"Jadi, biarkan aku yang menata koper miliknya." ucap Rena dengan nada ramah sambil tersenyum.
"Huh, aku tarik kata kataku tadi. Dia bukan perempuan yang lembut! Dia lebih mirip seperti rubah." gumam Thea dalam hati,
Gadis itu berusaha menahan rasa kesalnya dan dengan pasrah menyerahkan koper hitam itu kepada Rena.
"Silahkan masuk dan nikmati kamarnya. Oh ya, 10 menit lagi kita akan berangkat. Jangan lupa untuk turun ke bawah!"
"Baiklah.." seru Thea tersenyum,
Menatap punggung wanita tadi,yang semakin menjauh dari pandangannya. thea berbalik,meraih knop pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan.
Mendapati sebuah kamar yang cukup luas,dengan berbagai perabotan yang cukup lengkap di dalamnya. Gadis itu mulai melihat ke sekeliling dan mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk meletakkan koper.
"Ga usah aku tata. Bajunya biar di dalam koper aja deh! Biar besok kalo mau pulang,ga ribet beresin." gumam Thea menyeret tas merah i
"Kita mau kemana?" tanya Thea lirih. "Diam, dan ikuti saja mobil depan." tegas Nathan dingin. "Baik…" Gadis itu menghela nafas,sesekali melirik ke arah kursi belakang melalui kaca spion.Sedikit bingung dengan kesunyian dua pria itu. "Tumben diem! Tadi kan kalian nyerocos kayak bebek waktu sama Aros. Ayo buruan ngomong,aku lagi gabut dan kesepian." "Jika kalian membuatku kesal atau mengatakan hal menyebalkan. Itu malah membuatku tidak bosan,akan ku anggap itu hiburan!" "??" "Kenapa kalian diam saja? apa mereka juga takut dengan pria ini? jika memang berteman kenapa mereka terlihat tidak akrab." seru Thea dalam hati "........." "Huh sudahlah beban hidupku sudah sangat banyak. Jangan ikut campur dalam beban hidup orang lain," Gadis itu segera mengalihkan pikirannya dan kembali fokus menatap ke jalan, mengemudikan mobil ke arah yang dituju kendaraan biru tadi. 30 menit kemudian. Memberh
"Bagaimana bisa, dia menyuruhku seperti ini. Dan menikmati waktu berduaan!" "Apa mereka pikir, kami adalah budak?!" benak Thea menggertakkan gigi. Gadis itu menyerahkan barang yang ia bawa,lalu berjalan kembali untuk mengambil barang yang masih tersisa di dalam kendaraan. Dengan sigap,Kai menyusul gadis yang berjalan pergi itu. Berdiri di sampingnya. "Kau kembali saja. Barangnya hanya sisa sedikit," "Aku bisa membawanya sendiri," "Tidak apa apa. Biar ku temani, jika hanya berdiam diri pasti akan ada yang tidak suka." sahut Thea, "Jaraknya cukup jauh. Kakiku rasanya sangat sakit, bagaimana bisa pria ini bolak balik dari tadi!" "Bahkan dia tidak protes ataupun meminta giliran." benak Thea melirik sekilas. Alhasil barang yang tersisa dibawa semua oleh Kai. Gadis itu hanya menghabiskan energinya untuk melangkah menemani, dia berjalan mendahului dengan jarak 1 meter. "Kamu bisa membantu menata barang di sana.
"Putar botolnya," seru Rena tersenyum ramah, "Padahal tadi ngebentak, tiba tiba udah sok ramah lagi!" benak Thea berusaha menahan kesal. "Ayo putar…" sontak Nathan dengan nada datar, "Ini juga! ikut ikut aja." gerutu Thea dalam hati, Tangannya meraih botol kaca yang ada di atas meja,diputar sampai tiga kali. Ujung botol pun,perlahan mulai berhenti berputar. "Hayo. Akhirnya Rena kena juga!" "Sayang sekali dia ga dapat dare." seru Aros,sudah lupa hal memalukan yang tadi menimpanya. "Sudahlah. Ayo! apa pertanyaannya?" sahut Rena mengangkat kedua alis. "Mm, apa ya?" "Biarkan Nathan yang memberi pertanyaannya!" celetuk Ben. "Aa jangan! nanti dia bertanya hal yang membosankan." seru Aros. "Begini saja. Ceritakan apa saja yang sudah kalian lakukan saat berkencan?" "Ingat! harus dijelaskan semua moment terkecil sampai yang terbesar." Semua orang mulai bersorak agar wanita tadi seger
Gadis itu menarik jemari Nathan dengan paksa. Untuk bisa mengakses ponsel itu, dengan sigap menghubungi salah satu kontak dengan nama yang sesuai ucapannya tadi. "Mike.." gumam Thea menekan ikon telepon di layar ponsel. Tut. "Ayo plis, buruan angkat!" seru Thea dalam hati, Tanpa sadar matanya berkaca kaca, gadis itu menggigit mulut dalam bagian bawahnya. Dengan raut gelisah,Thea menunggu seseorang menerima panggilan itu. "Halo? ngapain telpon jam segini?" ketus suara pria dibalik telpon. "Halo, s-saya asisten Pak Nathan. P-pak Nathan, dalam kondisi parah. Sepertinya dia alergi sesuatu!" "Saya tidak tau harus apa. Pak Nathan bilang, bahwa anda dokter pribadinya." "Bisakah anda kirim lokasi, agar saya bisa segera mengantar Pak Nathan kesana?" ucap Thea dengan suara gemetar. berusaha menahan tangis, "Baik. Akan aku kirim sekarang," "Terima kasih," ujar Thea lirih,lalu memutuskan panggilan. Satu tete
Flashback___________ "Apa yang kau pikirkan tentang Thea?" ucapnya melirik sekilas laki laki yang masih terduduk sambil memejamkan mata. "Thea siapa?" sahut Nathan lirih. "Siapa katamu! apa kau tidak hafal namaku!" pekik Thea merasa kesal. "Asisten! dia itu asistenmu." "Oh, asisten baru." gumam Nathan. "Ya..asisten barumu. Apa kau menyukainya?" "Tidak. Dia wanita pemarah, rakus dan juga…" "Cukup! aku sudah menduga kau akan menjawab itu." tegas Thea,membungkam mulut laki laki itu. "Hh, dia berpikir aku pemarah! apakah kau tidak sadar diri." gerutu Thea tanpa menoleh. "Dan aku tidak rakus!" teriak Thea merasa kesal. Tring… Suara dering timer menguraikan ingatan yang baru saja gadis itu ingat. Dia terbelalak dan segera mematikan bunyi bising itu. "Arhg, kenapa aku jadi kesal sendiri mengingat ucapannya tadi!" sontak Thea, menggaruk ujung kepala yang tidak terasa gatal. "D
Di tengah ruangan yang begitu luas. Hanya ada sebuah lampu bohlam kecil,membuat seluruh tempat hanya mendapat cahaya samar samar. Sebuah meja kerja kosong,dan kursi yang ditempati seorang laki laki berjas hitam.Lengkungan sempurna yang terukir di bibir, membuat terkejut beberapa pria berbadan kekar yang tengah berdiri di depannya. "Apa ada hal baik?" celetuknya merendahkan suara. "Tidak ada. Lupakan!" ucap Mike, meletakkan kembali ponsel miliknya ke atas meja. "Apa kontraknya sudah ditandatangani?" "Sudah." sahut pria tadi, "Pergilah, ada hal lain yang harus ku urus! Aku harap kalian bisa memusnahkan mereka dengan cepat." ketus Mike,dengan senyum licik. "Akan kami pastikan!" Kelima pria itu mulai menunduk kemudian berbalik dan melangkah pergi. "Tunggu!" sontak Mike,menghentikan langkah mereka. "Kirim tiga orang lain untuk menemui rekan selanjutnya," Ucapan laki laki itu,disahuti dengan
Pria itu membawa setelan yang ia ambil dari lemari pakaian. Semua perlengkapan yang ada disini termasuk belum pernah dipakai,karena Mike hanya datang dan menempati jika ada hal darurat. "Ceritakan apa yang terjadi tadi malam."ucap Mike,sambil menyodorkan benda yang ia bawa ke arah laki laki itu. "Kau kan tahu sendiri, kalau selada mentah adalah musuh terbesarmu." "Aku sedang ada pertemuan di kota Z, bersama teman kuliah dan-" "Tunggu!" timpalnya,memotong ucapan Nathan. "Jangan bilang, perempuan itu alasan kau kesini. Dan jangan ceritakan, kalau dia juga penyebab kau memakan selada mentah?" "Ya karena kau sudah menebak semuanya, maka aku tidak perlu bercerita apapun." ujar Nathan datar,lalu beranjak dari tempat tidur. "Aku tidak tahu, kenapa dia hanya terpaku pada satu wanita." benak Mike menghela nafas. Laki laki itu segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk bebersih diri. Menghabiskan waktu selama 3
Sebuah ponsel yang ia pegang dan juga tas yang menggantung di pundak.Gadis itu berjalan keluar kamar dan mendekati kedua pria yang masih duduk di atas sofa. "Ayo. Kita bisa kembali sekarang!" celetuk Thea tersenyum lebar, Laki laki itu mendengus kesal,melontarkan tatapan tajam sekaligus marah ke arah Thea. Selang beberapa detik,Nathan beranjak pergi tanpa sepatah kata apapun. "Ng, terima kasih atas semuanya. Saya permisi." pamit Thea sekilas menunduk, Segera berbalik dan menyusul laki laki tadi. Mempercepat langkahnya agar bisa berjalan di dekat Nathan, "Pak, maaf! tapi saya benar benar dalam keadaan bau. Jika saya tidak mandi, maka Bapak akan terganggu dengan aroma tubuh saya!" ujar Thea beralasan. Dap.. Nathan menghentikan langkah kakinya,lalu berbalik menatap Thea. "Dimana hp saya?" "Aa oh, hp bapak ada di tas saya! sebentar." gumam Thea,merogoh ponsel dari dalam tasnya. Sekilas sorot mata Nathan,tida