"Srup---ah!" celetuk suara puas dari bibir ranum yang baru saja menikmati beberapa teguk minuman.
Cap..
Cap..
Cap..
Berulang kali mengecap demi mengingat rasa manis yang tersisa di langit-langit mulut, lengkung sempurna perlahan muncul saat melihat sosok dengan setelan hitam putih tengah berjalan menghampiri.
Sepoi angin siap menerpa rambut legam terkuncir tinggi bak ekor kuda, terasa begitu sejuk saat kutikula tubuh serta leher jenjangnya tertiup udara.
"Kenapa kau berikan padaku?" ucap Thea menegur wanita yang sedang berdiri sambil menyodorkan sebuah kelapa. Begitu bingung padahal dirinya sendiri juga telah memangku s
"Apa! Perjodohan?" Suasana nyaman yang menyelimuti seluruh sudut rumah sekejap tersapu bersih ketika Thea mendepakkan telapak tangannya ke atas meja, Kedua manik nyaris membulat sempurna sesudah mendengar keputusan sepihak yang dilakukan neneknya. Perkataan aneh tadi berhasil membuat sesuap nasi dalam mulut Thea tertelan bulat bulat. "Aw, sakit." Merintih dalam hati, berusaha menahan bagian tubuh yang terasa nyeri. Muka masam yang tersemat di wajah gadis itu begitu jelas mengartikan sebuah kekesalan, ditemani sorot mata kecewa mengarah pada wanita tua di depannya. "Santai dong Thea. Bikin orang kaget aja!" gumam Barsha masih menikmati sepiring salad, Dengan raut tak acuh ditatapnya gadis tadi dengan lekat, menebar senyum dalam hati seakan telah menduga reaksi apa yang akan diterima. Sekali lagi dia berhasil menebak setiap langkah gadis manja yang telah tinggal begitu lama dengannya, senjata paksaan se
Sebuah kecupan singkat yang hampir setiap hari dilakukan sebagai tanda pamit. Gadis itu berbalik seraya melontarkan senyum cerah ditemani lambaian tangan. Kelopak yang semakin menyipitkan berkat mengukir lengkungan sempurna di bibirnya, Setelah puas memberi salam pamit, tanpa ragu dia melangkah keluar rumah dan bergegas masuk ke dalam mobil. Dikemudikannya mobil hitam itu menuju salah satu gedung bertingkat, 15 menit kemudian. Kendaraan beroda empat berhenti tepat di depan apartemen. Mendapati sosok familiar tengah berjalan dari dalam gedung. Tin...Tin... Nyaring klakson berhasil mengalihkan perhatian, reflek gadis itu menatap kaca mobil yang perlahan terbuka hingga memperlihatkan senyuman pada wajah pengemudi di dalamnya "Ayo masuk!" tegas Thea, tengah berusaha menyadarkan gadis tadi dari lamunan. Pasalnya dia tak henti menatap setiap inci kendaraan dengan kedua manik membulat sempurna. "Wih
"Kalo gitu, mau aku beresin dulu.." seru Manda segera berjalan ke arah kekacauan. Dengan satu helaan nafas tangannya mulai terulur untuk mengambil satu persatu benda yang tergeletak di atas lantai lalu meletakkannya kembali ke tempat yang tepat. 30 menit kemudian. Seluruh ruangan terlihat rapi dan kembali bersih sama seperti sebelum kedatangan Thea. Seorang gadis tengah berbaring manja di atas ranjang sambil menikmati tontonan televisi sedangkan di sisi lain terlihat sosok yang telah menyelesaikan riasannya, "Tara---udah siap!" Berbalik menghadap ke arah Manda demi menunjukkan hasil tangan, "Coba lihat. Gimana menurutmu?" celetuk Thea perlahan melangkah semakin mendekatkan diri ke samping tempat tidur. "Buset, jelek banget!" sontaknya menutup mulut yang sekilas menganga karena terkejut, Dengan kedua manik membulat sempurna, gadis tadi mengamati setiap inci dari hasil karya polesan yang menempel di wajah Thea. Begi
"Jangan bohong. Barusan nenek dapat telpon, dan katanya pria itu ga ngeliat kamu ada disana." seru nenek meninggikan suara, "Pria man.." "....." Gadis itu tertegun menghentikan ucapannya, sekilas mengingat salah satu kejadian yang terbesit dalam benak. "Saya mencari gadis baju kuning," "Hhh. Sial! Aku yakin tadi denger kalo pria tua itu bilang, nyari gadis baju kuning!" "Kebetulan nenek ngasih baju kuning polos. Terus dia barusan menelpon dan tiba tiba nenek nelpon aku--" "Arhg, tapi masa nenek nyariin jodoh tua kek gitu sih?! Aku ga salah lihat. Mukanya kek seumuran bahkan lebih tua dari nenek!" gerutu Thea dalam hati. "Ngga!! aku harus pergi sekarang," Berkat rasa panik gadis itu memilih untuk segera beranjak dari tempat duduk dan melangkah pergi, namun tidak sengaja menabrak salah satu karyawan. Membuat beberapa pesanan yang dibawa berserakan ke atas lantai, "Maaf…" ucap karyawan itu dengan kepala t
Sinar terang serta gambar penuh warna memenuhi layar, bunyi bising yang ditimbulkan berhasil memenuhi seluruh ruang. Kedua gadis itu terlihat begitu khidmat menatap acara show sembari menikmati makanan di piring masing masing, "The.." "Hm?" Mengangkat alis dengan raut penuh tanda tanya, "Terus, tadi nenekmu tahu kalau kau kabur?" "Enggak! nenek kira aku ga dateng, soalnya pria itu ga ngeliat gadis baju kuning." sahutnya santai memasukkan sesuap makanan ke dalam mulut, "Terus aku juga belum sempet bilang. Tiba tiba aku matiin telpon nenek, saking kagetnya." ucap Thea sambil menikmati rasa yang menjalar di setiap kunyahan, "Lah terus---sekarang gimana? Kalo nenek tanya, kamu bakal jawab apa?" "Ga tau, kayaknya aku ga mau pulang dulu. Aku numpang ya?" celetuk Thea memasang raut polos dengan sorot penuh harap, "Gampang. Tinggal aja selama yang kau mau, gratis kok!" "Hehe, makasih!" ujarnya tersenyum lebar, merasa le
Pukul 20.00 Di tempat yang sama, sofa panjang itu terisi dua gadis dengan kesibukan masing masing. Thea terlihat begitu antusias menatap iklan melalui layar televisi sedangkan Manda sedang sibuk mengokak atik benda dalam pangkuannya, "Oh ya. Kamu lulusan administrasi bisnis kan?" "He.em," gumam Thea mengangguk sambil mengunyah sisa snack yang ada di dalam mulut, "Kenapa emangnya?" "Mm, gimana kalo kamu kerja di kantor pamanku! Dia lagi butuh asisten pribadi." tawar Manda, "Asisten pribadi? Mm, emangnya harus lulusan administrasi bisnis?" "Ya enggak sih. Tapi setidaknya kamu ga terlalu sulit buat belajar jadi asisten pribadi." sahut Manda menjelaskan. "Bener juga sih. Kayaknya cocok, berapa gajinya?" Sedikit menaruh antusias pada harapan yang akan melepaskan sebagian beban hidup. "10 juta per bulan," "Lumayan--" angguk Thea menekuk bibir, "Lumayan jidatmu! Kalo di dunia kantor, gaji segitu u
"Huh, untung sama sama karyawan baru. Kalo ngga! Udah aku pukul pake ini," gerutu Thea dalam hati, mencengkram erat setumpuk dokumen serta map tadi lalu diletakkannya ke atas meja. "Cepat keluar! aku mau membuat kopi. Awas saja, kalo kamu belum pergi saat aku kembali!" seru Thea memberi tatapan sinis. Dengan cepat melangkah keluar lalu bergegas mencari ruangan yang bisa ia gunakan untuk membuat secangkir minuman serta menyiapkan sepiring kudapan sesuai anjuran Manda. Namun langkah Thea berhenti setelah berpapasan dengan karyawan wanita, segera menoleh dan menatap lekat nampan berisi hidangan di atasnya. "Tunggu, kau mau kemana?" Siapa sangka satu pertanyaab berhasil menghentikan langkah karyawan tadi, perlahan Thea melangkah mendekat dan menatap sekilas secangkir kopi hitam serta piring kecil berisi kue kering. "Siapa kau---kenapa menghentikanku? Apa kau tidak lihat kalau aku sedang menyiapkan ini semua untuk Pak Nathan," ketusnya te
"Keem.." "Cukup!" tegas Nathan menghentikan ocehan gadis itu, Sedikit merasa muak setelah mendengar jawaban tak sesuai harapan, dengan cepat tangannya beraluh membuka salah satu rak meja demi mengambil sebuah ipad. Segera disodorkan ke hadapan Thea, "Di dalam sini ada banyak file tentang rencana perjalanan, pertemuan dan beberapa catatan rapat tahun lalu." "Sekarang kamu siapkan kertas dan bolpoin, pilih 5 file lalu buat salinannya masing masing file 5 salinan." "T-tulis? semua yang tadi Bapak bilang, harus ditulis?" gumam Thea dengan raut terkejut, Setelah berkhayal mendapat beban tugas penuh hormat seperti pertunjukan dalam film, dia justru melaksanakan tugas remeh yang bahkan mampu dikerjakan oleh seorang bocah kecil. "Iya. Apa kamu tidak bisa menulis?" lugasnya dingin, "B-bisa!" "Lalu tunggu apalagi? Cepat kerjakan." "Saya ga bawa alat tulis." gumam Thea lirih sebelum menggigit bibir bawah,