Yoriko menatap Ashraf dengan pandangan yang lurus dan sangat serius. Dia tidak mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum Ashraf memberikan jawaban. "Jadi bagaimana Ashraf? Kau hanya perlu menyetujuinya!" Desak Yoriko lagi. Ashraf tampak berpikir, dia cemas karena harus membiarkan Yoriko menemui Xiao Lan atau Xiao Jiang. Itu akan sangat beresiko, lebih-lebih lagi dua orang itu tahu siapa Yoriko. "Ini akan sangat beresiko, jadi aku akan memerintah anggota yang lain saja." Ashraf memberikan jawaban final. "Tidak bisa, aku yang akan melakukannya. Karena aku tahu bagaimana cara mendapatkan hasil pemindaian itu," sergah Yoriko. Dia benar-benar ingin melakukannya karena dia yakin hanya dia lah yang bisa. Master Wang lalu memikirkan jalan tengah, tidak lama dia bersuara. "Yoriko tidak akan sendiri. Aku atau Dohan bisa ikut bersamanya. Lagi pula kita hanya perlu bertemu dan bersitatap saja dengan mereka untuk mendapatkan hasil pemindaian. Kita bisa menyamar," jelasnya. Dohan pun meng
Gangnam-gu, 19.42 am. Jet pribadi milik keluarga Choi sudah berada di atas roof top bangunan utama markas besar. Tiga orang yang akan berangkat ke Kungmin malam itu sudah bersiap-siap. Master Wang dan Kim Dohan tengah berbincang untuk kelanjutan misi mereka. Sementara Yoriko tengah duduk di tepi roof top menunggu persiapan keberangkatan selesai. Pikiran Yoriko masih tertinggal disaat dia berbincang dengan Lizi tadi pagi. Raut kesedihan di wajah perempuan muda itu entah mengapa juga ikut melukai hatinya. "Yoriko, ayo naik!" Panggil Master Wang yang hendak naik ke jet. Yoriko tergagap, dia lekas berdiri dan mengambil tas miliknya. "I-iya," jawabnya sembari berjalan mendekat. Akan tetapi dia sempat melewati Ashraf, pria itu menahan tangannya. "Aku perlu berbicara sebentar denganmu," lirih Ashraf. Mau tidak mau Yoriko berhenti, dia hanya melirik Ashraf sekilas tanpa berniat beranjak kemana-mana. "Katakan saja dengan cepat sekarang!""Jangan berbuat apapun yang bisa membuat mu dan X
"Akh!" Satu orang pria yang berjaga itu memekik keras. Lehernya terkena satu anak panah, darah segar pun mengalir begitu saja dari lukanya. Tidak lama tubuhnya tumbang begitu saja dan tersungkur ke tanah. Sementara rekannya lekas bersiap menggunakan senjatanya, dia masih menoleh ke sekeliling mencari siapa yang telah melukai rekannya. "Hei siapa di sana, jangan macam-macam! Tunjukkan--"Belum sempat pria itu melanjutkan kalimatnya, Master Wang sudah berhasil memanah leher pria itu hingga dia jatuh tersungkur seperti pria sebelumnya. Setelah merasa aman, Master Wang melambaikan tangannya ke arah mobil Jeep. Yoriko dan Kim Dohan yang melihat itu pun segera turun dengan hati-hati. Keadaan sekitar yang sangat sepi semakin mempermudah aksi mereka. "Masuklah Yoriko, kami akan mengawasi di sini." Kim Dohan meminta Yoriko untuk cepat. Master Wang sempat menepuk pundak Yoriko sebelum perempuan itu masuk. Reflek Yoriko menoleh dan menatap bingung ke arah Master Wang. "Kami tidak bisa memb
Yoriko tersenyum kecil, dia kemudian menyingkirkan tangan pelayan itu dari lengannya. Dia berusaha menjawabnya dengan tenang dan lirih. "Beberapa hari ini mataku sakit jadi aku memakai kacamata," jawab Yoriko. "Oh begitu, baiklah. Cepat masuk!" Perintah pelayan itu. Yoriko pun mengangguk dan dengan semangat lekas masuk ke dalam ruangan butik tersebut. Di dalan sana sudah ada satu orang pelayan yang tengah berbicara dengan Xiao Jiang. "Aku mau kau bawakan warna lain untuk model sepatu ini," ucap Jiang pada pelayan asli di ruangan itu. "Baik Nona, akan aku ambilkan. Sementara Tanara akan membantu anda." Pelayan itu menunjuk ke arah Yoriko yang berdiri tidak jauh darinya. Yoriko lalu mendekat, dia bersikap natural seolah-olah pelayan butik yang sebenarnya. Perempuan itu juga sudah tahu nama dari pelayan yang dia pinjam identitasnya hari ini. "Jadi Nona Jiang membutuhkan apa?" Tanya Yoriko yang berusaha keras merubah suaranya menjadi pelan. Jiang menghela nafas panjang dia lalu me
"Apa maksud perkataan Tuan, saya tidak mengerti?" Tanya Yoriko dengan nada yang paling sopan. Xiaojun masih menelisik, kemudian dia tertawa kecil. "Postur mu yang seperti ini lebih cocok menjadi seorang Nona ketimbang pelayan," jawab Xiaojun sembari mengedipkan sebelah matanya. Yoriko mengatupkan bibirnya rapat-rapat dibalik masker yang dia gunakan. Rasanya dia ingin memukul wajah Xiaojun saat itu juga. Bisa-bisanya pria itu malah berbicara omong kosong. "Kata-kata Tuan sangat berlebihan," balas Yoriko. Kemudian di saat yang sama Jiang keluar dari ruang ganti. Hal itu tentu membuat Yoriko lega, setidaknya dia bisa lepas dari manusia genit seperti Xiaojun. Buru-buru Yoriko menghampiri perempuan itu. "Bagiamana Nona, apa ini sesuai selera anda?" Tanyanya. "Iya, jadi tolong kemas yang ini. Juga sepatu yang tadi aku coba," jawab Jiang sembari memberikan pakaian yang tadi dia coba. Yoriko mengangguk paham, setelahnya dia pergi keluar dari ruangan tersebut. Di depan ruangan rupanya
Malam harinya jet pribadi milik keluarga Choi sudah datang untuk menjemput Yoriko, Master Wang dan juga Kim Dohan. Mereka bertiga menunggu di salah satu atap bangunan milik orang kepercayaan Master Wang. Jet tersebut membawa mereka kembali ke Gangnam-gu tepat pukul dua belas malam. Jam itu dipilih agar keberangkatan mereka tidak terlalu mencolok. Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai sebelum matahari terbit. "Kita harus segera melaporkan hasil pekerjaan ini pada Ashraf," ucap Master Wang begitu mereka hendak turun dari jet. "Benar Master, ini harus segera di laporkan agar pembangunan triangle tower juga lekas selesai." Kim Dohan ikut menanggapi, dia telah bersiap untuk turun dari jet. Pria muda itu telah menentang tas ransel miliknya dan juga iPad ditangannya."Kau benar Dohan. Ah ya Yoriko! Nanti kau ikut aku menemui Ashraf, ceritakan apa yang kau dengar juga di butik pada Ashraf!" Perintah Master Wang tegas. Yoriko sempat menghentikan kegiatannya yang tengah beberes
Tepat di jam tujuh pagi, Ashraf sudah berada di lapangan tembak. Dia berulang kali meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dia lakukan sudah benar. Akan tetapi dia tidak bisa membuat Yoriko sakit hati, dia tidak mau perempuan itu kecewa. "Aku tidak bisa membuatnya kecewa, tapi aku juga tidak bisa menyingkirkan nama Xiao Jiang di hatiku," batin pria itu sembari terus berusaha fokus dan membidik beberapa guci kecil yang memang di jadikan sebagai targetnya dalam berlatih. Kali ini Ashraf menggunakan senjata laras panjang. Tapi sudah tiga kali percobaan dia selalu gagal. Hal itu membuatnya kesal, dan menghela nafas berat. "Sepertinya aku sudah mengganggu waktu latihan mu," ucap Yoriko begitu Ashraf berhenti menembak. Pria itu segera menolehkan kepalanya pada sumber suara. Yoriko rupanya sudah berdiri tepat dibelakang Ashraf. "Kapan kau datang Yoriko?" Tanya Ashraf sembari menatap lurus wajah Yoriko. "Mungkin lima belas menit yang lalu?" Yoriko kemudian berbalik badan, dia memilih unt
"Maksud Dohan, hubungan lain diantara Xiao Jiang dan Xiaojun adalah apa Xiaojun bekerja dengan pihak lain. Karena dia berani memerintah Jiang," jawab Yoriko yang melihat ada nada-nada kecemburuan pada kalimat Ashraf. Tapi pantas saja Ashraf berpikir seperti itu, karena kalimat yang dipilih Dohan terkesan ambigu. Padahal Ashraf adalah pria yang menaruh hati pada Xiao Jiang. Jadi kalimat yang diucapkan Dohan tadi sangat mungkin menimbulkan kecemburuan di hatinya. "Ah iya maksudku seperti itu," kilah Dohan sembari tersenyum canggung apalagi saat dia melihat lirikan tajam dari Yoriko. Ashraf manggut-manggut, dia menghela nafas panjang dan bersandar pada kursi yang dia duduki. "Tampaknya Blair Fulton sedang terancam sesuatu, mungkin ini bisa kita selidiki dan jadikan sebagai kelemahan Blair Fulton." Master Wang menambahkan. Yoriko juga mengangguk setuju mendengar itu, karena setidaknya mereka punya kartu cadangan untuk menyerang Blair Fulton. "Apa yang dikatakan Master Wang benar, kit