkan Alter hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Syaffira. 

***

Syaffira menarik napasnya perlahan, mencoba untuk menormalkan amarahnya, setelah berdebat dengan Alter. Hari ini, moodnya sedang tidak baik. Karena sedang haid pertama, jadi wajar saja, jika ia cepat marah kepada seseorang. 

"Hay Sapi, I'm back," ucap Freya, kemudian mendudukkan bokongnya ke kursi yang berada di sebelah Syaffira. Ia membawa beberapa bungkus snack yang ia beli di kantin kampus. 

"Syafira, Frey. Bukan Sapi," ujar Syaffira penuh penekanan. "Berapa kali sih gue bilang sama lo, jangan panggil gue Sapi."

Freya membuka satu bungkus snack. "Yaelah, Sap. Sapi kan panggilan kesayangan gue ke lo,"

Syaffira memutar bola matanya malas.

"Oh iya Sap, gimana semalam perjodohan lo lancar kan? Terus cowoknya ganteng gak?" tanya Freya penasaran. 

"Lo tau Frey, orang yang dijodohin sama gue siapa?" Freya menggeleng. "Asdos galak yang ngomelin gue kemarin,"

Freya terbelak tak percaya. "What, Seriously? Jadi Alter, Asdos ganteng itu yang dijodohin sama lo,"  

Syaffira langsung membekap mulut Freya dengan tangannya. "Ssstt, jangan kenceng-kenceng ngomongnya, kalau ada yang denger gimana," 

Freya melepaskan bekapan tangan Syaffira, kemudian ia meneguk minumannya tanpa jeda. Mendengar pernyataan Syaffira membuatnya haus. Bagaimana tidak? Asdos ganteng incarannya akan menjadi suami dari sahabatnya. 

"Pupus sudah harapan gue," ucap Freya, lalu memakan snacknya. "Terus lo mau? Pasti mau kan, mana ada yang bisa nolak perjodohan, kalau cowoknya kayak Alter, perfect."

Syaffira menghela napas panjang. "Sebenarnya gue, udah bilang sama tuh Asdos buat ngebatalin perjodohan ini. Tapi, tuh Asdos galak malah gak mau. Katanya dia gak akan pernah ngebatalin perjodohan ini. Lo tau kan Frey, gue punya cowok," terang Syaffira, lalu menyenderkan kepalanya ke belakang kursi.

Alis Freya terangkat sebelah. "Serius lo Sya? Maybe dia udah mulai suka sama lo. Secara kan lo good looking banget, ya, kan," 

Syaffira mengedikan bahunya. "Iya suka sama gue, lebih tepatnya suka marah-marah sama gue. Pagi aja gue udah dibuat naik darah sama dia," 

"Sabar Sya, gitu juga calon suami lo," ucap Freya. Lalu memasukkan kembali snack-snacknya ke dalam kantong plastik. Mubajir, gak ada yang makan. 

"Oh iya Sya, si Rezvan mana? Gak biasanya, gak keliatan. Biasanya nempel terus sama lo, kek perangko."

Syaffira baru ingat sesuatu. Kemudian, ia mengambil handphonenya yang berada di dalam tasnya. Ia membuka aplikasi Whattshap-nya dan langsung mencari kontak Rezvan, dan kemudian ia menekan tombol Videocall.

Sedangkan Freya memutar bola matanya malas. Sebucin itukah sahabatnya?

"Hallo, sayang. Kamu apa kabar? Kamu masih sakit?" tanya Syaffira panik, ketika sambungan vidcall nya tersambung. 

Terlihat, dari layar handphone Syaffira. Rezvan, sedang berada di tempat tidurnya dan tubuhnya ia tutupi dengan selimut. 

"Aku baik-baik aja, sayang. Maaf, ya, aku gak bisa jemput kamu tadi pagi. Tiba-tiba badan aku lemas," ucap Rezvan serak, dari sebrang sana.

"Iya sayang, gak apa-apa. Yang penting kamu sehat dulu aja, baru bisa jemput aku lagi. Oh, iya, sayang. Sehabis kelas, aku jenguk kamu ya ke rumah. Aku khawatir sama kamu," ujar Syaffira.

Dengan lemah, Rezvan mengangguk. Dan mematikan sambungan vidcall-nya. 

Syaffira mengambil tasnya, lalu beranjak pergi dari kantin. 

"Sap, tungguin gue dong!" ujar Freya, mengejar Syaffira yang sudah berjalan terlebih dahulu. 

"Cepetan dong Frey, bentar lagi kelas dosen killer di mulai. Gue gak mau kena hukuman lagi," ucap Syaffira berjalan menelusuri lorong kampus dengan cepat. 

"Gak biasanya lo, Sap. Biasanya santai aja. Wah, pasti ini pengaruh baik dari Alter kan?" 

Syaffira tak menggubris, dan langsung masuk ke dalam kelas. Kemudian, ia mengeluarkan beberapa buku paket dari dalam tasnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status